Sabtu, 23 Februari 2019

Inilah Anton Sudibyo Mandiri Berkat Tebu


Entrepreneurship dan pendidikan yakni dua hal yang tak dapat dipisahkan. Ini terbukti dari banyak sekali tumpuan dongeng sukses yang kita dapat pelajari dari banyak sekali belahan dunia. Entrepreneur-entrepreneur sukses umumnya yakni mereka yang mau terus belajar, baik secara formal dan informal. Mereka tak mau hanya berdiam diri dan merasa nyaman dengan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan yang sudah dikuasai. Mereka terus memperbarui diri dengan berguru di sekelilingnya.

Tak terkecuali Anton Sudibyo. Pengusaha berpenampilan sangar ini tergolong masih muda tetapi perannya sebagai salah satu sosok penggerak perekonomian di Blora tak diragukan lagi. Pria tamatan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang ini terlahir di Blora dan berhasil menjadi seorang sarjana meski tidak dengan jalan yang mulus. Ia mengaku telah berdikari dengan membiayai pengeluaran semasa kuliah dengan penghasilannya sendiri dari berjualan koran dari satu bus kota ke bus kota lain di Semarang, Jateng.
Jiwa entrepreneurnya semakin terasah dengan membaca banyak sekali buku. “Novel, dan buku-buku goresan pena intelektual Islam merupaka jenis-jenis buku yang saya gemari,” ujarnya. Ia menambahkan hidup insan tanpa kehadiran buku akan menjadi hampa. “Buku sudah menjadi belahan rutinitas semenjak menjadi mahasiswa,” tukasnya.

Bakat kepemimpinan yang diharapkan untuk menjadi entrepreneur juga sudah ia tunjukkan semasa menjadi pelajar. Anton tercatat pernah menjabat sebagai ketuan Departemen Dakwah Gerakan Pemuda Ansor Boyolali. Pengalaman berorganisasi Anton juga tak dapat dianggap remeh. Ia berhasil memimpin Krdais IAIN Walisongo Semarang sebagai Ketua, PAC Ansor Cabang Japah Blora sebagai Ketua, dan APTRI Blora sebagai Sekretaris Jenderal.

Kini ia memang tak lagi seorang pencetus layaknya ketika masih menjadi mahasiswa. Anton tertarik untuk mempelajari penanaman tebu di kawasan kelahirannya, Blora. Tak banyak orang yang menyukai bidang satu ini, terbukti lebih banyak orang muda yang mencari pekerjaan di kota besar lain di Jawa. Sebelumya ia pernah menjalani pekerjaan di bidang ekspor impor, menjual koran sebagai loper, dan bahkan menjadi anggota dewan perwakilan. Ia menganggap wirausaha yakni jalan menuju kemakmuran yang konkret, berbeda dari politik atau menjadi karyawan bagi orang lain.

Tahun 2008, ia gres mengenal sedikit seluk beluk tebu sebagai sumber penghasilan yang lebih mantap. “Awalnya saya menanam tebu hanya 2 hektar. Banyak yang mencibir sebab akhirnya tak seberapa. Kemudian saya bertekad lingkaran dengan menjual 5 ekor sapi yang saya miliki sebagai modal awal dan mengandalkan pula pertolongan dana pemerintah kabupaten dengan jumlah Rp 67 juta,” kenangnya.

Anton dengan tekun berusaha menjalani proses yang rumit dalam penanaman tebu, dari pembenihan sampai panen. Tak tanggung-tanggung, ia berani merogoh kocek pribadi sebanyak  Rp 30.000 per hari untuk berguru secara pribadi pada petani tebu senior dari kabupaten Pati, Rembang, dan sebagainya.

Ia ingin pribadi mempelajari the best practice, sebuah langkah yang juga disarankan oleh Ir. Ciputra dalam berguru entrepreneurship. Dengan berguru dari yang sudah berpengalaman, learning curve akan lebih pendek dan peluang sukses lebih terbuka lebar dari mereka yang berguru otodidak. “Panen pertama dari 2 hektar hanya menghasilkan Rp 25 juta dengan kuantitas tebu 197 ton,” terangnya perihal hasil panen pertamanya.

Namun, tentu saja perjalanannya menjadi entrepreneur tebu pemilik lahan 23 hektar menyerupai kini tak semulus bayangan orang. Ada ketika yang suram yang harus Anton lalui.

“Saya pernah menderita kerugian ratusan juta. Untungnya ada pak Selamet dari Rembang yang membimbing dan mengarahkan dengan permodalan untuk penanaman tebu untuk 10 hektar. Tahun 2009 ia juga berhasil menyabet pinjaman dari perusahaan pabrik gula. Anton kembali bangun dari keterpurukan dengan kerja keras dan doa. Saat merintis usaha tebunya ini ia mengaku banyak mengandalkan tenaga sendiri daripada merekrut pekerja. “Setelah panen kedua, ketiga dan seterusnya, saya dapat bergabung dengan Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia sebagai Sekretaris Jenderal,” kata ayah tiga anak ini. Kini Anton patut berbangga hati sebab berhasil menjadi juragan tebu dan menguasai 23 hektar lahan. Sebaran lahan pun meliputi 3 kecamatan di Blora, yakni Japah, Ngawen dan Todanan.

Sumber : pesantrenmandiri.com

1 komentar:

DEWAPK^^ agen judi terpercaya, ayo segera bergabungan dengan kami
dicoba keberuntungan kalian bersama kami dengan memenangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi segera buka link kami ya :) :)

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini