Berbagi Cerita - Kisah Sukses

Asalamualaikum Wr, Wb. Hidup hanya sekali dan tidak akan berulang untuk ke duakalinya di bumi yang sama ini, Lalu apa tujuan hidup Kita? bagaimana kita menghadapinya untuk bisa mencapai cita-cita kita? dan jalan apa yang harus kita tempuh untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Disini saya mencari artikel-artikel tentang kisah orang-orang yang telah sukses meniti karirnya dibidanganya masing-masing. Semoga ini bisa menjadi Inspirasi untuk kita semua dalam menjalani hidup didunia ini. Walaupun terkadang banyak sekali rintangan yang kita hadapi tetapi hendaklah kita bersabar untuk menjalaninya agar hidup kita menjadi lebih baik dan dari hari-hari sebelumnya, (baca dan resapi kisah perjuanganya, kemudian lakukan yang terbaik dalam hidup anda)Salam kenal dari Saya

Jumat, 31 Mei 2019

Inilah Eka Tjipta Wijaya (Pendiri Tjiwi Kimia)

Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di kawasan paling jelek di kapal, di bawah kelas dek. Hendak makan kuliner enak, tak mampu. Ada uang lima dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, lantaran untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar.

Tiba di Makassar, Eka kecil – masih dengan nama Oei Ek Tjhong – segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil. Tujuannya jelas, segera mendapat 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas satu.

Tamat SD, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya lantaran dilema ekonomi. Ia pun mulai jualan. Ia keliling kota Makassar, menjajakan biskuit dan kembang gula. Hanya dua bulan, ia sudah mengail keuntungan Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras saat itu masih 3-4 sen per kilogram. Melihat usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya.

Namun saat usahanya tumbuh subur, tiba Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total keuntungan Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Di tengah keinginan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan bahtera terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di bersahabat lokasi itu. Ia merencanakan menjual kuliner dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.

Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka sudah di Paotere. Ia membawa serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, panggangan kecil berisi arang untuk menciptakan air panas, cangkir, sendok dan sebagainya. Semula alat itu ia pinjam dari ibunya. Enam ekor ayam ayahnya ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibikin ayam putih gosok garam. Dia juga pinjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu botol anggur dari teman-temannya.
Jam tujuh pagi ia sudah siap jualan. Benar saja, pukul tujuh, 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai tiba bekerja.

Tapi hingga pukul sembilan pagi, tidak ada pengunjung. Eka memutuskan mendekati bos pasukan Jepang. Eka mentraktir si Jepang makan minum di tenda. Setelah merasakan seperempat ayam komplit dengan kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, si Jepang bilang joto. Setelah itu, semua anak buahnya dan tawanan diperbolehkan makan minum di tenda Eka. Tentu saja ia minta izin mengangkat semua barang yang sudah dibuang.
Segera Eka mengerahkan belum dewasa sekampung mengangkat barang-barang itu dan membayar mereka 5 – 10 sen. Semua barang diangkat ke rumah dengan becak. Rumah berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangga penuh terisi segala macam barang. Ia pun bekerja keras menentukan apa yang sanggup digunakan dan dijual. Terigu misalnya, yang masih baik dipisahkan. Yang sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat hingga sanggup digunakan lagi. Ia pun berguru bagaimana menjahit karung.

Karena waktu itu keadaan perang, maka suplai materi bangunan dan barang keperluan sangat kurang. Itu sebabnya semen, terigu, arak Cina dan barang lainnya yang ia peroleh dari puing-puing itu menjadi sangat berharga. Ia mulai menjual terigu. Semula hanya Rp. 50 per karung, kemudian ia menaikkan menjadi Rp. 60, dan risikonya Rp. 150. Untuk semen, ia mulai jual Rp. 20 per karung, kemudian Rp. 40.

Kala itu ada kontraktor hendak membeli semennya, untuk menciptakan kuburan orang kaya. Tentu Eka menolak, alasannya berdasarkan ia ngapain jual semen ke kontraktor? Maka Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Ia bayar tukang Rp. 15 per hari ditambah 20 persen saham kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan enam kuburan mewah. Ia mulai dengan Rp. 3.500 per kuburan, dan yang terakhir membayar Rp. 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor kuburan.
Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia berdagang kopra, dan berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah.

Eka mereguk keuntungan besar, tetapi mendadak ia nyaris gulung tikar lantaran Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6. Eka rugi besar.

Ia mencari peluang lain. Berdagang gula, kemudian teng-teng (makanan khas Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula. Tapi saat mulai berkibar, harga gula jatuh, ia rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus menjual kendaraan beroda empat jip, dua sedan serta menjual pemanis keluarga termasuk cincin kimpoi untuk menutup utang dagang.
Tapi Eka berusaha lagi. Dari perjuangan leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya juga masih jatuh bangun. Misalnya, saat sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta, dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal ia habis lagi. Namun Eka bangun lagi, dan berdagang lagi.

Usahanya gres benar-benar melesat dan tak jatuh-jatuh sehabis Orde Baru, kurun yang berdasarkan Eka, “memberi kesejukkan kurun usaha”. Pria bertangan hambar ini bisa membenahi aneka perjuangan yang tadinya “tak ada apa-apanya” menjadi “ada apa-apanya”. Tjiwi Kimia, yang dibangun 1976, dan berproduksi 10.000 ton kertas (1978) dipacu menjadi 600.000 ton kini ini.
Tahun 1980-1981 ia membeli perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektar di Riau, mesin serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton. Perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20 ribu ton dibelinya pula. Tahun 1982, ia membeli Bank Internasional Indonesia. Awalnya BII hanya dua cabang dengan aset Rp. 13 milyar. Setelah dipegang dua belas tahun, BII kini mempunyai 40 cabang dan cabang pembantu, dengan aset Rp. 9,2 trilyun. PT Indah Kiat juga dibeli. Produksi awal (1984) hanya 50.000 ton per tahun. Sepuluh tahun kemudian produksi Indah Kiat menjadi 700.000 ton pulp per tahun, dan 650.000 ton kertas per tahun. Tak hingga di bisnis perbankan, kertas, minyak, Eka juga merancah bisnis real estate. Ia bangun ITC Mangga Dua, ruko, apartemen lengkap dengan pusat perdagangan. Di Roxy ia bangun apartemen Green View, di Kuningan ada Ambassador.

“Saya Sungguh menyadari, saya bisa menyerupai kini lantaran Tuhan Maha Baik. Saya sangat percaya Tuhan, dan selalu ingin menjadi hamba Nya yang baik,” katanya mengomentari semua suksesnya kini.


Prinsip Eka Tjipta
"Hematlah..." tambahnya. Ia menyarankan, kalau hendak menjadi pengusaha besar, belajarlah mengendalikan uang. Jangan keuntungan hanya Rp. 100, belanjanya Rp. 90. Dan kalau untung Cuma Rp. 200, jangan coba-coba belanja Rp. 210,” Waahhh, itu cilaka betul,” katanya.

Saya juga pernah kerja non-stop 26 jam tanpa tidur.

Tapi berdasarkan saya kesulitan apa pun yang kita hadapi, asal kita punya keinginan untuk berjuang, niscaya semua kesulitan bisa diatasi.

Jujur, menjaga kredibilitas, tanggung jawab, baik terhadap keluarga, pekerjaan maupun terhadap sosial. Hidup hemat dan tidak berfoya-foya. Bila kita hidup hemat, uang yang ditabung bisa digunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Dan, kita harus sebisa mungkin berusaha membantu orang lain yang kurang mampu, tanpa diskriminasi. Kemanusiaan itu tidak pandang bulu.

Di dalam agama diajarkan bahwa saat asisten memberi, tangan kiri tidak perlu tahu. Ketika saya berbuat kebajikan dengan membantu orang lain, saya tidak takut kelakuan saya ini tidak dikenal orang, biarkan Tuhan saja yang tahu.

Selasa, 28 Mei 2019

Inilah Sejarah Singkat Alat Tulis Pensil

Pensil ialah alat tulis dan lukis yang awalnya terbuat dari grafit murni. Penulisan dilakukan dengan menggoreskan grafit tersebut ke atas media. Namun grafit murni cenderung gampang patah, terlalu lembut, menawarkan dampak kotor ketika media bergesekan dengan tangan, dan mengotori tangan ketika dipegang. Karena itu kemudian diciptakan gabungan grafit dengan tanah liat semoga komposisinya lebih keras. Selanjutnya komposisi gabungan ini dibalut dengan kertas atau kayu.

Penggunaan timbal dan grafit sudah dimulai semenjak zaman Yunani. Keduanya menawarkan dampak tabrakan abu-abu, walaupun grafit sedikit lebih hitam. Grafit sangat jarang digunakan hingga kemudian pada tahun 1564 ditemukan kandungan grafit murni dalam jumlah besar di Borrowdale, sebuah lembah di Lake District, Inggris bab utara. Meskipun kelihatan menyerupai kerikil bara, mineral tersebut tidak sanggup terbakar, dan meninggalkan bekas berwarna hitam mengilap, serta gampang dihapus di atas permukaan yang sanggup ditulisi.

Pada masa ini istilah grafit masih disalahartikan dengan timah, timah hitam, dan plumbago, artinya “seperti timah” mengingat sifatnya yang hampir sama. Karena itu istilah lead pencil (pensil timah) masih digunakan hingga sekarang. 


Karena teksturnya berminyak, bongkahan dibungkus dengan kulit domba atau belahan kecil timah berbentuktongkat dibebat dengan tali. Tidak seorang pun tahu siapa yang mula-mula mempunyai wangsit untuk memasukkan timah hitam ke dalam wadah kayu, tetapi pada tahun 1560-an, pensil yang primitif sudah hingga di benua Eropa.

Tak usang kemudian, timah hitam ditambang dan diekspor untuk memenuhi ajakan para seniman; dan pada kurun ke-17, sanggup dikatakan timah hitam telah digunakan di mana-mana. Pada waktu yang sama, para pembuat pensil bereksperimen dengan timah hitam untuk menghasilkan alat tulis yang lebih baik. Karena murni serta gampang diekstrak, timah hitam dari Borrowdale menjadi incaran pencuri dan pedagang gelap.

Untuk mengatasinya, Parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang pada tahun 1752 yang menetapkan bahwa pencuri timah hitam sanggup dipenjarakan atau dibuang ke suatu koloni narapidana.



Namun pada tahun 1779, spesialis kimia Carl W. Scheele meneliti dan menyimpulkan bahwa grafit mempunyai sifat kimiawi yang jauh berbeda dengan timbal. Grafit ialah komposisi molekul karbon murni yang lunak. Akhirnya pada tahun 1789, hebat Geologi Jerman, Abraham G. Werner menawarkan nama grafit, yang berasal dari perkataan Yunani graphein, yang berarti menulis. Jadi, isi pensil bukan timah.

Perkembangan
Selama bertahun-tahun, grafit Inggris memonopoli industri pembuatan pensil alasannya ialah cukup murni untuk digunakan tanpa perlu diproses lagi. Karena grafit Eropa kurang bermutu, pabrik-pabrik pensil di sana bereksperimen dengan aneka macam cara untuk memperbaiki isi pensil. 


Insinyur Prancis Nicolas-Jacques Conté mencampur bubuk grafit dengan tanah liat, membentuk gabungan itu menjadi batang-batang, dan membakarnya dalam perapian. Dengan mengubah-ubah perbandingan grafit terhadap tanah liat, ia sanggup menciptakan isi pensil yang menghasilkan aneka macam gradasi warna hitam, proses yang digunakan hingga sekarang.

Pada kurun ke-19, pembuatan pembuatan pensil menjadi bisnis besar. Grafit ditemukan di beberapa tempat, termasuk Siberia, Jerman, dan yang kini disebut Republik Ceko. Di Jerman dan kemudian di Amerika Serikat, sejumlah pabrik dibuka. Mekanisasi dan produksi massal menekan harga, dan pada awal kurun ke-20, bahkan bawah umur sekolah memakai pensil.


Awalnya pensil grafit diberi balutan kertas yang dirobek sesuai impian pemakainya. Namun kemudian ditemukan cara lebih mudah dan efisien dengan menyelimuti seluruh batang grafit dengan dua bilah kayu yang ditoreh untuk menyediakan kawasan bagi batang grafit dan kemudian disatukan. Rautan pensil sebagai pemanis alat tulis. Peraut mekanis mempermudah pengguna ketika meraut pensil.

Grafit murni mungkin lebih disukai seniman alasannya ialah karakteristiknya yang lebih lugas. Namun untuk penggunaan sehari-hari, diharapkan grafit yang berkualitas lebih rendah semoga lebih fleksibel. Pada tahun 1795, hebat kimia Perancis, Nicolas Jacques Conté, menemukan cara mencampur grafit dengan tanah liat semoga dihasilkan pensil yang lebih baik dan praktis. Salah satu produk turunannya ialah pensil Konte.

Rautan pensil sebagai pemanis alat tulis



Pada 30 Maret 1858 Hymen Lipman dari Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat mematenkan pensil dengan ujung penghapus. Namun kemudian paten ini dibatalkan dengan alasan sebanenarnya tidak ada inovasi hal gres dari pensil tersebut. Peraut mekanik ditemukan pada tahun 1880 dan dengan cepat menjadi sangat populer.


Sabtu, 25 Mei 2019

Inilah Sejarah Sepak Bola

Berbicara perihal olahraga Sepak Bola, tentunya satu hal yang terlintas di benak kita yakni sebuah olahraga termurah yang paling digemari oleh banyak sekali kalangan di hampir seluruh pelosok dunia yang dimainkan oleh banyak sekali jenis usia baik bau tanah maupun muda. Salah satu jenis olahraga murah meriah yang sangat ‘merakyat’ di dunia ini. Kurang pas rasanya kalau kita bermain sepak bola tanpa mengetahui sejarah awal mula dan asal muasal permainan atau olahraga ini, kebanyakan orang menerka lahirnya sepak bola ini berasal dari Negara Inggris. Pada dasarnya, banyak sekali banyak sekali golongan dan individu yang mengutarakan asal muasal dari sepak bola.

Seorang pakar sejarah sepak bola misalnya, Bill Muray, menuliskan sebuah buku The World Game: A History of Soccer menyampaikan bahwa sepak bola sudah dimainkan semenjak awal Masehi, orang-orang di era Mesir Kuno telah mengenal permainan ini dengan cara membawa dan menendang bola yang terbuat dari buntalan kain linen. Kemudian, dalam sejarah Yunani Purba mencatatkan juga terdapat sebuah permainan yang disebut Episcuro (permainan dengan memakai bola) sebutan mereka untuk permainan sepak bola ini terbukti dari gambar relief pada dinding museum yang mengisahkan perihal seorang anak muda yang sedang memegang bola bundar dan memainkannya dengan pahanya. Terdapat juga sebuah versi sejarah kuno perihal asal muasal sepak bola lainnya yang berasal dari Negeri Sakura, Jepang, semenjak kurun ke 8, masyarakat Jepang menyebutnya dengan sebutan Kemari (bola yang dipakai terbuat dari kulit kijang yang ditengah-tengahnya terdapat lubang yang berisi udara).

Dikarenakan banyaknya versi dan bermacam-macam pendapat dari banyak sekali kalangan inilah maka pada awal tahun 1900-an  atau tepatnya tahun 1904, didirikanlah sebuah organisasi tertinggi sepak bola dunia atau yang kita kenal sebagai FIFA. Secara resmi pun FIFA menyatakan bahwa olahraga sepak bola pada awalnya berasal dari daratan Cina yaitu tepatnya pada kurun ke-2 sampai kurun ke-3 SM pada masa pemerintahan Dinasti Han, pada waktu itu dikenal dengan sebutan ‘Tsu-chu’  (Tsu yang artinya menerjang bola dengan kaki, sedangkan chu mempunyai arti bola dari kulit dan berisi) ibarat yang dikutip pada sebuah blog.

Sesungguhnya sepak bola memang telah ditemukan semenjak 3000 tahun yang kemudian di banyak sekali pelosok dunia namun dalam bentuk yang berbeda-beda. Jika kelahiran sepak bola modern memang pertama kalinya lahir di Inggris yang biasanya di gunakan sebagai olahraga ‘perang’ yang terjadi pada tahun 1863 pada sebuah pertemuan di Freemason’s Tavern, kemudian dibentuklah sebuah asosiasi sepak bola Inggris yang berjulukan Football Association (FA) yang sampai ketika ini berfungsi untuk menciptakan aturan-aturan yang sah dalam olahraga sepak bola sehingga olahraga ini menjadi menarik dan sangat digemari banyak sekali kalangan dan selanjutnya pada tahun 1886 dibuat lagi sebuah asosiasi untuk mengeluarkan peraturan sepak bola modern seluruh dunia yang disebut International Football Association Board (IFAB) ibarat dikutip dalam sebuah situs shalimow.com.

Menurut sumber di wikipedia, di Indonesia sendiri sejarah olahraga ini diawali dengan lahirnya sebuah organisasi Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) di Yogyakarta pada 19 April 1930 yang dipimpin oleh Soeratin Sosrosoegondo yang disebutkan bahwa olahraga ini di kenalkan ketika masa penjajahan Belanda. Sosok Soeratin lah yang telah menciptakan olahraga ini berkembang pesat di Indonesia, bahkan demi menghargai jasanya diadakan kejuaraan sepak bola Piala Soeratin (Soeratin Cup) mulai tahun 1966an yang sampai ketika ini menimbulkan olahraga sepak bola menjadi populer dan sangat digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Rabu, 22 Mei 2019

Inilah Nyonya Meneer


Nyonya Meneer, perempuan keturunan Tionghoa kelahiran Sidoarjo tahun 1895 ini terlahir sebagai Lauw Ping Nio. Nama Meneer yang disandangnya bukan lantaran ia ialah istri seorang meneer Belanda, melainkan berasal dari nama beras menir, yaitu sisa butir halus penumbukan padi. Saat masih berada dalam kandungan, ibunya mengidam dan memakan beras ini sehingga anak ketiga dari lima bersaudara ini lalu diberi nama Menir. Karena efek bahasa Belanda, kata menir alhasil ditulis menjadi "Meneer".

Meneer lalu menikah dengan seorang laki-laki asal Surabaya berjulukan Ong Bian Wan. Setelah menikah, ia diboyong sang suami pindah ke Semarang, Jawa Tengah. Di awal abad-20, rakyat Indonesia berada di masa-masa yang amat memprihatinkan jawaban perlakuan kejam pemerintah kolonial Belanda. Suami Nyonya Meneer pun tak luput menjadi korbannya, ia jatuh sakit dan sulit sembuh. Namun justru ketika berada di tengah keterbatasan dan keprihatinan itulah, Nyonya Meneer menerangkan talenta dan kepiawaiannya meracik jamu. Ternyata ramuan itu mujarab padahal banyak sekali pengobatan tidak bisa memulihkan kondisi suami tercinta.

Setelah suaminya berhasil sembuh, ia semakin bersemangat untuk mengasah dan mempraktikan ilmu dan pengetahuan meracik jamu yang merupakan warisan dari orang tuanya. Nyonya Meneer yang ringan tangan dan sangat peduli pada orang-orang di sekitarnya ini dengan bahagia hati meracik jamu untuk keluarga, tetangga, kerabat maupun masyarakat sekitar yang demam, sakit kepala, masuk angin dan banyak sekali penyakit ringan lainnya. Sebagian besar dari mereka mengaku puas sehabis mencicipi khasiat jamu buatan Nyonya Meneer.

Seiring berjalannya waktu, Meneer semakin percaya diri meramu rempah-rempah dan tanaman mempunyai kegunaan lainnya. Perlahan namun pasti, jamu racikannya mulai merambah ke kota-kota lain di sekitar Semarang. Semakin banyak pula undangan yang tiba padanya untuk mengantarkan sendiri jamu racikannya itu. Kesibukan Nyonya Meneer di dapur tidak memungkinkan untuk memenuhi undangan itu. Dengan berat hati ia minta maaf dan sebagai gantinya, ia mencantumkan fotonya pada kemasan jamu buatannya. Tak ada yang keberatan, tak ada pula yang menerka bahwa di lalu hari, jamu dengan potret seorang 
perempuan ini begitu melegenda dan masih dipertahankan sampai sekarang sebagai simbol perusahaan.

Berbekal perabotan dapur biasa, perjuangan keluarga ini terus memperluas tempat penjualan. Hingga akhirnya, pada tahun 1919, demi mendukung kemampuan mengagumkan ibu empat anak ini dalam menolong orang lain dengan racikan jamunya yang mempunyai kegunaan tersebut, suami dan keluarganya mendukung pendirian sebuah perjuangan yang dinamai "Jamu Cap Potret Nyonya Meneer" di Semarang.

Untuk memperlihatkan pelayanan terbaik pada pelanggannya, Meneer juga membuka toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang. Dengan sumbangan anak-anaknya, perusahaan itu terus berkembang pesat. Jamu Nyonya Meneer tercatat mulai merambah pasar Jakarta dikala putrinya yang berjulukan Nonnie pada tahun 1940 memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan membuka gerai Nyonya Meneer, di Jalan Juanda, Pasar Baru, yang merupakan salah satu sentra acara ekonomi. Jamu yang tadinya muncul dari keterbatasan dan keprihatinan ini pun masuk ke ibukota dan meluas sampai ke seluruh penjuru negeri.

Pada tahun 1967, Nyonya Meneer duduk sebagai 
Direktur Utama, meskipun secara formal perusahaan dipercayakan kepada salah satu putranya, Hans Ramana. Sedangkan tiga anak lainnya yakni Lucy Saerang, Marie Kalalo, dan Hans Pangemanan diangkat menjadi anggota dewan komisi perusahaan. Sementara itu, untuk model administrasi masih mengikuti model yang diajarkan sang pendiri yang berorientasi pada laba besar. Perusahaan juga masih memakai sistem pengelolaan yang sederhana dan tradisional.

Memasuki dekade 1970-an, persaingan di industri jamu mulai ketat. Banyak pesaing Nyonya Meneer yang bermunculan di pasar. Pertarungan sengit antar produsen jamu dari segi harga, peluncuran jenis produk yang serupa, sampai pertarungan untuk memperebutkan pangsa pasar terlihat sangat kentara pada masa itu. Dua perusahaan yang merupakan pesaing bergairah bagi jamu Cap Nyonya Meneer ialah PT Sido Muncul dan PT Air Mancur.

Oleh alasannya ialah itu, perusahaan Jamu Cap Nyonya Meneer yang awalnya hanya mengandalkan produk minuman jamu ibarat temulawak, abadi ayu, dan jamu habis bersalin, lambat laun mulai melaksanakan diversifikasi produk biar tidak tergilas roda persaingan usaha. Untuk memperkaya varian yang sudah ada, diciptakanlah beberapa jenis produk yang lain ibarat minyak pijat, pengharum badan, scrubb untuk mandi, bedak wajah, param, sampai buste cream. Produk perusahaan Nyonya Meneer sebagian besar merupakan produk untuk kepentingan 
wanita. Terdapat 254 merek mencakup 120 macam produk berbentuk pil, kapsul, serbuk, dan cairan dan terbagi dalam tiga jenis, untuk perawatan tubuh, kecantikan, dan penyembuhan. Semua produk itu dipasarkan ke daerah-daerah di seluruh penjuru Tanah Air. Di tangan ibu dan anak, Nyonya Meneer dan Hans Ramana, perusahaan jamu ini berkembang pesat.

Nyonya Meneer meninggal dunia di tahun 1978, menyusul kepergian putranya Hans yang meninggal terlebih dahulu pada tahun 1976. Operasional perusahaan lalu diteruskan oleh generasi ketiga yakni kelima cucu Nyonya Meneer. Keperkasaan dan kecemerlangan prestasi perusahaan yang mencapai perjuangan hampir 1 kala ini juga sempat diwarnai kisah perseteruan internal yang khas terjadi dalam sebuah perusahaan keluarga.

Konflik keluarga itu berawal di tahun 1985, dikala terjadi perseteruan di antara kelima orang cucu pewaris tahta perusahaan yang belakangan berubah nama menjadi PT. Nyonya Meneer itu. Imbasnya, ratusan karyawan kurang diperhatikan. Bahkan Cosmas Batubara, 
Menteri Tenaga Kerja dikala itu ikut turun tangan menjadi penengah. Konflik kedua terjadi semenjak tahun 1989 sampai 1994, yang berujung pelepasan saham anggota keluarga pada 1995. Kini perusahaan murni dimiliki dan dikendalikan salah satu cucu Nyonya Meneer yaitu Charles Saerang. Sedangkan keempat orang saudaranya menentukan untuk berpisah sehabis mendapatkan bab masing-masing.

Kasus perusahaan keluarga Nyonya Meneer itu lalu dibukukan sebagai studi kasus, versi bahasa Inggrisnya dipublikasikan Equinox dan dipergunakan sebagai studi masalah ilmu pemasaran dan administrasi di sejumlah universitas di Amerika. Buku yang berjudul "
bisnis Keluarga: Studi Kasus Nyonya Meneer, Sebagai Salah Satu Perusahaan Obat Tradisional di Indonesia yang Tersukses" (Family Business: A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia's Most Successful Traditional Medicine Companies) diluncurkan di Puri Agung, Hotel Sahid Jaya Jakarta bertepatan dengan perayaan 88 tahun berdirinya Perusahaan Nyonya Meneer.

Penerbitan buku yang menceritakan PT Nyonya Meneer dari perjuangan minoritas menjadi lebih banyak didominasi dan konflik yang terjadi di perusahaan keluarga ini kabarnya sempat ditentang oleh keturunan Meneer lantaran secara terang menceritakan seni administrasi pemasaran produk jamu tradisional itu sampai merambah ke banyak sekali belahan dunia.

Pada 18 Januari 1984 didirikan Museum jamu Nyonya Meneer di Semarang yang sekaligus menjadi museum jamu pertama di Indonesia. Pendirian museum ini selain ditujukan sebagai cagar budaya, juga merupakan sentra informasi, pendidikan, promosi, serta sebagai media untuk melestarikan warisan budaya tradisional, wacana jamu yang mempunyai kegunaan dimana semua bahannya didapat dari Tanah Air.



Museum yang menempati lahan seluas 150 m² ini menyimpan banyak sekali koleksi benda budaya wacana jamu serta koleksi eksklusif Nyonya Meneer berupa foto-foto dan sejarah cara pembuatan jamu dengan memakai alat-alat tradisional, ibarat lumpang dan alu, pepesan, cuwo, panel dan bothekan yakni tempat menyimpan resep orisinil ramuan jamu. Pengunjung juga sanggup menyaksikan pemutaran slide wacana tata cara proses pembuatan jamu serta sanggup mencoba Jamu Nyonya Meneer. Untuk mengunjungi museum yang dibagi menjadi dua bab ini, pengunjung tidak dipungut biaya.


Kini, PT. Nyonya Meneer telah dianggap sebagai ikon industri nasional jamu dan kosmetik tradisional terbesar dan tertua di Tanah Air. Pemasaran pun mulai dilakukan secara modern diubahsuaikan dengan perkembangan zaman. Salah satunya dengan mendirikan Meneer Cafe di Jalan Hasanuddin, Solo, yang dikala ini sudah mulai bertebaran di beberapa sentra perbelanjaan. Perusahaan tersebut juga telah melebarkan sayapnya ke pasar internasional dengan berusaha memenuhi undangan ekspor ke sejumlah negara. Pada tahun 2006, PT Nyonya Meneer berhasil memperluas pemasaran ke Taiwan sebagai bab perluasan perusahaan ke pasar luar negeri sehabis sebelumnya berhasil memasuki Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Australia, Belanda, Arab Saudi dan Amerika Serikat.

sumber : kakus

Minggu, 19 Mei 2019

Inilah Sejarah Bendera Merah Putih Indonesia


Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari (1222-1292). Sejarah itu disebut dalam goresan pena bahwa
Jawa kuno yang menggunakan tahun 1216 Caka (1254 Masehi), menceritakan ihwal perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.

Mpu Prapanca di dalam buku karangannya Negara Kertagama mencerirakan ihwal digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M. Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu majemuk antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan gambar buah meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.

Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab yang lebih renta terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam. Bendera ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu Minangkabau dalam periode ke 14, ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah = warna hulubalang (yang menjalankan perintah) Warna Putih = warna agama (alim ulama) Warna Hitam = warna budpekerti Minangkabau (penghulu adat) – Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.

Dalam tebas tanah Jawa yang berjulukan babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan bahwa Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di bawah bendera Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.

Di serpihan kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah putih. Antara lain, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun menggunakan warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini ialah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di serpihan belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, ialah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.

Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambang keberanian, kewiraan sedangkan warna Putih merupakan lambang kesucian.



Merah Putih Pada Abad 20

Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam periode XX sebagai lambang kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng ditengah-tengahnya. Tujuan perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga dipakai untuk nama majalah yang diterbitkan.


Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.

Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala banteng.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia.



Sang saka merah putih di bumi Indonesia

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibuat pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan memutuskan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).


Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , semenjak ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 , Sang Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, ketika Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan materi bendera tersebut ialah kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada ketika itu dipakai khusus untuk menciptakan bendera-bendera negara di dunia sebab populer dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 hingga dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan hingga ketika ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil sebab jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu usang dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.

Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI ialah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.



Makna Bendera Merah Putih

Bendera Indonesia mempunyai makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan tubun utama dalam kuliner Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang dipakai ialah merah dan putih (umbul-umbul kakak putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa dipakai untuk upacara selamatan kandungan bayi sehabis berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai semenjak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unn utama dalam kuliner Indonesia, terutama di pulau Jawa. 

Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang dipakai ialah merah dan putih (umbul-umbul kakak putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa dipakai untuk upacara selamatan kandungan bayi sehabis berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai semenjak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba.

dikutip dari aneka macam sumber

Kamis, 16 Mei 2019

Inilah Ronny Lukito Pembuat Brand Eiger

EIGER didirikan oleh Ronny Lukito seorang pengusaha tas yang lahir pada tanggal 15 Januari 1962 di Bandung, Ronny Lukito yakni anak ketiga dari enam bersaudara. Ia satu-satunya anak pria yang lainnya yakni wanita dalam keluarga pasangan Lukman Lukito – Kumiasih. Ronny berdarah adonan Buton, Sumatera dan Jakarta itu mempunyai orang bau tanah yang menyambung hidup dengan cara berjualan tas. Ronny Lukito yakni seorang anak dari keluarga yang memprihatinkan . Orangtuanya bukanlah dari kaum berada. Di masa remajanya Ronny tinggal di Bandung. Dia yakni sebuah sosok cowok yang rajin dan tekun, ia bukan seorang lulusan perguruan tinggi tinggi negeri ataupun perguruan tinggi tinggi swasta favorit, ia hanyalah seorang lulusan STM (Sekolah Teknologi Menengah).

Sebenarnya ia sangat ingin sekali melanjutkan studinya di salah satu perguruan tinggi tinggi swasta terfavorit di Bandung, namun keinginannya itu tidak menjadi kenyataan lantaran terbentur dilema keuangan. Semenjak bersekolah di STM Ronny terbiasa berjualan susu yang dibungkus dengan plastik kecil, diikat dengan karet dan lalu ia jual ke rumah-rumah tetangga dengan sepeda motor miliknya. Masa sampaumur Ronny di Bandung dilewati dengan penuh kesederhanaan dan kerja keras yang jauh dari kehidupan serba ada. Hidup ditengah keluarga yang pas-pasan, tidak menciptakan Ronny mengalah pada keadaan. Orang tuanya yang mempunyai toko kecil khusus menjual tas, menciptakan Ronny terbiasa melihat secara pribadi proses produksi sebuah tas. Bahkan Ia beserta saudaranya sering terjun pribadi membantu orangtuanya dalam menjalankan bisnis tersebut. Dari mulai proses packing tas, merapikan tas-tas yang di display, serta menjadi kasir ketika ada pembeli yang membayar. Pengalaman itulah yang menjadi langkah awal Ronny untuk membuka Peluang bisnis tas, mengikuti jejak kedua orang tuanya. Saat masih sampaumur sebetulnya Ronny tak berpikiran untuk menjadi pengusaha. Ayahnya pun tak pernah mengarahkan Ronny semoga menjadi pengusaha. Namun setamat STM, ia harus berpikir realistis dalam melihat perekonomian keluarga. Ia kan memprioritaskan membantu orangtuanya jualan di toko.


Sejak tahun 1976, ketika Ronny duduk di kursi STM, toko ayahnya tersebut mulai menjual tas hasil karya sendiri. Saat itu merek tas produknya berjulukan Butterfly. Nama ini diambil dari merek mesin jahit buatan China yang mereka pakai. Ronny sendiri membantu membeli materi ke toko tertentu atau mengantarkan barang dagangan ke pelanggan mereka. Malahan, sebelum berangkat sekolah, Ronny jualan susu. Setelah pulang sekolah, Ronny kerja di bengkel motor sebagai montir. Jiwa entrepreneur yang dimilikinya semenjak duduk dibangku sekolah, menciptakan lelaki kelahiran Bandung ini gampang menyerap ilmu dari ayahnya. Tak usang sehabis bekerja di toko milik sang ayah, Ia pun memulai peluang bisnis pembuatan tas sendiri. 

Tahun 1979, Ronny ingin kuliah, menyerupai impiannya selama ini. Namun ia melihat bahwa orangtuanya tidak mampu membiayai dirinya kuliah.  Oleh alasannya itu, ia membantu perekonomian keluarga. Ronny mulai menyebarkan bisnis tersebut. ia mulai memasukkan tasnya ke Matahari. Meski hanya mendapat order sedikit Ronny kembangkan usahanya terus menerus. Dengan modal kurang dari satu juta rupiah, Ronny membeli dua mesin jahit, peralatan jahit, dan sedikit materi baku pembuatan tas. Dibantu dengan satu orang pegawai berjulukan Mang Uwon, Ronny memproduksi tas. sekitar tahun 83-84 Ronny berkeinginan memasukkan produk ke Matahari, ketika di awal awal mengajukan sebagai pemasok itu, Ronny ditolak terus oleh bab pembelian, gres hingga mengajukan ke 13, permohonan ronny memasukkan Produk tasnya diterima, ketika itu pun, nilai tas yang dijual tidak hingga 300 ribu.

Ronny terjun sendiri ke daerah-daerah untuk mencari mitra-mitra pengecer gres guna membuka pasar baru. Ia rajin keliling daerah. Dia membuang kemalasan dan sadar bahwa masa depannya ditentukan pada momen itu. Dia berangkat ke kota-kota lain untuk mempromosikan dan membangun jaringan pemasaran. Walaupun masih dalam tahap awal memulai usaha, ia merasa tidak begitu menguasai pengetahuan dunia usaha dan pemasaran sehingga ia putuskan untuk memakai jasa seorang konsultan. Ronny banyak berguru secara privat mengenai pengetahuan administrasi dan juga mengambil kursus administrasi keuangan. Bila ada seminar atau kursus yang menurutnya bagus, Ronny juga berusaha untuk menghadirinya. Membaca buku-buku yang relevan untuk pengembangan diri juga terus dilakukan.

Pada tahun 1984, alhasil Ronny membeli rumah perhiasan seluas 600m2 untuk menambah ruang produksinya. 2 tahun lalu tahun 1986 Ronny membeli tanah seluas 6000m2 untuk menambah lagi ruang produksi. Setelah menikah tahun 1986, ia merekrut marketing professional. Dengan usaha yang gigih dan tak mengenal lelah, ia mengetahui peluang pasar lantaran ia tahu persis luar dalam bisnis tas ini termasuk hal-hal di lapangan, ia tahu hambatan apa saja dan lika liku di lapangan. Akhirnya impian Ronny untuk menjadi pemain terbesar di dalam bisnis tas tercapai. Mulai dari Matahari, Ramayana, Gunung Agung, Gramedia, dan dept. store besar lainnya menjual produk Ronny menyerupai Eiger, Export atau Bodypack. Kalangan praktisi bisnis tas niscaya tahu bahwa kini B&B Inc. milik Ronny merupakan salah satu perusahaan nasional terbesar. Tak berhenti di situ, kini perusahaan Ronny juga sudah memproduksi jenis lain menyerupai dompet, sarung handphone, dan aneka macam jenis produk lain. Salah satu kebiasaan Ronny yang baik yakni kemauannya untuk berguru dan menyebarkan diri. Ia tak merasa aib atau gengsi untuk bertanya kalau memang ia tidak tahu. Dengan cara inilah ia bisa berkembang dan sukses hingga sekarang.


Eiger pertama kali diproduksi pada tahun 1993. Nama Eiger sendiri diambil dari nama Gunung Eiger di Swiss dan dicetuskan oleh pemilik Eiger, Ronny Lukito. Eiger ditujukan untuk peralatan acara outdoor, menyerupai mendaki gunung, kemah, panjat tebing dan aktifitas lainnya yang masih menyangkut dilema acara luar. Ketekunan dan kerja kerasnya dalam menjalankan usaha, mengantarkan lelaki lulusan STM ini menjadi pengusaha sukses yang luar biasa. Terbukti bukan hanya berhasil membawa tas merek exsport hingga mancanegara, namun kini dibawah naungan B&B Inc. Ronny berhasil membawahi empat anak perusahaan besar antara lain PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI), PT. Eigerindo MPI, PT. EMPI Senajaya dan CV Persada Abadi. Sederet merek tas ternekal pun, menjadi bukti kasatmata keberhasilan Ronny Lukito dalam menguasai pasar tas baik lokal maupun internasional. Membidik aneka macam segmen pasar, Ronny pun menyebarkan sayapnya dengan memasarkan merek Eiger, Exsport, Neosack, Bodypack, Nordwand, Morphosa, World Series, Extrem, Vertic, Domus Danica serta Broklyn. Tak berhenti di situ, kini perusahaan Ronny juga sudah memproduksi jenis lain menyerupai dompet, sarung handphone, dan aneka macam jenis produk lain. Salah satu kebiasaan Ronny yang baik yakni kemauannya untuk berguru dan menyebarkan diri. Ia tak merasa aib atau gengsi untuk bertanya kalau memang ia tidak tahu. Dengan cara inilah ia bisa berkembang dan sukses hingga sekarang.

PT. Eksonindo Multi Product Industry milik Ronny Lukito telah berhasil menciptakan beberapa brand yang menguasai pasaran Indonesia dan luar negeri, menyerupai Libanon, Singapura, Filipina, dan Jepang. Masing-masing brand punya ciri khas dan sasaran pasar yang berbeda. Merk tersebut diantaranya adalah: Setiap tahun, perusahaan ini memproduksi 2.500.000 tas dengan 8.000 desain yang berbeda, yang mereka harapkan akan merajai pasaran. Dengan dikeluarkannya majemuk brand dengan fungsi dan nama yang lebih spesifik, diperlukan produk mereka tidak saling memakan dipasaran antara produk yang satu dengan yang lainnya. Maka tas yang digunakan untuk acara naik gunung tentu akan berbeda pula. Model-model yang sedang tren di blantika mode internasional menjadi pola perusahaan ini dalam mengeluarkan produk terbaru. Dengan derma para desainer jebolan dari aneka macam macam universitas menyerupai diantaranya, ITB maupun Universitas Trisakti. Perusahaan ini setiap bulan setidaknya bisa mengeluarkan 40 model tas dan produk lainnya.

sumber : kaskus

Senin, 13 Mei 2019

Inilah Charles Goodyear (Pendiri Perusahaan Goodyear)

Charles Goodyear yaitu seorang warganegara Amerika kelahiran Philadelphia yang telah berhasil mengolah getah karet menjadi benda yang amat penting bagi setiap kendaraan. Pengendara sepeda, pengemudi becak, pemilik kendaraan beroda empat atau pilot pesawat terbang sudah selayaknya mengucapkan terimakasih atas jasa-jasanya yang amat besar. Ia mengolah kami dari kepingan-kepingan karet hingga menjadi benda yang amat berguna. Begini kisah Kami getah karet:

Sekitar tahun 1830 perindustrian karet di Amerika menarik perhatian rakyat. Dapatlah dikatakan, di kala itu rakyat Amerika sedang demam karet. Tiap orang terpesona oleh getah yang keluar dari tubuh kami. Tetapi tak terduga-duga sedikitpun, kami dicemoohkan. Apa sebabnya? Ketika itu barang-barang yang dibentuk dari karet menjadi amat keras di ekspresi dominan salju dan menjadi lengket jika ekspresi dominan pabas. Rakyat Amerika marah, seolah-olah mereka ditipu oleh pabrik karet yang berjulukan Roxbury India Rubber Co. Tiap hari berpuluh-puluh macam barang yang dibentuk dari karet dikembalikan ke pabrik itu. Caci maki yang menodai nama pabrik berkumandang setiap hari.

Pada suatu hari sang Direktur menilik keadaan pabriknya. Setengah frustasi ia memerintahkan biar sejumlah besar karet yang telah lengket dan berharga tak kurang dari dua puluh ribu dollar itu dipendam dalam lubang raksasa. Di kala itu rata-rata pabrik-pabrik karet hanya sanggup bertahan hidupnya tak lebih dari 5 tahun. Suatu kerugian besar bagi penanam-penanam modal.

Di kala rakyat sudah tak mau lagi mempedulikan barang-barang yang dibentuk dari karet, muncullah seorang pedagang besi yang sudah bangkrut, yaitu Charles Goodyear. Hatinya tertarik juga akan keajaiban getah kami. Dan rupanya ia ingin mengadu nasibnya menciptakan sendiri barang-barang dari karet.

Pertama-tama ia menciptakan pentil. Sayang sekali usahanya yang pertama ini gagal lantaran tak laku. Terpaksa ia harus pulang ke kota kelahirannya, Philadelphia. Namun semangat usahanya walaupun hasil usahanya sendiri tak laku, tak kunjung padam. Ia hanya heran mengapa orang-orang tak mau membeli pentilnya, padahal benda itu banyak gunanya.

Nasib si Charles betul-betul sedang sial. Menjadi pedagang besi bangkrut, berdagang karet tak laris dan di daerah kelahirannya pun ia mengalami nasib lebih jelek lagi. Ia ditangkap dan dipenjarakan lantaran tak bisa lagi melunasi hutang-hutangnya. Setelah beberapa hari mendekam dalam sel penjara ia minta kepada istrinya biar dikirimkan beberapa bungkal karet mentah. Ia bertekad selama berada di dalam penjara akan mengadakan percobaan-percobaan dengan karet mentah itu. Setelah mendapatkan sebungkal karet yang masih mentah sama sekali, ia mulai mengadakan percobaan. Berjam-jam ia duduk di kursi kecil sambil meremas-remas bungkalan karet. Dalam pikirannya muncul suatu pertanyaan yang membesarkan hatinya. Jika sifat karet ini rekat mengapa tidak bisa diberi gabungan serbuk untuk menghisap kerekatan itu? Di ketika itu juga ia teringat akan serbuk magnesia yang amat halus menyerupai bedak. Ia terus mengadakan percobaan sambil menunggu waktu dibebaskan dari penjara.

Setelah keluar dari penjara ia mencoba mempraktekkan hasil penemuannya. Dengan sumbangan bekas sobat sekolahnya, istrinya dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil ia menciptakan beberapa pasang sepatu karet. Usahanya mulai kelihatan hasilnya. Tetapi kegembiraannya cepat sekali berganti dengan kesedihan. Sebab, sebelum sepatunya sanggup dijual, datang ekspresi dominan panas. Semua sepatu berubah lagi bentuknya menjadi bungkalan karet yang amat lengket.

Temannya, istri dan anak-anaknya bingung. Tetapi Charles Goodyear damai saja menghadapi kejadian yang aneh itu. Sekarang ia akan mencampurkan dalam karet yang meleleh itu dua macam zat pengering, yaitu serbuk magnesia dan kapur sirih. Setelah adonan tercampur benar-benar, kemudian dimasak hingga mendidih. Apa hasilnya? Karet itu tak meleleh lagi walau hari amat panas. Beberapa hari kemudian hasil percobaannya itu diberi banyak sekali warna yang menarik. Pada suatu hari ia kan mengadakan sati percobaan lagi. Karena kehabisan bahan, terpaksa ia mengambil benda pola yang lama. Untuk menghilangkan warna perunggu, ia mencoba membubuhi asam sendawa. Di luar dugaannya sama sekali, warna itu tidak hilang, malah menjadi hitam pekat. Tanpa dipikir panjang lagi sebungkal karet hitam itu dibuang ke keranjang sampah. Tiga hari kemudian ia teringat lagi dengan benda hitam yang dibuangnya ke keranjang sampah. Ia berpikir sejenak sehabis ia ingat dan sadari bungkalan karet yang dicampur dengan asam sendawa itu sifatnya bermetamorfosis lebih halus. Akhirnya benda yang telah dibuang itu dicari lagi. Benar juga apa yang dipikirkannya. Bungkalan karet itu menjadi lebih halus dan kering menyerupai kain. Mulailah terbuka pikirannya, bahwa karet betul-betul sanggup dijadikan banyak sekali barang yang amat berkhasiat bagi manusia. Sekarang ia ingin mempraktekkan hasil percobaannya dengan sungguh-sungguh. Ia ingin membuktikan, bahwa karet sanggup dimanfaatkan menjadi barang-barang yang berharga.

Baru saja seorang pengusaha di New York berjanji akan menunjukkan sumbangan uang untuk usahanya, pada tahun 1873 Amerika dilanda krisis keuangan. Hancurlah semua perjuangan dan angan-angannya. Dengan perasaan kecewa, karenanya pindahlah, keluarga Goodyear ke pabrik karet yang sudah kosong di Staten Island. Di sana ia hidup dari menangkap ikan. Tentu saja penghasilan yang diperolehnya tidak mencukupi untuk makan sekeluarga. Lima tahun lamanya keluarga Goodyear hidup melarat. Karena merasa kasihan, beberapa orang petani di Woburn menunjukkan sumbangan susu dan kentang kepada anak-anaknya, walaupun kentang itu belum bau tanah benar. Tanpa sumbangan mereka, tidaklah tidak mungkin belum dewasa Goodyear akan lebih menderita lagi.

Setelah melewati masa-masa yang suram, di ekspresi dominan salju pada tahun 1839 terjadi suatu kejadian yang tidak terduga-duga. Goodyear mulai mengadakan percobaan dengan karet. Dan kali ini sebagai materi gabungan dipergunakannya welirang dan hasilnya mengagumkan sekali. Dalam bulan Februari 1839 ia menunjukkan kepada pemilik sebuah toko di Woburn rumus karet dan belerangnya. Apa hasilnya? Pemilik toko itu hanya mentertawakan dan mengejek saja. Goodyear yang selalu damai rupanya tak sanggup menahan kesabarannya lagi lantaran selalu diejek. Sambil menggenggam sebungkal karet dilampiaskanlah amarahnya. Apa yang terjadi kemudian? Karet yang digenggamnya terlepas dan jatuh di atas tungku api yang amat panas.

Ketika ia membungkukkan badannya hendak mengoreknya dari tungku; karet itu tidak mencair, hanya hangus saja menyerupai kulit. Di sekitar daerah yang hangus itu tampak tepi bingkas berwarna kecoklat-coklatan. Zat ini memang karet juga. Tetapi sudah sedemikian rupa, hingga merupakan zat yang gres sama sekali. Inilah yang kemudian menjadi karet tahan iklim, tidak berubah sifatnya oleh panas maupun dingin.

Nah, kini Goodyear tahu panas dan welirang sanggup merubah sifat karet. Walau begitu ia belum puas, lantaran belum tahu berapa usang harus dipanaskan dan berapa derajat tinggi panas itu. Dengan penuh kesabaran ia memperabukan karet dalam pasir panas, kemudian ditaruh dalam uap panas. Kemudian digencet di antara dua batang besi panas pula.

Sementara itu hidup Goodyear sekeluarga betul-betul melarat sekali. Tiba-tiba timbul kekhawatirannya akan mati dengan demikian maka belakang layar pembuatan karetnya terbawa dalam kubur. Inilah yang selalu mengganggu jiwanya. Untuk menyambung hidup mereka, terpaksa ia menjual barang-barangnya. Hari ini arlojinya dijual, besok atau lusa perabotan rumahtangganya pindah ke tangan tukang loak. Dan ketika piring makan sudah habis pula dijual, terpaksa ia menciptakan piring dari karet.

Dengan hati duka ia pergi ke Boston dengan maksud meminta pertolongan kepada teman-temannya. Kasihan sekali nasibnya. Bukan pertolongan yang diterimanya, melainkan ia dijebloskan ke dalam penjara; alasannya yaitu ia tak sanggup membayar rekening hotel sebesar 5 dollar. Sementara itu sudah 6 dari 12 orang anaknya meninggal dunia lantaran kelaparan.

Kalian tentu tahu dan sanggup mencicipi pula betapa pedih hati Goodyear menghadapi peristiwa alam yang amat berat itu. Namun ia tetap berkeras hati hendak mewujudkan apa yang pernah ia lakukan dengan percobaan-percobaannya.

Suatu hari ia menemukan, bahwa karet yang dipanasi oleh uap selama 4 hingga 6 jam dengan suhu 270 derajat Fahrenheit akan menunjukkan hasil seragam yang memuaskan. Penemuannya yang gilang-gemilang itu menciptakan orang lain kaya raya, tetapi tidaklah demikian bagi Goodyear. Dalam perjuangan dagangnya ia tidak semaju menyerupai dalam lapangan penemuannya. Orang-orang lainlah yang memetik hasil yang lebih besar dari inovasi itu. Memang, waktu diadakan Pameran Perdagangan Dunia di London dan Paris pada tahun 1850 ia menerima penghargaan Silang Legium Kehormatan dari Kaisar Napoleon III, tetapi ketika ia meninggal dunia (tahun 1860) ia meninggalkan hutang sebesar dua ratus ribu dollar. Tetapi honorarium yang diperolehnya sehabis ia meninggal dunia menciptakan keluarganya hidup bahagia. Salah seorang anaknya, Charles Yr, mewarisi talenta bapaknya yang lebih berharga. Ia berhasil menciptakan mesin-mesin pembuat sepatu. Dari hasil penemuannya ini ia hidup berbahagia.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, perusahaan karet terbesar sedunia diberi nama Goodyear Tire & Rubber Co.


sumber : kaskus

Jumat, 10 Mei 2019

Inilah Sejarah Berdirinya Perusahaan Rip Curl

Olahraga yaitu salah satu aktivitas yang menjadi sentra perhatian masyarakat dunia dimana hampir semua golongan masyarakat melakukannya.Dalam suatu olahraga, perlengkapan olahraga yaitu penunjang yang menjadi prioritas utama.Ripcurl hadir sebagai salah satu dari sekian banyak perusahaan yang menyediakan banyak sekali perlengkapan olahraga.

Bagi anda yang hobi berolahraga khususnya olahraga air dan olahraga ekstrem lainnya, produk-produk yang dicipakan Ripcurl sanggup jadi bukan lagi sesuatu yang asing.Pencarian peralatan olahraga yang sanggup menunjang kenyamanan anda dalam melaksanakan aktivitas olahraga tentu merupakan suatu kebutuhan yang penting.Peralatan yang berkualitas dan memadai akan menciptakan aktivitas berolahraga anda menjadi sangat menyenangkan.Ripcurl pun mencoba mengambil hati para para pencinta olahraga khususnya olahraga air.Ripcurl juga mulai memproduksi barang-barang lain, salah satunya yaitu kaos.

Tahun 1969 yaitu tahun yang bersejarah bagi perusahaan Ripcurl, di tahun inilah Ripcurl berdiri bersama dengan mendaratnya Neil Amstrong ke bulan.Pada tahun tersebut, olahraga surfing menjadi salah satu hal yang dibicarakan oleh masyarakat Australia.Olahraga surfing atau sanggup disebut berselancar menjadi sebuah olahraga yang banyak diminati dan berkembang di negara tersebut.

Produsen penyedia banyak sekali perlengkapan olahraga air itupun mulai banyak berkembang.Dua tahun sebelumnya, pada tahun 1967, sebuah dewan revolusi singkat atau masyarakat Australia mengenalnya dengan istilah The Short Board Revolution telah melahirkan banyak sekali experimen mengenai desain-desain papan selancar dan teknik bagaimana berselancar dengan baik.

Pada dikala itu, di kawasanVictoria yang beriklim cuek terjadilah proses pembangunan sebuah perusahaan pembuatan banyak sekali perlengkapan untuk berselancar berjulukan Ripcurl.Kawasan tersebut yaitu tempat berlakunya banyak sekali keseriusan masyarakat Australia dalam mendesain papan selancar serta mempelajari teknik berselancar dengan baik.Namun tempat cuek menyerupai itu ternyata tidak cukup baik untuk membangun semangat para perselancar.

Dua orang tokoh yang berdiri di balik keberhasilan Ripcurl sampai dikala ini yaitu Charlie Sartlett dan Brian Singer.Mereka yaitu dua orang penduduk orisinil Torquay, sebuah tempat di Australia yang bersahabat dengan daerah pantai.Mereka yaitu dua perselancar muda pelopor berdirinya perusahaan Ripcurl ini.Berada di tempat pinggir pantai menciptakan dua orang tersebut menjadi perselancar yang tangguh.Mereka sama sekali jauh dari kehidupan sampai bingar di tengah kota Australia.Baru sehabis hal-hal yang bekerjasama dengan dunia perselancaran, tempat di sekitar tempat mereka mulai banyak dikunjungi.Kawasan pinggir pantai Australia menjadi tempat favorit bagi sebagian masyarakat di sana.

Dalam euforia antuasiasme serta penemuan yang dibarengi dengan kualitas serta keahlian teknis dalam pembuatan papan selancar, Ripcurl masih masih konsisten menghasilkan banyak sekali barang yang hanya akan dipasarkan secara lokal.Pada tahun 1970, Ripcurl menyewa sebuah rumah bau tanah di Torquay.Kerjasama skala kecilpun mulai mulai dilakukan, Ripcurl berkerjasama dengan banyak pihak dan mulai memperbanyak jumlah karyawannya.Barang produksi dari Ripcurl pun bertambah.Selain papan selancar yang populer revolusioner, Ripcurl juga memproduksi pakaian selam yang terbuat dari karet.

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini