Berbagi Cerita - Kisah Sukses

Asalamualaikum Wr, Wb. Hidup hanya sekali dan tidak akan berulang untuk ke duakalinya di bumi yang sama ini, Lalu apa tujuan hidup Kita? bagaimana kita menghadapinya untuk bisa mencapai cita-cita kita? dan jalan apa yang harus kita tempuh untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Disini saya mencari artikel-artikel tentang kisah orang-orang yang telah sukses meniti karirnya dibidanganya masing-masing. Semoga ini bisa menjadi Inspirasi untuk kita semua dalam menjalani hidup didunia ini. Walaupun terkadang banyak sekali rintangan yang kita hadapi tetapi hendaklah kita bersabar untuk menjalaninya agar hidup kita menjadi lebih baik dan dari hari-hari sebelumnya, (baca dan resapi kisah perjuanganya, kemudian lakukan yang terbaik dalam hidup anda)Salam kenal dari Saya

Jumat, 29 September 2017

Inilah Cerita Wirausahawan Sukses - Au Bintoro

Kisah wirausahawan sukses ini yakni seorang insan yang mendapat kelebihan dari sang Pencipta. Mengapa tidak, berkat tangan dinginnya ia bisa mengubah perabot rumah tangga yang dikenal dahulu sulit untuk mengangkutnya, tapi ditangannya perabot rumah tangga itu disulap menjadi produk yang sanggup dibongkar pasang.

Kisah wirausahawan sukses ini dibesarkan dari keluarga yang sederhana membuat dia hidup apa adanya. Sejak kecil anak ke-3 dari 11 bersaudara ini sudah ringan tangan.Buktinya ia selalu membantu orang tuanya bekerja. Namun, dia tidak usang tinggal di tanah kelahirannya. Di ketika usianya masih anak-anak, dia bersama saudaranya pindah ke kota Bogor. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti dan simak kisah sukses pengusaha berikut ini.


 ini yakni seorang insan yang mendapat kelebihan dari sang Pencipta Inilah  Kisah Wirausahawan Sukses - Au Bintoro
Au Bintoro

Kisah sukses Au Bintoro, pendiri Olympic Furniture, diawali tahun 1980. Ketika itu ia merasa bahwa toko furniture terlalu membebani konsumennya dengan ongkos kirim yang begitu besar. Mahalnya ongkos kirim itu disebabkan lantaran beratnya produk furniture sehingga untuk mengangkatnya diharapkan beberapa orang pekerja, selain itu pengusaha furniture tidak sanggup membawa banyak barang sekaligus—satu truk kecil hanya bisa mengangkut beberapa meja mencar ilmu saja—sehingga tidak efesien. Bayangkan jikalau meja-meja tersebut harus diantarkan ke alamat pelanggan yang berada di pelosok-pelosok daerah, bukan mustahil ongkos kirimnya lebih mahal dari harga meja itu sendiri.

Au yang ketika itu masih berprofesi sebagai pembuat box speaker memutar keras otaknya semoga bisa menemukan meja mencar ilmu yang lebih praktis, ringan, dan bisa diangkut dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu truk. Au mempunyai ide untuk membuat sebuah meja yang sanggup dibongkar pasang. Dengan ide ini ia berharap pengangkutan meja jadi lebih gampang dan murah. Namun ia menemukan masalah, penggunaan kayu yang berat bobotnya mengakibatkan timbul kesulitan membuat pasak-pasak yang cukup besar lengan berkuasa untuk merekatkan bagian-bagian meja.

Ia kemudian mencoba-coba membuat meja dari materi baku box speaker yang dimilikinya, dan ternyata sukses. Ia bisa membuat meja yang lebih kecil, ringan, dan gampang dibongar pasang. Meja mencar ilmu gres itu tersusun dari serpihan-serpihan papan partikel dengan perekat sekrup yang bisa di cucuk-cabut. Setiap potongan diberi tanda khusus untuk mencocokkannya dengan potongan lain. Ini menyerupai dengan mainan bongkar pasang anak-anak.

Produk ini selain gampang dibawa ternyata juga menawarkan keuntungan lain bagi penjualnya, yaitu memperkecil biaya penggudangan (storage cost) lantaran penjual hanya perlu merakit satu produk saja sebagai display, sementara produk yang digudang dibiarkan dalam keadaan terbongkar sehingga tidak memakan banyak ruang.

Walau begitu Au belum mempunyai cukup nyali untuk menjualnya secara massal, dan lebih menentukan untuk menjualnya menurut pesanan. Suatu hari seorang konsumen memesan meja itu dalam jumlah ribuan. Au girangnya bukan main. Setelah harga disepakati, pengerjaan meja itu dilakukan 24 jam nonstop semoga simpulan sempurna waktu.

Namun malang di tengah jalan order itu diputus secara sepihak. Akibatnya Au terpaksa menumpuk produk dan materi baku yang tersisa di gudang. Setelah menunggu tanpa kepastian, Au nekad menjual meja pesanana itu ke toko-toko furniture. Ternyata meja-meja itu laris keras dan habis terjual. Ini membuat Au semakin percaya bahwa konsumen telah usang menantikan sebuah meja mencar ilmu yang lebih mudah menyerupai buatannya. Pada tahun 1983, Au benar-benar menekuni bidang furniture dan meninggalkan profesinya sebagai pembuat box speaker. Setahun sebelumnya dia meresmikan sebuah pabrik Cahaya Sakti Multi Intraco yang khusus memproduksi meja (menyusul kemudian tempat tidur, meja serbaguna, lemari hias, lemari pakaian, rak televisi, meja kantor, dan hampir semua jenis furniture.

Au menamai merek produknya “Olympic Furniture” lantaran terinspirasi dengan Olimpiade XXIII yang berlangsung di Los Angeles pada 1984. Au mengutip ajang olahraga tersebut sebagai label dengan impian Olympic sanggup bergaung sehebat olimpiade yang populer di seluruh penjuru dunia. Inspirasi ini dikemudian hari menguntungkan Au lantaran konsumen lokal mengenalinya sebagai produk impor meskipun bahwasanya serpihan-serpihan perabot itu semuanya dibentuk di Bogor dengan tenaga kerja lokal.

Pada tahun 1997, menyerupai kebanyakan pengusaha lain, Au mengalami goncangan dahsyat jawaban Krisis Moneter yang melanda Indonesia ketika itu. Ongkos pembelian materi baku membengkak gila-gilaan dan karyawan menginginkan kenaikan gaji, sementara rata-rata 5 dari 10 konsumen membatalkan membelian. Bisnis Au mengalami masa-masa paling suram dan hampir semua planning besar terbengkalai begitu saja. Gara-gara krisis pula Au terpaksa menjual separuh lahan beserta gedung di kawasan Sentul Jawa Barat yang awalnya direncanakan sebagai sentra produksi terpadu, mulai dari pengolahan kayu hingga finishing.

Au mendapat ide lain untuk mengatasi duduk kasus ini. Bila sebelumnya ia hanya mengandalkan toko-toko furniture untuk menjual produknya, sekarang ia bekerja sama dengan peritel besar menyerupai Carrefour dan Giant. Ia juga berafiliasi dengan gerai kredit Columbia semoga konsumen lebih gampang mendapat dana untuk membeli produknya. Strategi ini berhasil mengembalikan penjualan Olympic ke tingkat semula, bahkan lebih.

Memasuki tahun 2003 ia menggandeng perusahan furniture asal Jerman, Garant Mobel International dan gotong royong mendirikan Garant Mobel Indonesia (GMI) dengan 75% saham dimiliki Olympic. GMI bertindak sebagai pemberi hak waralaba yang menghubungkan pemasok dan para peritel mebel merek Garant asal Jerman, dan merek kelas atas milik Olympic. Usaha ini membuat merek gres MER yang diwaralabakan dengan biaya minimal Rp.500 juta beserta show room seluas 100 meter persegi. Kerja sama ini mengakibatkan Au sebagai peritel furniture pertama di Indonesia.

Au juga mulai mengibarkan merek-merek gres untuk menguasai pasar, contohnya Solid Furniture, Albatros, Procella, Olympia, dan furniture berharga murah Jaliteng. Diversifikasi produk itu dibentuk menurut daya beli sasaran market-nya. Albartos contohnya mencoba menampilkan desain klasik dan minimalis yang diubahsuaikan dengan tren perkembangan desain rumah masyarakat kelas atas yang berselera ala Eropa dan Asia modern.(Sumber: noveloke.com)

Au merupakan dongeng wirausahawan sukses yang mempunyai impian besar semoga perjuangan yang telah dirintisnya bisa bertahan dan bersaing semoga menghasilkan perusahaan yang berkualitas terbaik. Semua ini yakni berkat kerja keras, kegigihan, dan pantang mengalah yang tercermin dalam sosoknya. Au Bintoro yakni aktivis industri furniture Indonesia yang sangat dikenal semua kalangan, baik dari tingkat office boy hingga eksekutif perusahaan. Dengan membawa visi yang diembannya, maka tumbuhlah perusahaan yang bisa merajai kelas dunia. Selain itu dengan membawa merek olympic furnitue, Au semakin memimpin di puncak perbisnisan furniture yang ada di Indonesia. Akhirnya saya berharap semoga pembaca sekalian bisa memetik makna dari perjalanan kisah sukses wirausahawan di atas. Jaga terus semangat entrepreneurship, salam sukses selalu!

Jumat, 01 September 2017

Inilah Kiat-Kiat Menjadi Orang Sukses - Kenneth Tjahjady Sudarto

Kiat-kiat menjadi orang sukses pendiri Matari Advertising. Mungking Anda pernah mendengar nama perusahaan yang satu ini. Perusahaan yang mengambil jalur di bidang periklanan di Indonesia ini, konon hingga kini sangat melegenda. Namun, apakah Anda tahu, siapa orang dibalik kesuksesan Matari Advertising? Ya, benar sekali, ia ialah Kenneth Tjahjady Sudarto atau yang lebih erat di panggil Ken Sudarto. Berkat tangan dinginnya, perusahaan yang dulunya didirikan disebuah garasi, kini disulapnya menjadi perusahaan yang kokoh dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Kesuksesan yang telah diraih oleh Ken Sudarto memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan kiat-kita menjadi orang sukses pada ketika kita mencicipi jatuh bangun, penuh dengan kepahitan dan kegetiran. Roda kehidupan dia ketika kecil tidaklah begitu mulus. Tetapi dia terbiasa kerja keras untuk meraih cita-citanya menjadi pengusaha sukses Indonesia. Selanjutnya silakan ikuti paparan artikel berikut ini.

 Mungking Anda pernah mendengar nama perusahaan yang satu ini Inilah  Kiat-kiat Menjadi Orang Sukses -  Kenneth Tjahjady Sudarto
Kenneth Tjahjady Sudarto

Dia tokoh periklanan Indonesia. Bahkan pantas digelari legenda hidup periklanan Indonesia. Ken, panggilan erat Kenneth Tjahjady Sudarto, salah seorang perintis periklanan Indonesia. Pendiri Matari Advertising, ini memulai usahanya dari garasi di daerah Cideng hingga mempunyai gedung megah Puri Matari di segitiga emas Kuningan.

Pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 16 Maret 1942, ini meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pukul 06.06, 5 November 2005.

Ken meninggal sehabis setahun lebih berjuang melawan penyakit lymphoma (kanker kelenjar getah bening). Dia meninggalkan seorang isteri, Sylvie Febryanti Sudarto, dan tiga anak Michael Dirgo Sudarto, Glenn Ario Sudarto dan Cynthia Anggraini Sudarto, serta tiga orang cucu Allegra Divya, Alexa Kirana, dan Tristan Ario.

Jenazah Presiden Komisaris Kelompok Matari Advertising itu datang di Bandara Soekarno Hatta dari Singapura sekitar pukul 20.00, Sabtu 5 November 2005. Selanjutnya dibawa ke Puri Matari di daerah Kuningan. Di sana para karyawan dan staf memperlihatkan penghormatan terakhir. Setelah itu, iring-iringan kendaraan beroda empat mayit menuju ke rumah almarhum di Jl Kemang Timur IV. Selanjutnya dibawa ke rumah sedih di RSPAD Gatot Subroto, Jl Abdul Rahman Saleh No 24, Kwini, Senen, Jakarta Pusat.

Tampaknya, hingga maut menjemputnya dia terus berjuang. Sebelum meninggal, dari CCU Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, Ken mengirim SMS kepada stafnya berbunyi: "Hidup ialah bagaikan bendera perang. Kadang-kadang berkibar megah, menantang. Kadang-kadang kotor, robek-robek, dan hampir jatuh ke tangan musuh. Tapi harus tetap dipertahankan dengan gagah berani, hingga ke tangan Tuhan".

Perjuangannya dalam dunia periklanan dimulai dari garasi di daerah Cideng dengan dua orang pegawai. Sebelum mendirikan Matari (Agency Representative Matari Advertising, 1970-1971), Ken meniti karir sebagai Manager US Summit Corporation (1964-1968), Wiraswasta (1968-1969) dan Staf Lokal Ubersee Handel AG (1969-1970). Kemudian semenjak 1971 dia menjabat Presiden Direktur Matari Inc, perusahaan periklanan yang semula berhubungan dengan Mark Lean Advertising. Setelah dua tahun kemudian memisahkan diri.

Kemudian Matari sepenuhnya memakai tenaga mahir Indonesia, alasannya menganggap merekalah yang lebih mengenal negeri ini. Modalnya juga domestik.

Kenneth Sudarto-Matari AdvertisingSempat mengalami masa sulit tahun 1975-1976, karena dia mencoba berspekulasi di luar bidang periklanan. Lalu menerima derma dari klien lama. PT Astra dan Konimex dengan membayar di muka, serta harian Sinar Harapan dan Surabaya Post bersedia menunda penagihan. Ditambah lagi suntikan modal dari Paul Karmadi, temannya semenjak kecil, dengan membeli 30% dari seluruh saham.

Perusahaan ini kemudian berkembang pesat., menjadi biro iklan paling lengkap di Indonesia. Matari Inc ini mempunyai studio foto, amphi-theater, studio rekaman modern, perpustakaan, dan kemudahan komputer.

Juga mempunyai kantor di gedung sendiri, Puri Matahari berlantai empat, di Jalan Rasuna Said, Jakarta. Serta mempekerjakan sekitar 200 karyawan.

Biro iklan ini setidaknya melayani sekitar 30-an klien setiap tahun. Di antaranya Toyota, Mitsubishi, Honda, Daihatsu, SIA, Cathay, Garuda, Fuji, Kodak, National, Sony, ITT, Unilever, BCA, dan lain-lain. Dari setiap klien, Matari menarik agency fee 15%sampai 20%.

Sulung dari lima bersaudara (Ken, Imelda, Berty, Liza dan Bambang), putera dari So Ping Hian (ayah) dan Setiawati K Sudarto (lo Bie Lan, Ibu) pedagang kelontong, ini lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 16 Maret 1942. Mengecap pendidikan SR, Jalan Sabang, Jakarta (1954), Sekolah Menengah Pertama Kanisius, Jakarta (1957) dan SMAK I, Jakarta (1960).

Sempat kuliah di FE UI, Jakarta, hingga tingkat IV, 1965. Kemudian berguru administrasi (Smaller Company Management Program) di Harvard Business School, AS (1982), Indonesian Senior Executive Program VI di Insead-Fountain- Bleau, Prancis (1981) dan Managing Strategic Changes di Imede-LPPM, Jakarta (1981).

Penggemar musik klasik dan pop serta olahraga jogging, renang, dan bulu tangkis, ini meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pukul 06.06, 5 November 2005. Disemayamkan di rumah sedih di RSPAD Gatot Subroto, Jl Abdul Rahman Saleh No 24, Kwini, Senen, Jakarta Pusat. Setelah dilakukan Misa Requiem, tiga hari berturut-turut, 6, 7 dan 8 November 2005, jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Rabu 9 November 2005, pukul 09.30 Wib.

Panca Cita
Ketika banyak perusahaan belum menyadari arti penting dari suatu visi dan misi perusahaan, ia telah membuat Panca Cita Matari yang akan menjadi suluh penerang bagi perjalanan bisnisnya. Panca Cita ini diberlakukan pada ketika Matari berusia sembilan tahun dan Ken Sudarto berusia 38 tahun.

Kelima cita yang menjadi pematok langkah Matari sarat dengan idealisme, profesionalisme, dan semangat kekeluargaan. Cita pertamanya: Berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan penuh rasa tanggung jawab. Pendiri Matari sangat menyadari sebagai perusahaan yang beroperasi di negara berkembang, perusahaan ikut bertanggung jawab dalam upaya perwujudan suatu masyarakat Indonesia yang sejahtera, kami akan secara aktif berpartisipasi dalam acara pembangunan nasional, terutama dalam bidang periklanan.

Cita kedua: Mengabdi kepentingan masyarakat. Kegiatan Matari dalam bidang periklanan akan dilakukan secara kreatif, membuat karya yang bermutu, jujur, harmonis dengan lingkungan, sehingga sungguh-sungguh mencerminkan dedikasi kepada kepentingan masyarakat.

Cita ketiga: Menciptakan suasana kerja yang dilandasi rasa kekeluargaan. Dari awal Matari dirancang sebagai suatu keluarga besar yang dipadukan dalam satu organisasi bisnis. Di mana perusahaan akan senantiasa memperjuangkan terciptanya suasana kerja yang sesuai dan menyenangkan menuju peningkatan taraf ketrampilan dan kehidupan.

Cita keempat: Menghasilkan pendapatan yang sanggup membiayai pengembangan dan kelangsungan hidup perusahaan. Berikutnya demi kelangsungan hidupnya perusahaan, menjadi penting untuk terus menerus mengusahakan tercapainya pendapatan yang bisa memenuhi pembiayaan acara bisnis, menyediakan tercapainya pendapatan yang bisa memenuhi pembiayaan acara bisnis, menyediakan keuntungan untuk para pemegang saham, serta melaksanakan investasi untuk ekspansi usaha.

Cita kelima: Memberikan kesempatan kepada setiap warganya untuk maju dan berkembang. Untuk menjamin adanya kegairahan dan ketentraman kerja, perusahaan akan memperlihatkan imbalan yang masuk akal serta kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan kami masing-masing.

Kelima cita ini telah menjadi pembimbing tindak dari Matari Advertising dalam setiap langkahnya. "Panduan semacam ini memungkinkan Matari mempunyai nilai-nilai ideologis yang akan terus membimbingnya ke masa depan," tutur Aswan Soendojo, yang mendapatkan tongkat estafet untuk melanjutkan kepemimpinan di Matari.(Sumber: jawaban.com)

Kegigihan ken Sudarto dalam membangun Matari Advertising disektor periklanan memang sudah tampak dari masa kecilnya. Ia berusaha melawan semua rintangan dan halangan yang menerpa kehidupannya. Ketika ia mengalami jatuh bangun, ia segera berdiri untuk mengatasinya. Selain itu, ia tidak pernah berputus asa untuk membawa nama perusahaan yang dikendalikannya menjadi besar. Sebuah perjalanan hidup yang patut dicontoh dari seorang tokoh yang membagikan kiat-kiat menjadi orang sukses. Semoga bermanfaat, jaga terus semangat kewirausahaan, salam sukses selalu!

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini