Jumat, 15 Februari 2019

Inilah Berbisnis Saos Menghantarkan Kesuksesan Untuk Susanti Alie


Anda penggemar mi ayam di lapak kaki lima? Tentu tidak afdol rasanya bila makan mi ayam tanpa menaburi saos sambal ke dalamnya. Rasanya kurang nendang dan masbodoh bukan? Tapi tahukah Anda siapakah orang yang sukses menciptakan saos yang banyak dipakai pedagang mi ayam tersebut? Dialah Susanti Alie. Presiden Direktur PT Bersama Olah Boga ini sukses memasarkan saos sambal bermerek Cabe Payung, Soka, dan Bob. Dia pun sukses merebut simpati pedagang mi ayam untuk ramai-ramai menggunakan saos sambal buatannya tersebut. Seperti apakah kisah sukses wanita yang tadinya berkarier di perusahaan fesyen di Singapura tersebut?

Bisnis saos sambal yang menyasar kalangan menengah bawah itu gotong royong yakni bisnis keluarga yang dirintis ibunya semenjak tahun 1990. Sementara ayahnya yakni pebisnis materi bangunan, pabrik limun, restoran, dan bakery di Jakarta. Mudah darah pengusaha mengalir kental dalam diri Susanti. Suatu ketika, bisnis yang dikelola ibunya ini mengalami kondisi yang genting. Susanti yang kala itu sudah punya karir cemerlang sebagai direktur pemasaran di Swarovski Corporate Limited, Singapura, yang membidangi embel-embel dan fesyen dipanggil pulang untuk menyelamatkan bisnis keluarga akhir orang kepercayaan yang meninggalkan perusahaan dengan membawa karyawannya.

Apalagi pada dikala itu ada laporan bahwa keuangan perusahaan digelapkan sehingga menciptakan omzet terus menurun dan pengeluaran yang tidak jelas. Susanti terpanggil untuk menyelamatkan perjuangan rintisan keluarga tersebut di tahun 2004 atau sempurna dikala ia berusia 28 tahun. Perlahan ia pun mulai membenahi dilema di bisnis saos sambal. Ia mulai melaksanakan riset pasar untuk mencari tahu bagaimana gotong royong cita rasa masyarakat menengah bawah dalam merasakan saos sambal tersebut. Selama hampir kurang lebih dua bulan ia melaksanakan riset tersebut hingga keluar masuk pasar di seluruh Indonesia.

Hingga jadinya ia menemukan satu kesimpulan yang unik yaitu, selama ini saos sambal selalu didominasi oleh kemasan botol plastik dan kaca. Maka ia pun terbetik inspirasi untuk menciptakan bisnis saos isi ulang dalam kemasan bantal yang dibungkus plastik yang tidak gampang pecah. '"Apalagi potensi pasarnya cukup besar sebab pemainnya belum ada," katanya. Bergegaslah ia untuk mewujudkan inspirasi tersebut. Ia pun berani memutuskan untuk menjual produk saos sambal dalam bentuk kemasan isi ulang. Selain alasan efisiensi, jikalau tetap mempertahankan saos dalam kemasan botol beling maka perlu biaya yang besar apalagi dikala itu perusahaan sedang melaksanakan pengetatan ikat pinggang.

Susanti pun menghitung cost produksi dalam menciptakan saos isi ulang tersebut. Hasilnya ternyata biayanya sangat murah sebab untuk menciptakan saos isi ulang itu ia hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 30 juta. Dana itu untuk membeli mesin pengemasan saos sambal yang eksklusif didatangkan dari Surabaya. Dengan kemasan bantal juga, satu karton yang berisi 24 bungkus gampang dikirim ke luar kota. Selain itu, pedagang dimudahkan menyimpannya sebab tidak memakan daerah sebanyak saus botol. “Mereka tidak susah-susah pakai peti. Tidak ada botol somplak, botol pecah, per karton cuma 1,5 kg beratnya. Saya bisa menurunkan berat kemasan dan menjual hingga ke luar pulau sebab tidak harus sewa-sewa botol,” kata Susanti.

Awalnya, dikala memasarkan produknya tersebut banyak pedagang yang menolak. Mereka tentu saja mewaspadai kualitas saos buatannya tersebut. Namun sekali lagi Susanti mencoba merangkul pedagang dan meyakinkan kalau produknya itu berkualitas mempunyai masa busuk yang sama dengan saus botol dan bersih “Kami jelaskan proses pembuatan saos tersebut. Kami basuh bersih tongnya setiap hari. Mesin pemasak, sore harus dicuci dan harus diseduh dengan air panas. Dan, air di Cileungsi sini, meski cukup manis tetapi tetap kami filter beberapa kali. Bisa dibedakan, saus kami tidak ada bintik-bintik sebab kami pakai cabe segar. Kami pun punya akta halal,” katanya.

Seakan belum cukup memperlihatkan jaminan, Susanti menambahkan, perusahaannya mempunyai izin mengelola saus dan produknya menggunakan pengawet dalam batas normal. “Kami pakai pengawet impor dari Eropa yang benar-benar diakui dunia dan itu tidak pernah diganti, even terjadi kenaikan harga.” Susanti tidak memasuki pasar modern, selain tidak bisa membayar listing fee, juga merasa pasarnya tidak tepat. “Sekarang di Indonesia 70% masih pasar tradisional, sisanya pasar modern dan horeka (hotel, restoran dan kafe),” katanya. Dua tahun bertempur, penetrasi pasarnya dirasa sudah cukup mumpuni, termasuk di area luar Pulau Jawa. Kini ia mempunyai area penjualan lima wilayah Jakarta dan di beberapa pulau di Indonesia.

Selain itu, pada 2006 ia bisa membeli tanah dan gedung untuk pabriknya di Cileungsi dengan harga kurang dari Rp 1 miliar. “Kami pinjam Rp 700 juta ke bank tapi terbayar dalam jangka waktu dua tahun,” ujarnya. Dia pun memperkokoh positioning produknya. Dia mempunyai tiga merek. Cabe Payung untuk berkompetisi dengan merek Sari Sedap, Sari Wangi, dll. Soka untuk segmen menengah, sementara Bob untuk segmen hotel, restoran dan kafe.

Kesuksesan pemasarannya bukan karena berpromosi di media massa. “Saya lebih bermain ke below the line dengan memperlihatkan hadiah untuk ibu-ibu menyerupai sendok, piring, gelas, mangkok,” ucapnya. Pada Ramadan lalu, setiap beli minyak goreng Fortune, misalnya, konsumen menerima hadiah satu botol Sambal Soka. Dia juga menekankan upaya getok tular lewat pasar tradisional. Selain itu, ia berencana memaksimalkan media umum menyerupai Twitter dan Facebook. Saat ini, Cabe Payung memang masih menjadi tulang punggung dan menyumbang hingga 70% omzet perusahaan, Soka 20% dan selebihnya Bob. Ke depan, Susanti berambisi membesarkan pangsa pasar Saus Soka, meningkatkan omzet perusahaan, serta memperluas jaringan pemasaran.

Sumber : bisnisusaha.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini