Berbagi Cerita - Kisah Sukses

Asalamualaikum Wr, Wb. Hidup hanya sekali dan tidak akan berulang untuk ke duakalinya di bumi yang sama ini, Lalu apa tujuan hidup Kita? bagaimana kita menghadapinya untuk bisa mencapai cita-cita kita? dan jalan apa yang harus kita tempuh untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Disini saya mencari artikel-artikel tentang kisah orang-orang yang telah sukses meniti karirnya dibidanganya masing-masing. Semoga ini bisa menjadi Inspirasi untuk kita semua dalam menjalani hidup didunia ini. Walaupun terkadang banyak sekali rintangan yang kita hadapi tetapi hendaklah kita bersabar untuk menjalaninya agar hidup kita menjadi lebih baik dan dari hari-hari sebelumnya, (baca dan resapi kisah perjuanganya, kemudian lakukan yang terbaik dalam hidup anda)Salam kenal dari Saya

Rabu, 16 Oktober 2019

Inilah Cerita Nabi Syu'aib A.S.

Kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'ib, yaitu segolongan bangsa Arab yang tinggal di sebuah kawasan berjulukan "Ma'an" di pinggir negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang kafir tidak mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Mereka mentembah kepada "Aikah" iaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon dan tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat mereka sudah sgt jauh dari fatwa agama dan pengajaran nabi-nabi sebelum Nabi Syu'aib a.s.
Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan merupakan perbuatan dan sikap yang lumrah dan rutin. Kecurangan dan perkhianatan dalam korelasi dagang ibarat pemalsuan barang, kecurian dalam dosis dan timbangan menjadi ciri yang sudah sebati dengan diri mereka. Para pedagang dan petani kecil selalu menjadi korban permainan para pedagang-pedagang besar dan para pemilik modal, sehingga dengan demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya, sedangkan yang lemah semakin merosot modalnya dan semakin gulung tikar hidupnya.

Sesuai dengan sunnah Allah semenjak Adam diturunkan ke bumi bahwa dari waktu ke waktu bila insan sudah lupakan kepada-Nya dan sudah jauh menyimpang dair ajaran-ajaran nabi-nabi-Nya, dan bila Iblis serta syaitan sudah menguasai sesuatu masyarakat dengan fatwa dan tuntutannya yang menyesatkan maka Allah mengutuskan seorang rasul dan nabi untuk memberi penerangan serta tuntutan kepada mereka semoga kembali ke jalan yang lurus dan benar, jalan kepercayaan dan tauhid yang higienis dari segala rupa syirik dan persembahan yang bathil.

Kepada kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang Rasul iaitu Nabi Syu'aib, seorang drp mrk sendiri, sedarah an sedaging dengan mrk. Ia mengajak mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melaksanakan persembahan dan sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi termasuk sebidang tanah yang mereka puja sebagai ilahi mereka.
Nabi Syu'aib kepada mereka semoga meninggalkan perbuatan-perbuatan dan kelakukan-kelakuan yang dihentikan oleh Allah serta membawa kerugian bagi sesama insan serta mengakibat kerusakan dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak semoga berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan terutama terhadap orang lain, meninggalkan perkhianat dan kezaliman serta perbuatan curang dalam korelasi dagang, perampasan hak milik seseorang dan penindasan terhadap orang-orang yang lemah dan miskin.

Diingatkan oleh Nabi Syu'aib akan nikmat Allah dan kurniaan-Nya yang telah memberi mereka tanah subu serta sarana-sarana kemakmuran yang berlimpah-limpah dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan anak cucu yang pesat. Semuanya itu berdasarkan seruan Nabi Syu'aib, patut diimbangi dengan rasa bersyukur dan bersembah kepada Allah Maha Pencipta yang akan melipat gandakan nikmat dan kurnia-Nya kepada orang-orang yang beriman dan bersyukur.
Diingatkan pula Nabi Syu'aib bahwa mrk tidak mahu sedar dan kembali kepada jalan yang benar mengikuti fatwa dan perintah Allah yang dibawanya, nescaya Allah akan mencabut nikmat dan kurnia-Nya kepada mereka, bahkan akan menurunkan azabnya atas mereka di dunia selain seksa dari azab yang menanti mereka kelak di darul abadi bila di bangkitkan kembali dari kubur.

Kepada mereka Nabi Syu'aib dikisahkan seksa dan azab yang diturunkan oleh Allah terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling akrab kaum Luth yang kesemua telah menderita dan menjadi binasa jawaban kekafiran, keangkuhan dan keengganan mereka mengikuti fatwa serta tuntutan nabi-nabi yang diutus Allah kepada Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib semoga mereka beriktibar dan ingat bahwa mereka akan mengalami nasib yang telah dialami oleh kaum-kaum itu jikalau mereka tetap melaksanakan persembahan yang bathil serta tetap melaksanakan perbuatan-perbuatan yang jelek dan jahat.

Dakwah dan permintaan Nabi Syu'aib disambut oleh mereka terutama penguasa, pembesar serta orang-orang kaya dengan ajukan dan olok-olok. Mereka berkata: "Adakah kerana solatmu, engaku memerintahkan kami menyembah selain apa yang telah kami sembah sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah dilakukan oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga alasannya yaitu solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup sehari-hari yang faktual telah membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan sudah menjadi akhlak istiadat kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti apa apa tujuanmu dan apa maksudmu dengan ajaran-ajaran gres yang engkau bawa kepada kami. Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan otakmu!"

Ejekan dan olok-olok mrk didengar dan diterima oleh Syu'aib dengan kesabran dan kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut kata-kata berangasan mereka dengan murka atau membalasnya dengan kata-kata yang berangasan pula. Ia bahkan makin bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan logika mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka. Dan sesekali ia menonjolkan korelasi darah dan kekeluargaannya dengan mereka, sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan bagi hidup mereka di dunia dan darul abadi dan bukan sebaliknya. Ia tidak mengharapkan sesuatu balas jasa atas perjuangan dakwahnya. Ia tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan kehormatan bagi dirinya dari kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jikalau kaumnya kembali kepada jalan Allah, masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang higienis dari segala kemaksiatan dan adt-istiadat yang buruk. Ia akan mendapatkan upahnya dari Allah yang telah mengutuskannya sebagai rasul yang dibebani amanat untuk memberikan risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.

Kaum Syu'aib alhasil merasa jengkel dan jemu melihat Nabi Syu'aib tidak henti-hentinya berdakwah bertabligh pada setiap kesempatan dan di mana saja ia menemui orang berkumpul. Penghinaan dan bahaya dilontar kepada Nabi Syu'aib dan para pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari Madyan jikalau mereka mahu menghentikan dakwahnya atau tidak mahu mengikuti agama adn cara-cara hidup mereka.
Berkata mereka kepada Nabi Syu'aib dengan nada mengejek: "Kami tidak mengerti apa yang kau katakan. Nasihat-nasihatmu tidak memiliki tempat di dalam hati dan kalbu kami. Engkau yaitu seorang yang lemah fizikalnya, rendah kedudukan dalam pengaulan maka mustahil engkau sanggup mempengaruhi atau memimpin kami yang berfizikal lebih berpengaruh dan berkedudukan yang lebih tinggi drpmu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami segani dan hormati, nescaya engkau telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan kami."

Nabi Syu'aib menjawab: "aku tidak akan hentikan dakwahku kepada risalah Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan jgnlah kau mengharapkan bahwa saya mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu dan adt-istiadatmu setelah Allah memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku yaitu Allah Yang Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi kiprah kepadaku dan Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman. Adakah sanak saudaraku yang engkau lebih segani drp Allah yang Maha Berkuasa?"

Sejak berdakwah dan bertabligh memberikan risalah Allah kepada kaum Madyan, Nabi Syu'aib berhasil menyedarkan hanya sebahagian kecil dari kaumnya, sedang bahagian yang terbesar masih tertutup hatinya bagi cahaya kepercayaan dan tauhid yang diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala mempertahankan tradisi, adt-istiadat dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Itulah alasan mereka satu-satunya yang mereka kemukakan untuk menolak fatwa Nabi Syu'aib dan itulah benteng mereka satu-satunya tempat mereka berlindung dari serangan Nabi Syu'aib atas persembahan mereka yang bathil dan akhlak pengaulan mereka yang mungkar dan sesat. Di samping itu jikalau mereka sudah merasa tidak berdaya menghadapi keterangan-keterangan Nabi Syu'aib yang didukung dengan dahlil dan bukti yang faktual kebenaran, mereka kemudian melemparkan tuduhan-tuduhan kosong seperti Nabi yaitu tukang sihir dan jago sulap yang ulung. Mereka telah berani menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan kebenaran risalahnya dengan memdatangkan tragedi dari Allah yang ia sembah dan menganjurkan orang menyembah-Nya pula.

Mendengar saingan kaumnya yang membuktikan hati mereka telah tertutup rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu yang ia bawa dan bahwa tiada keinginan lagi akan menarik mereka ke jalan yang lurus serta mengangkat mereka dari lembah syirik dan kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka bermohonlah Nabi Syu'aib kepada Allah agak menurunkan azzab seksanya kepada kaum Madyan bahwa wujud-Nya serta menentang kekuasaannya untuk menjadi ibrah dan peringatan bagi generasi-generasi yang mendatang.

Allah Yang Maha berkuasa berkenan mendapatkan permohonan dan doa Syu'aib, maka diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas yang mengeringkan kerongkongan alasannya yaitu dahaga yang tidak sanggup dihilangkan dengan air dan memperabukan kulit yang tidak sanggup diubati dengan berteduh di bawah atap rumah atau pohon-pohon.
Di dalam keadaan mrk yang sedang bingung, panik berlari-lari ke sana ke mari, mencari santunan dari terik panasnya matahari yang memperabukan kulit dan dari rasa dahaga alasannya yaitu keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di atas kepala mereka gumpalan awan hitam yang tebal, kemudian berlarilah mereka ingin berteduh dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh bunyi petir dan gemuruh ledakan dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menimbulkan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta.

Nabi Syu'aib merasa sedih atas insiden yang menimpa kaumnya dan berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah sampaikan kepada mrk risalah Allah, menasihati dan mengajak mereka semoga meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar serta persembahan bathil mereka dan saya telah memperingatkan mereka akan datangnya seksaan Allah bila mereka tetap berkeras hati, menutup pendengaran mereka terhadap bunyi kebenaran ajaran-ajaran Allah yang saya bawa, namun mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak mempercayai peringatanku. Karenanya tidak patutlah saya bersedih hati atas terjadinya tragedi yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.”

Kisah Nabi Syu'aib dikisahkan oleh Al-Quran dalam 39 ayat pada 4 surah, di antaranya surah "Asy-Syu'ara" ayat 176 sehingga 191 sebagai berikut :

"176. Kaum Aikah telah mendustakan rasul-rasul.177. Ketika Syu'aib berkata kepada mereka: "Mengapa kau tidak bertakwa?"178. Sesungguhnya saya yaitu seorang rasul kepercayaan.179. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.180. dan saya sesekali tidak meminta upah kepadamu atas permintaan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.181. Sempurnakanlah dosis dan janganlah kau termasuk orang-orang yang merugikan.182. dan timbanglah dengan timbang yang lurus.83. Dan janganlah kau merugikan insan pada hak-haknya dan janganlah kau bermaharajalela di bumi dengan membuat kerusakan.184. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah membuat kau dan umat-umat yang terdahulu.185. Mereka berkata: "Sesungguhnya kau yaitu seorang daripada orang-orang yang kena sihir.186. Dan kau tidak lain melainkan seorang insan ibarat kami dan sebetulnya kami yakin bahwa kau benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta.187. MAka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit jikalau kau termasuk orang-orang yang benar.188. Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa yang engkau kerjakan".189. Kemudian mereka mendustakan Syu'aib kemudian mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdpt tanda {kekuasaan Allah} tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.191. Dan TUhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang." { Asy-Sua'ara : 176 191 }

Surah "Hud" ayat 84 sehingga ayat 95 sebagai berikut :

"84. Dan kepada {penduduk} Madyan {Kami utus} saudara mereka Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kau kurangi sukatan dan timbangan sebetulnya saya melihat kau dalam keadaan yang baik {mampu} dan sebetulnya saya khuatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan {kiamat}.85. Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku cukupkanlah sukatan dan timbangan dengan adil dan jgnlah kau merugikan insan terhadap hak-hak mereka dan janganlah kau membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.86. Sisa {keuntungan dari Allah yaitu lebih baik bagimu jikalau kau yaitu orang-orang yang beriman}. Dan saya bukanlah seorang penjaga atas dirimu."87. Mereka berkata: "Hai Syu'aib apakah sembahyangmu menyuruh kami semoga kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapa-bapa kami atau melarang kami membuat apa yang kami kehendaki ihwal harta kami. Sesungguhnya kau yaitu orang yang sgt penyantun lagi berakal."88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku bagaimana fikiranmu jikalau saya memiliki bukti yang faktual dari Tuhanku dan anugerahi-Nya saya daripada-Nya rezeki yang baik {patutlah saya menyalahi perintah-Nya}? Dan saya tidak mahu menyalahi kau {dengan mengerjakan} apa yang saya larang kau daripadanya. Aku tidak bermaksud kecuali {mendatangkan} kebaikan selama saya masih bersanggupan. Dan tidak apa taufik bagiku melainkan dengan {pertolongan} Allah. Hanya kepada Allah saya bertawakkal dan hanya kepada-Nyalah saya kembali.89. Hai kaumku janganlah hendaknya kontradiksi antara ku {dengan kamu} mengakibatkan kau menjadi jahat hingga kau ditimpa azab ibarat yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh sedang kaum Luth tidak {pula} jauh {tempatnya/masanya} dari kamu.90. Dan mohonlah ampun daripada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya.Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih."91. Mereka berkata: "Hai Syu'aib? Kami tidak banyak mengetahui ihwal apa yang kau katakan itu dan sebetulnya kami benar-benar melihat kau yaitu seorang yang lemah di antara kami kalaulah tidak alasannya yaitu keluargamu tentulah kami akan merejam kau sedang kau pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami."92. Syu'aib menjawab: "Hai kaumku! Apakah keluargaku lebih terhormat berdasarkan pandanganmu daripada Allah sedang Allah kau jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya {pengetahuan} Tuhanku mencakup apa yang kau kerjakan."93. Dan {dia berkata}: "Hai kaumku perbuatlah berdasarkan kemampuanmu sebetulnya saya pun berbuat {pula}. Kelak kau akan mengetahui siapa yang akan kedatangan azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab {Tuhan}. Sesungguhnya saya pun menunggu bersama kamu."94. Dan tatkal tiba azab Kami, Kami selamtkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman gotong royong dengan dia dengan rahmat dari Kami dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh suatu bunyi yang mengguntur kemudian jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.95. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa." { Hud : 84 95 }

Surah "Al-A'raaf" ayat 85 sehingga 93 sebagai berikut :

"85. Dan {Kami telah mengutuskan} kepada penduduk Madyan saudara mereka Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku! sembahlah Allah, sesekali tiada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah tiba kepadaku bukti yang faktual dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah sukatan dan timbangan dan janganlah kau kurangkan bagi insan barang-barang sukatan dan timbangannya, dan janganlah kau membuat kerusakan di muka bumi sehabis Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jikalau betul-betul kau orang yang beriman".86. Dan janganlah kau duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah dan menginginkan semoga jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kau berjumlah sedikit kemudian di perbanyak {oleh Allah}. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.87. Jiak ada segolongan daripada kau beriman kepada apa yang saya diutus untuk menyampaikannya dan ada pula segolongan yang tidak beriman , maka bersabarlah sehingga Allah menerapkan hukuman-Nya di antara kita dan Dia yaitu Hakim yang sebaik-baiknya.88. Pemuka-pemuka drp kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami akan mengusir kau hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami atau kau kembali kepada agama kami." Berkata Syu'aib: "Dan apakah {kamu akan mengusir kami}, meski pun kami tidak menyukainya?"89. Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jikalau kembali kepada agamamu, sehabis Allah melepaskan kami daripadanya, Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jikalau Allah , Tuhan kami menghendakinya. Pengetahuan Tuhan kami mencakup segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak {adil} dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya".90. Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata {kepada sesamanya}: "Sesungguhnya jikalau kau mengikuti Syu'aib, tentu kau jikalau berbuat demikian {menjadi} orang-orang yang merugi".91. Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.92. {iaitu} orang-orang yang mendustakan Syu'aib seperti mereka belum pernah berdiam di kota itu, orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang rugi.93. Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku sebetulnya saya telah memberikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan saya telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana saya akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir." { Al-A'raf : 85 93 }

Dan surah "Al-Hijr" ayat 78 sehingga 79 sebagai berikut :

"Dan sebetulnya penduduk Aikah itu benar-benar kaum yang zalim.79. Maka Kami membinasakan mereka. Dan sebetulnya kedua kota itu {Aikah dan Sadum kota kaum Luth} benar-benar terletak di jalan umum yang terang." { Al-Hijr : 78 79 }

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini