Berbagi Cerita - Kisah Sukses

Asalamualaikum Wr, Wb. Hidup hanya sekali dan tidak akan berulang untuk ke duakalinya di bumi yang sama ini, Lalu apa tujuan hidup Kita? bagaimana kita menghadapinya untuk bisa mencapai cita-cita kita? dan jalan apa yang harus kita tempuh untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Disini saya mencari artikel-artikel tentang kisah orang-orang yang telah sukses meniti karirnya dibidanganya masing-masing. Semoga ini bisa menjadi Inspirasi untuk kita semua dalam menjalani hidup didunia ini. Walaupun terkadang banyak sekali rintangan yang kita hadapi tetapi hendaklah kita bersabar untuk menjalaninya agar hidup kita menjadi lebih baik dan dari hari-hari sebelumnya, (baca dan resapi kisah perjuanganya, kemudian lakukan yang terbaik dalam hidup anda)Salam kenal dari Saya

Kamis, 31 Januari 2019

Inilah Miniatur Beromzet Besar


Tidak semua hal kecil menghasilkan nilai yang kecil. Coba saja tengok barang tiruan yang diperkecil alias miniatur. Semua hal dalam bentuk miniatur rasanya memang terlihat menarik dan unik. Tilik saja, kereta api dalam bentuk mini, bajaj mini, atau bahkan kendaraan pengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam bentuk mini rasanya akan menarik bagi sebagian orang.

Pemandangan tersebut sanggup dilihat kala kita melintas di sekitar Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta . Jika Anda berasal dari arah Pancoran mengarah ke Pasar Minggu, maka di sebelah kiri jalan akan banyak dijumpai barang-barang unik miniature, mulai dari aneka mobil, bajaj, truk, kereta api, yang memang sudah ada semenjak 34 tahun silam.

Maklum saja, perjuangan dari laki-laki berjulukan Marsa'ad atau lebih dikenal sebagai Umar (70) berlabel "UD Senang Anak" ini sudah ditekuni semenjak 1977, sesudah dirinya melarat dari perjuangan stempel miliknya. "Awalnya saya perjuangan pembuatan stempel pada 1972. Namun, alasannya yaitu bangkrut, hasilnya saya mencoba menciptakan kerajinan. Awalnya coba-coba, mungkin ini yang dimaksud orang-orang, saya bakat," kenang Umar. 

Setelah bangkrut, Umar mengisi waktunya dengan acara iseng menyerupai menciptakan kincir angin dengan hiasan berbentuk manusia. Kincir tersebut akan bergoyang dikala tertiup angin. Dari situlah usahanya berkembang. Diawali hanya menciptakan kincir, lambat laun pesanan pun mulai berdatangan. "Dulu modalnya kecil banget hanya Rp800, dan yang saya buat gres kincir angin. Dari modal segitu, Rp200-nya saya belikan triplek bekas, dan sanggup satu becak penuh triplek," katanya seraya tertawa.

Tak hanya kincir angin, pelanggan Umar banyak yang memesan kendaraan berbentuk truk. Umar sendiri optimistis kemampuannya lebih dari cukup untuk memproduksi miniatur tersebut. Semakin hari, model yang dibuatnya semakin bertambah. Dari hanya menciptakan bentuk truk pengangkut pasir, dikala ini sudah tidak terhitung lagi banyaknya bentuk yang dibuat. Truk, kereta api, bajaj, mobil, transportasi massa Jakarta "Trans Jakarta", dan becak.

Namun, seiring dilarangnya becak di Jakarta , maka keberadaan miniatur becak ini juga mulai tergerus peminatnya. Akhirnya, Umar memutuskan untuk tidak lagi menciptakan miniatur becak itu. "Yang paling laku bentuk truk ini. Harganya ada yang hingga Rp100 ribu-an," jelasnya.

Sejalan dengan bertambahnya miniatur ciptaannya, omzet penjualannya pun turut melambung seiring banyaknya peminat. "Per harinya memang tidak tentu, tapi rata-rata bisa menjual hingga 20 buah. Waktu paling ramai ya Sabtu dan Minggu. Per bulan ya bisa hingga 400-an yang terjual. Tapi beda dengan sekarang, kini ini kadang hanya laku lima buah," tuturnya. Lelaki asal Serang ini menuturkan, penjualannya dikala ini memang tidak selaris sebelum krisis moneter melanda Indonesia 1998 silam. Saat itu, penjualannnya per hari bisa mencapai 40-100 buah per hari.  Tidak heran jikalau omzetnya waktu itu bisa menembus angka hingga Rp40 juta per bulannya.

Lebih jauh dirinya menjelaskan, dikala ini selain pengrajin jumlahnya semakin sedikit, modal untuk menciptakan miniatur ini juga tidak gampang didapatkan. Beberapa tahun silam, dirinya sempat memperoleh proteksi dari sebuah kawan binaan sejumlah Rp35 juta untuk modal. "Sekarang memang tidak semudah dulu. Yang penting kini bisa buat makan. Tapi yang penting, anak saya kelimanya sudah kuliah semuanya," imbuhnya. Untuk memperoleh proteksi dari bank misalnya, dirinya harus memiliki agunan yang bisa dipakai sebagai jaminan ke bank yang bersangkutan. "Waktu itu mau meminjam ke BRI, tapi alasannya yaitu saya tidak punya jaminan, tidak bisa. Ya tidak jadi," kata Umar.

Sehingga, dikala ini modalnya diperoleh dari hasil penjualan. Berapa banyak miniatur yang dijual, barulah dirinya membeli materi baku untuk menciptakan yang baru. berbeda dengan sebelum krisis moneter, modal melimpah, dirinya juga bisa mempekerjakan orang untuk menciptakan miniatur, dan ketersediaan barang juga terjamin banyaknya.

Harga yang ditawarkan per buah memang tidak bisa terbilang murah. Semua karena miniatur yang dihasilkan benar-benar buatan tangannya. "Kisaran hrganya paling murah Rp40 ribu kemudian ada yang hingga Rp300 ribu," akunya.

Pasar Eropa Umar menuturkan, kincir angin hasil buatannya tak hanya digemari oleh masyarakat sekitar. Kincir angin tersebut juga diminati oleh negara-negara lain. Dia mengatakan, dahulu tak jarang ada pesanan yang tiba dari negara tetangga menyerupai Australia , bahkan ada yang memesan pribadi dari Jerman dan Belanda. "Yang memesan dari Belanda itu ada. Orang itu minta per bulannya disiapkan 300 buah. Tapi saya tidak bisa menyanggupi. Karena semua dikerjakan sendiri dan hanya dibantu beberapa orang. Jadi, banyaknya 300 itu, kadang gres ada beberapa bulan. Biasanya orang Belanda itu tiba pribadi untuk mengambil pesanannya," tutur dia. Di Belanda, kerajinan buatannya itu kembali dijual dan tidak mengecewakan diminati. Diceritakannya, jikalau per buahnya dijual dengan harga Rp75 ribu, namun sesampainya di negara Kincir Angin, harganya bisa melambung beberapa kali lipat menjadi Rp600 ribu hingga Rp700 ribu per buahnya.

Meski begitu, Umar menyesalkan minat para perjaka yang menyepelekan kerajinan miniatur ini. Dia mengungkapkan, pengrajin miniatur sudah semakin sedikit jumlahnya. Bahkan, kelima anaknya pun enggan meneruskan usahanya meskipun menjanjikan. Padahal, materi baku pembuatan miniatur ini tidak susah didapat. Karena hanya berasal dari kayu, triplek, paku kecil, dan beberapa jenis plastik. "Bahan baku tidak sulit dicari. Yang sulit itu orang yang membuatnya. Waktu menciptakan satu miniatur memang tidak tentu. Ada yang hingga satu bulan gres selesai, dan ada yang satu hari bisa dibentuk dua jenis miniatur," jelasnya. 

Sumber : okezone.com

Rabu, 30 Januari 2019

Inilah Bisnis Internet


Ada beberapa bisnis internet yang sedang marak di tahun ini. Tentunya bagi Anda yang ingin membuka usaha, Anda sanggup mencoba salah satu dari peluang perjuangan yang ada di bawah ini:

1. Bisnis Toko Online

Tren belanja online yang semakin menjadi-jadi menciptakan bisnis toko online akan tumbuh lebih pesat lagi 2013 ini. Oleh alasannya yaitu itu, banyak pelaku bisnis online yang juga membuka toko online. Dengan bermacam-macam kepraktisan dan fasilitas belanja yang ditawarkan oleh toko online, menciptakan masyarakat lebih menyukai belanja di toko online.

Hadirnya bermacam-macam gadget dan teknologi gres ketika ini menimbulkan acara e-commerce dan toko online menjadi primadona. Tak terhitung lagi berapa banyak toko online yang muncul di 2012 lalu, dan 2013 niscaya pertumbuhan jumlah toko online akan semakin tinggi.

Bukan tak mungkin dalam waktu beberapa tahun lagi, toko online akan sanggup mengalahkan banyak sekali toko ritel yang ada di dunia nyata. Jadi, jikalau Anda yaitu seorang pengusaha maka bisnis toko online tidak ada salahnya untuk Anda geluti. Belum punya toko online? Mari segera buat.

2. Bisnis Social Media Marketing

Pertumbuhan jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia ketika ini begitu luar biasa, bahkan Jakarta disebut-sebut sebagai ibukota Twitter dunia.  Nah hal ini menimbulkan peluang bisnis social media marketing menjadi tumbuh subur. Seperti apakah bisnis social media marketing itu?

Bisnis social media marketing yang saya maksud yaitu segala acara bisnis yang berkaitan dengan acara pemasaran lewat jejaring sosial (social media). Trend ini mengatakan banyak sekali peluang bisnis online baru, seperti:

a. Jasa pengelolaan fans page (halaman) Facebook.

Banyak para pelaku bisnis yang memanfaatkan fans page di Facebook untuk acara pemasaran mereka. Nah tak jarang para pelaku bisnis tadi siap menyewa atau membayar orang khusus yang mau mengelola fans page mereka, bahkan salah satu teman saya ada yang berprofesi sebagai penyedia jasa pengelolaan fans page ini. Dan profit yang dia dapatkan juga cukup lumayan. Selain itu ada 3 profesi Facebook marketing lain yang juga perlu Anda lirik.

b. Jasa marketing twitter.

Penggunaan Twitter dalam bisnis juga sudah tak sanggup dielakkan lagi. Tak pelak kondisi ini menimbulkan para penyedia jasa Twitter marketing menjadi sangat dibutuhkan. Jika Anda sudah cukup berpengalaman berpromosi melalui social media, maka barangkali saja Anda berniat membuka bisnis di bidang pelayanan social media marketing.

c. Jasa pembuatan video untuk promosi di Youtube.

Seiring dengan semakin gencarnya pemanfaatan Youtube untuk berpromosi, menimbulkan banyak para desainer video  dibutuhkan oleh para pebisnis. Jika Anda punya kemampuan di bidang menciptakan tampilan video, maka Anda bisa coba bisnis ini. Di tahun 2013 ini dijamin social media akan memegang pernanan yang sangat besar untuk bisnis Anda.

3. Bisnis Ebook dan Video Tutorial

Jika Anda berbisnis isu lewat ebook dan atau video tutorial maka bisnis yang Anda tekuni ini akan semakin berkembang. Alasannya semakin hari, orang-orang semakin haus akan informasi. Jika Anda bisa menyajikan isu tersebut dalam bentuk yang menarik dan punya nilai jual, maka orang niscaya akan tertarik dan membeli.

Apapun keahlian, hobi atau kemampuan Anda itu bisa dijual dalam bentuk ebook dan atau video tutorial. Jika Anda pandai menciptakan kue, Anda pandai dalam hal pemasaran, Anda jago bisnis properti, Anda cendekia main piano, atau apa saja dan Anda tertarik untuk menjual keahlian dan ilmu Anda itu maka media ebook dan video tutorial niscaya sangat cocok.

Dan perlu diketahui, ada banyak topik ebook atau video tutorial yang diperkirakan akan laku anggun di tahun 2013 ini. Topik tersebut menyerupai seputar:

- Percintaan dan membangun relasi.

- Seputar pemasaran dan bisnis.

- Seputar kantor dan managemen.

- Topik seputar masakan dan kesehatan.

4. Bisnis MLM dan Kaitannya dengan Pemasaran Jaringan

Bisnis MLM memang selalu saja sanggup menebar pesona nya di mana saja. Termasuk di internet. Di tahun 2012 saja saya sering mendapat seruan santunan dari beberapa klien untuk membantu mereka memasarkan jaringan MLM mereka. Nah apalagi di 2013, tren MLM online masih akan terus mencuat.

Apalagi ketika ini sering bermunculan banyak sekali macam produk, baik itu produk kesehatan dan herbal, produk perawatan tubuh, dan banyak sekali produk lain yang mendukung sistem pemasaran MLM. Tentu saja, peluang bisnis ini kerap dilirik oleh rekan-rekan yang gres mau mencoba bisnis online.

Nah rekan pembaca, itulah 4 tren bisnis online yang diperkirakan akan tumbuh pesat sekali di 2013 ini. Saran kami, apapun bidang bisnis online yang Anda tekuni, lakukanlah itu sebaik mungkin dan penuh fokus. Jangan gampang goyah apalagi menyerah, sukses bisnis internet hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan proses belajar.

Sumber : jpmi.or.id

Selasa, 29 Januari 2019

Inilah Pasarkan Jenang Kudus Sampai Ke Cina


Untuk kembangkan usaha, diharapkan ketangguhan dan ketrampilan berbisnis yang tidak ala kadarnya. Apalagi jikalau sudah menjangkau pasar negara lain yang lebih kompetitif dan berkarakteristik lain dari pasar domestik. Inilah yang berhasil dilakukan oleh Muhammad Hilmy, seorang entrepreneur asal kota Kretek  Kudus yang menjadi Direktur Utama perusahaan produsen jenang terkemuka, PT Mubarokfood Cipta Delicia. 

Perlu diketahui bahwa perusahaan penghasil jenang yang masyur dengan merek “Sinar 33” itu awalnya hanyalah industri rumahan yang dikelola dengan administrasi tradisional. Hilmy ialah generasi ketiga yang mewarisi bisnis jenang ini dari kakek dan ayahnya. Hilmy mengangkat jenang “Sinar 33”, makanan lokal Kudus, menjadi makanan yang dikenal di banyak kawasan bahkan mancanegara dengan konsistensi dan komitmen yang sudah teruji. 

Usaha pembuatan jenang yang menjadi cikal bakal PT Mubarokfood Cipta Delicia didirikan pada tahun 1910. Kakek dan nenek Hilmy, Mabruri dan Alawiyah, ialah pendirinya. Kegiatan produksi ketika itu hanya dilaksanakan menurut tiba tidaknya pesanan dari konsumen.  Karena pembuatan jenang terus ditekuni dan mengatakan hasil yang cukup cantik , balasannya Alawaiyah memberanikan diri menjualnya. Pertama jenang buatannya dijual di pasar Bubar yang dulunya bekas terminal Menara yang ada dua pohon beringinnya. “Beliau merupakan generasi pertama yang menciptakan jenang Kudus,” kata Hilmy yang sehari-hari berkantor di Jalan Sunan Muria no 33 ini.

Saat itu, penjualan jenang mengalami kemunduruan sebab dalam masa penjajahan. Sehingga keluarganya sulit mencari materi baku dan sempat terhenti dalam proses produksi. Setelah kondisi membaik, balasannya mereka kembali aktif. Setelah meninggalnya Mabruri tahun 1940, pembuatan jenang beralih ke generasi kedua, Ahmad Shohib yang juga ayah Hilmy. Shohib dengan penuh pengabdian juga menyebarkan perjuangan jenang ini. Shohib memunculkan visi pengembangan jenang ke depan. Di tahun 1946 ia melaksanakan upaya santunan merek dagang jenang “Sinar 33”. Pada ketika itu, hanya segelintir orang yang berpikir demikian.

Generasi kedua berakhir sebab faktor usia. Bulan Juli 1992, Hilmy putra Shohib mulai mengambil alih pengelolaan bisnis . Hilmy mulai menata perjuangan biar lebih modern dan mencari sumber daya insan yang berkualitas untuk menjad motor pencetus perjuangan ini. Hilmy menyadari bahwa faktor SDM menjadi faktor kunci dalam memajukan perjuangan jenangnya. “ Untuk maju, kita membutuhkan SDM yang sanggup diajak berlari untuk meraih sasaran yang ditentukan namun sebab SDM kurang, kita agak terkendala,” ungkap bapak 5 anak ini. Di tahun ke5 kepemimpinannya, Hilmy masih mempertahankan sisa SDM yang ada di generasi kedua. Menurutnya pergantian SDM secara drastis akan menimbulkan goncangan.

Setelah menapaki 5 tahun kedua, ia mulai mencari SDM yang lebih baik yang berasal dari kalangan akademisi dan mempunyai ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan untuk sanggup berkompetisi di kala modern ini. Saat itu, perusahaan lebih terbantu berkat dilakukannya rekrutmen SDM baru. Uniknya, meskipun mengakui membutuhkan SDM yang mempunyai ketrampilan  akademis dan bisnis, Hilmy tak melupakan aspek sprititualitas dalam merekrut. Ia mementingkan gosip kejujuran dalam rekrutmen.

Ternyata ini bukannya tanpa alasan. Hilmy mengakui mempunyai pengalaman pahit dengan tenaga pemasaran dari salah satu perusahaan makanan bermerek. Sisi akademis dan skill maupun pengalaman sudah tak diragukan lagi tapi sesudah dua tahun bekerja, Hilmy menemukan penyimpangan yang dilakukan oknum tersebut. Oknum tersebut kedapatan menciptakan kesepakatan di luar perusahaan di area pemasaran Jabodetabek. “Kita butuh karyawan yang tahu bahwa selain ia diawasi oleh pimpinan, ia juga diawasi oleh Sang Pencipta,” tekannya. Kini Hilmy tak berpangku tangan menikmati kesuksesan. Ia mulai berekspansi ke pasar luar negeri menyerupai Cina dan Hong Kong. Ia mengamati adanya perkembangan yang menjanjikan di sana sesudah mengikuti ekspo di sana. PT Mubarokfood Cipta Delicia bahkan akan menyewa satu mini mall di Cina.

Untuk sasaran 2012, ia dan segenap jajarannya siap bekerja keras dalam menaikkan pamor perusahaan tersebut sehingga menjadi pemimpin pasar alias market leader di industri makanan lokal.

Sumber : ciputraentrepreneurship.com

Inilah Bisnis Kreasi Nasi Sam


Meski kita memakannya tiap hari, tapi bisnis jualan nasi tetap saja menggiurkan. Syaratnya, nasi yang dijajakan itu harus unik dan nyantel di lidah.

Adalah Samsianata yang mencoba peruntungan dari bisnis masakan wajib orang Indonesia ini. Agar laris di pasaran, beliau mengolah nasi menjadi santapan yang berbeda dari nasi yang biasa kita makan sehari-hari. "Saya menanak beras merah dengan adonan rempah sehingga aromanya harum dan teksturnya lembut," ujarnya.

Sam, panggilan akrabnya, menamakan hidangan kreasinya itu Nasi Jambronk. Tak hanya memproduksi Nasi Jambronk, Sam juga,menyajikan hidangan nasi di wadah di bumbung alias bambu, itu sebabnya masakan tersebut diberi nama Nasi Bumbung. Sam mengawali perjuangan restoran yang mengandalkan olahan nasi tersebut pada pertengahan 2008 di Yogyakarta. Sesuai harapannya, peminatnya membludak. Omzetnya mencapai Rp 3 juta per hari, atau Rp 90 juta per bulan

Melihat hidangan racikannya digemari banyak orang, Mei 2009 Sam memperlihatkan kemitraan restoran Nasi Jambronk dan Nasi Bumbung.

Lewat merek dagang itu, Sam menjajakan aneka masakan menyerupai Nasi Bumbung Komplit, Nasi Jambronk Babat, Karedok, dan sebagainya. Menu minumannya antara lain teh tarik, teh jaha (campuran jahe, teh dan rempah), dan teh sablenk (campuran mahkota tuhan dan jamur). Harga hidangan di kedai Nasi Jambronk dan Nasi Bumbung berkisar Rp 20.000 - Rp 75.000 per porsi. Meski belum genap satu bulan melego kemitraan, Sam sudah punya satu mitra. "Satu kawan akan buka dalam waktu dekat di Gading Serpong, Tangerang," ujarnya. Kata Sam, kawan tersebut tertarik karena melihat keunikan Nasi Jambronk dan Nasi Bumbung.

Sam menanjkan bisnis ini bakal moncer. Dia memperlihatkan teladan restoran miliknya di Kaliurang yang omzetnya Rp 3 juta sehari. Setelah dikurangi banyak sekali biaya, menyerupai materi baku 50 persen, sewa kawasan Rp 4,2 juta sebulan, dan honor 14 pegawai, "Laba bersihnya Rp 500.000 per hari atau 15 persen dari omzet," ujarnya. Mulai dari Rp 50 juta Kepada yang berminat menjadi mitra, Sam mensyaratkan calon kawan harus mempunyai modal awal Rp 50 juta. Ini untuk gerai dengan kapasitas 40 kursi. "Jika kawasan usahanya mencapai 100 kursi,. tentu harganya berbeda," terang Sam.

Dengan menyerahkan modal awal itu, si kawan akan terikat kerjasama selama lima tahun, menerima resep, training karyawan, dan 10.000 lembar brosur. "Mitra juga menerima ikan di media lokal selama tujuh kali tayang dalani bulan pertama pembukaan restoran," bimbing Sam.

Biaya investasi tadi belum termasuk biaya sewa dan renovasi tempat. "Interior gerai harus seragam, mengikuti restoran yang saya punya," ujar Sam. Jika kawan tak ma repot mengurusi tetek bengek pendirian gerai, beliau harus menyerahkan modal Rp 200 juta. 

Jika gerai sudah bangkit da perjuangan berjalan, Sam mewajil kan kawan membeli bumbu siap pakai darinya. Harga bumbu tersebut ketika ini Rp 70.000 per kilogram. Bumbu sebanyak 1 kilogram cuku menciptakan 2.000 porsi nasi. Sam mewajibkan kawan membeli bumbu darinya dengan alasan untuk menjaga standar dan keseragaman citarasa di semua gerai yang bernaung di bawahnya. Jika usahanya sudah jalan si kawan juga harus membayar biaya royalti sebesar 2 persen dari omzet setiap bulannya. 

Soal balik modal, Sam menjanjikan kawan sanggup balik modal dalam 1,5 tahun dengan perkiraan pendapatan kotor si besar Rp 2.5 juta per hari.

Sumber : wirausahamodalkecilkita.blogspot.com

Senin, 28 Januari 2019

Inilah Pengusaha Warung Seafood


Hidup yakni ujian. Setiap  episodenya yakni tes yang ketika  bisa dilalui membuktikan bahwa  seseorang telah naik kelas. Yudi  Ardian bukan hanya naik kelas melewati perjalanan hidupnya. la juga menaikkan kelas warung tendanya menjadi restoran ampuh menyebabkan seseorang lebih tabah dan ‘tahan banting’. Seperti yang dialami Yudi Adrian, putra ke-5 dari 6 bersaudara yang dibesarkan dalam keluarga berkecukupan. Ketika ayahnya jatuh sakit, Yudi kehilangan tempat bergantung dan mulai bekerja serabutan untuk membiayai kuliahnya yang gres ditempuh setengah jalan. Pekerjaan sebagai tukang masak di restoran hingga menjadi sopir kendaraan beroda empat travel pernah dilakoninya tanpa rasa gengsi.

Akhinnya, bermodal uang pinjaman Rp12 juta yang diperoleh dari seorang kakak, pada 7 September 2008 Yudi membuka warung seafood di kota Padang. Meski awalinya penuh usaha keras untuk merebut hali pelanggan, semua itu dilaluinya dengan penuh ketekunan dan perilaku pantang menyerah. Kini, usahanya nnulai berbuah. Hanya dalam tempo kurang dari dua tahun, omzet bisnisnya sudah mencapai Rpl,5-2,5 juta per malam dengan laba higienis Rp126 juta per tahun. Tempatnya pun tidak lagi di warung tends, melainkan di sebuah restoran yang berlokasi di ruko.

Benar kata orang, roda kehidupan selalu berputar. Kita tidak pernah tahu kapan akan berada di atas, atau sebaliknya, terpuruk di bawah. Yudi mengalami hal ini ketika masih kuliah tahun pertama di Universitas Bung Halta, Padang. Ketika itu ia mesti menghadapi kenyataan pahit. Kehidupannya yang nyaman sebagai anak kuliahan dari keluarga berada berakhir ketika ayahnya, Zainal Abidin, terjangkit stroke. Tubuhnya lumpuh sehingga terpaksa dipensiunkan dari jabatannya di sebuah perusahaan migas terbesar di Riau.

Pantang menyerah. Meski sempat ditinggakan pegawai dan kehilangan seluruh uang tabungannya, Yudi selalu bisa bangun lagi dan menjalankan warungnya ibarat sediakala.

Masa-masa ‘bulan madu’ sebagai mahasiswa di tanah rantau pun mesti berakhir. “Kebiasaan menghamburkan uang dan kuliah sekadar main-main tidak bisa diteruskan. Saya mustahil lagi minta uang kepada orangtua,” kenangnya. Boro-boro mencukupi biaya hidup di perantauan, uang hasil jerih payah ayahnya selama bekerja pun ludes untuk biaya pengobatan yang tak kunjung membuahkan hasil.

Ketika pulang ke kampung halamannya di Duri, Yudi amat terpukul mendapati kondisi ayah dan keluarganya yang memprihalinkan. Di satu sisi, ia bersyukur sebab masih bisa kuliah, padahal banyak orang lain yang hanya bisa bermimpi. Di sisi lain, ia tak kuasa menahan murung dikarenakan telah merepotkan orangtua dan tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mereka.

Setelah beberapa usang bersama keluarga di Duri, Yudi tetapkan kembali ke Padang. “Di kota itu, saya kembali mencari jati diri dan berusaha terus memperbaiki diri,” katanya. Yudi pun menjalani kuliah dengan semangat baru. Prestasi belajarnya melonjak, Walau ia biasa bergelimang kemewahan—seperti juga sebagian besar teman-temannya—ia merasa bersalah bila orangtuanya yang sedang susah, masih harus menanggung biaya hidupnya. Namun, kondisi keuangan yang tidak menentu dan terus-menerus hanya menanti kiriman uang dari ibunda, Yusmarni, menciptakan Yudi menjadi tidak yummy hati.

Namun, esensi hidup bukanlah soal bagaimana seseorang ketika terpuruk, tapi seberapa cepat ia bangun kembali. Demikian pula halnya Yudi, kelahiran 1985 ini. Di halinya tumbuh kesadaran lain. Yudi berpikir keras untuk mencari uang sendiri sembari tetap kuliah. Di usianya yang ke-22, Yudi mendapat kesempatan bekerja sebagai sopir kendaraan beroda empat travel. Penghasilannya terbilang cukup untuk membiayai hidupnya. Sayang, profesi gres ini amat memakan waktu dan tenaga sehingga kuliahnya terganggu. Padahal, ia ingin merampungkan kuliahnya sempurna waktu.
Setiap liburan tiba, Yudi pulang menengok keluarganya di Duri. Keadaan rumah tak jua membaik. Kondisi ini memicunya untuk mencari jalan keluar. Di tengah kegalauan itu, tiba-tiba saja tebersit keinginan untuk membuka usaha makanan, berbekal pengalaman bekerja paruh waktu di sebuah restoran seafood. “Saya ingin usaha di bidang yang saya tahu, agar bisa ikut mengelolanya,” ucapnya.

Bagi Yudi, mempunyai usaha sendiri jauh lebih baik daripada bekerja pada orang lain. “Dengan mempunyai usaha sendiri, saya akan menjadi lebih bertanggung jawab. Di tangan sayalah sukses atau gagalnya usaha tersebut. Saya juga mesti bertanggung jawab terhadap kebutuhan karyawan,” kata Yudi. Ditambahkan, menjadi pengusaha juga tidak ada limit penghasilannya. Tidak ibarat pegawai, yang gajinya mentok pada angka tertentu.
Tak membuang waktu, ia segera menemui salah seorang kakaknya yang mempunyai kehidupan tidak mengecewakan mapan. Tujuannya tentu saja ingin meminjam modal. Ide untuk membuka usaha sendiri, ternyata tidak gampang juga untuk direalisasikan. “Keluarga menentang keinginan saya. Mungkin sebab menganggap saya anak manja yang tidak tahu apa-apa, tak satu pun anggota keluarga yang mendukung,” kenangnya. Tentangan dari keluarga tidak membuatnya patah semangat, justru menguatkan keinginannya untuk segera mewujudkan cita-citanya.

Keseriusan dan kesungguhan niat Yudi kesannya meluluhkan hali kakaknya, Yuni Fitriani. la meluluskan permintaan Yudi. Berbekal dana Rp12 juta hasil pinjaman itulah Yudi memberanikan diri membuka warung tenda dan menjajakan banyak sekali hidangan seafood. Kota Padang menjadi pilihan lokasi usahanya. “Selain dekat dengan kampus, peluangnya juga lebih besar. Di sang juga belum banyak orang yang menjual hidangan seafood,” katanya.

Minimnya pengalaman tak ayal lagi menciptakan Yudi jatuh bangun menghadapi banyak sekali hambatan. “Membuka usaha ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan,” ungkapnya. Banyak hambatan ia temui. Maklum, ilmu bisnis tak pernah ia dapatkan di dingklik kuliah. Jurusan yang diambilnya di kampus tak bersinggungan dengan dunia bisnis, yaitu Hukum Internasional, Yudi menyiasatinya dengan mengumpulkan gosip sebanyak mungkin.

Cukup sulit untuk menemukan lokasi yang pas, yaitu area yang dilintasi banyak kendaraan dan cukup nyaman untuk makan. Setelah berkeliling kota, kesannya ia tetapkan untuk membuka Usahanya di Jalan Jhoni Anwar Lapai-Padang. Seluruh persiapan tersebut dilakukannya dalam waktu satu bulan.

Pada 7 September 2008, sebuah warung tenda berukuran 4 x 4 meter dengan spanduk bertuliskan Mutiara Jaya Seafood di pinggir jalan, resmi dibuka. Dibantu seorang sepupu dan dua orang teman, Yudi mulai menunggui warung tenda yang dibukanya semenjak pukul 4 sore hingga pukul 1 dini hari. Spesialisasinya yakni bermacam hidangan maritim dengan harga terjangkau.

Yudi mempunyai harapan benar warungnya akan ramai di hari pertama buka. Namun, kenyataan berkata lain. Kesabarannya benar-benar diuji. Bagaimana tidak, dari sore hingga dini hari, hanya tiga orang yang makan di warungnya. Uang yang diperolehnya ketika itu hanya Rp50 ribu. “Kondisi ini sempat menciptakan saya down. Kok, bisa ya sepi ibarat itu?” kenangnya. Semangat Yudi yang awalnya menggebu pribadi susut. “Karena masih sisa banyak sekali, nasi yang sudah kami masak waktu itu kesannya diberikan kepada pemilik tanah yang saya kontrak,” kata Yudi mengenang masa pahitnya.

Hari ini sepi, besok niscaya ramai, begitu harapannya setiap hari. Namun lagi-lagi, tidak ada perubahan yang berarti pada warungnya. Dari hari ke hari, jumlah tamu tak kunjung naik. Kondisi sepi ini sertahan hingga tiga bulan pertama. Pemasukan yang didapat dari warung benar-benar tidak sebanding dengan pengeluaran. Sering kali, pendapatan harian tidak cukup untuk mengembalikan modal belanja. Kondisi Yudi sertambah rumit ketika salah seorang sobat yang membantunya tidak lagi sanggup bertahan dan menentukan hengkang.

Berada di bawah tekanan menciptakan Yudi terpengaruhi untuk mengalah dan menutup warungnya. Apalagi ia sempat jatuh pingsan dan dirawat selama dua hari di rumah sakit sebab kelelahan. Tetapi, rasa tanggung jawab membuatnya memaksakan diri untuk berusaha lebih keras. Alih-alih tutup warung, ia memutar otak untuk menciptakan warungnya berdenyut. 

Aktif berpromosi. Ketika warungnya sepi, Yudi berinisiatif mempromosikan usahanya ke banyak sekali penjuru. Termasuk meminta pinjaman dari teman-temannya untuk mengabarkan usaha warung tendanya dari lisan ke mulut.

Gagasan gres pun muncul, yaitu mengubah contoh promosi. “Jika sebelumnya saya pasif menanti tamu, waktu itu saya coba mengubah contoh berjualan dan mulai mengakrabkan diri dengan pembeli. Saya bahkan turut mengerahkan teman-teman di kampus untuk mempromosikan warung saya,” dongeng Yudi. “Saya juga mengubah cara kami mempersiapkan hidangan. Dulu terkesan bersembunyi, kini kami memasak di depan tamu sehingga ketika menunggu kuliner pun tamu sanggup menikmati atraksi yang tidak setiap hari mereka dapatkan.”

Selain itu, Yudi pun menciptakan variasi menu. Dipromosikanlah hidangan andalan warung tendanya–Kepiting Saus Pedas Thai Tom Yam. Jalan yang ditempuh Yudi membuahkan hasil. Dalam waktu lima bulan, senyumnya melebar melihat jumlah pengunjung yang merangkak naik. Pelan tapi pasti, penghasilan warung pun ikut meningkat. Sejalan dengan itu, beberapa hal dibenahi, termasuk administrasi keuangan warung. Dampaknya sangat terasa ketika semuanya telah berjalan pada jalur yang benar. Tak menunggu waktu lama, penghasilan meningkat pesat. Bahkan untuk melayani pembeli yang setiap malam kian ramai, ia menambah jumlah pekerja. Tahun 2009, Yudi sudah mempekerjakan 7 orang di warungnya.

Tuhan rupanya belum berhenti menguji Yudi. Kesuksesan membutuhkan banyak perjuangan. Baru bernapas lega sebab warungnya berjalan sangat baik, ia mengalami musibah. “Sepulang dari Air Bangis untuk menjemput kepiting dan materi baku kuliner laut, kendaraan beroda empat yang saya tumpangi bersama tiga orang sobat menabrak orang yang sedang mengendarai sepeda motor, hingga ia mengalami lumpuh di pecahan kaki,” Yudi berkisah.

Singkat cerita, uang simpanan yang terkumpul selama 1 tahun berjualan terpaksa dipakai untuk merampungkan semua persoalan, mulai dari rumah sakit, perbaikan mobil, hingga kantor polisi. “Di ujung hari, uang yang tersisa tinggal sedikit, hanya cukup untuk modal awal jualan saja,” kata Yudi.

Dengan kondisi fisik yang masih trauma, Yudi membuka lagi warungnya. Tak disangka, sehabis insiden itu warungnya semakin ramai saja. Tak henti-hentinya Yudi mengucap syukur, betapa Tuhan selalu punya rendana terbaik untuk umatnya.

Nasibnya kembali benderang ketika terpilih menjadi salah satu penerima kontes Wirausaha Mucla Mandiri dari Bank Mandiri. Bulan November, Yudi mendapat panggilan untuk mengikuti babak penyisihan di Palembang. Saat itu ia berhasil keluar sebagai juara I tingkat wilayah. Air mata senang ibunya dan senyum gembira di bibir ayahnya menyambut Yudi sepulang dari Palembang. “Saya terharu sekali melihatnya. Orangtua saya mengaku tidak pernah menyangka jika anaknya yang manja ini bisa meraih sukses,” kenang Yudi.

Keberhasilan “menaklukkan” kota pempek ini menciptakan Yudi semakin percaya diri menjalankan bisnisnya. Pada Januari 2010, ia pun maju ke tingkat nasional, yang kegiatannya diadakan di ibu kota, Jakarta. “Di sini saya mendapat tentangan yang cukup hebat dari semua daerah,” katanya. Meski tidak mendapat peringkat di Jakarta, tapi ia mengaku gembira sebab mendapat perjalanan luar biasa yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. “Banyak ilmu dan wawasan yang saya peroleh dari teman-teman penerima sesama wirausahawan,” katanya. Dari pengalaman orang lain, ia bisa berguru bahwa setiap usaha mempunyai rintangan yang berbeda. Namun, kunci keberhasilan hanya satu, yaitu ketekunan.

Inovatif. Selain menciptakan variasi hidangan dan memasak di depan tamu, Yudi juga merandang sistem keanggotaan dan menunjukkan diskon pada hari-hari tertentu untuk menarik pelanggan.

Untuk menyebarkan usahanya, Yudi mendapat pinjaman modal usaha dari Bank Mandiri. Warungnya pun semakin dikenal oleh masyarakat Padang. Apalagi salah satu strateginya yakni menciptakan sistem keanggotaan (membership). Pada hari-hari tertentu, seorang member sanggup memperoleh diskon hingga 50 persen. Sungguh sebuah cara marketing yang jarang ditemukan di Padang. la pun berhasil mengubah nasib dan warung tenda pinggir jalan itu `naik kelas’ menjadi restoran mini di sebuah ruko yang terletak di depan warung lama.

Sekarang, kesuksesan telah berhasil dipetik. semua itu dicapai Yudi dari keringat dan jerih payahnya. sebagai bentuk terima kasih pada orangtua, sebagian dari laba warung ia gunakan untuk mengobati penyakit ayahnya dan menopang perekonomian keluarga.

Yudi pun tak lagi cemas memikirkan cara membayar SPP kuliah dan membiayai kehidupannya sehari-hari. Sambil terus berjuang merampungkan kuliah yang sempat terlantar, ia berharap bisnisnya ini berumur panjang dan semakin berkembang. Yudi sadar bahwa keberhasilannya yakni buah dari kerja keras dan kesungguhannya mencapai cita-cita.

“Ini semua bukan hasil dari apa yang saya rendanakan, melainkan dari apa yang saya selesaikan,” katanya berfilosofi. “Butuh sesuatu yang sulit untuk mendapat yang mudah,” ucapnya penuh rasa syukur.

Sumber : wirasmada.wordpress.com

Minggu, 27 Januari 2019

Inilah Mantan Tki Sekarang Pengusaha Mobil


Kisah  tragis yang menimpa tenaga kerja Indonesia (TKI) seringkali menjadi topik pemberitaan di media massa. Kebanyakan TKI menerima perlakuan tidak manusiawi saat bekerja di luar negeri.

Di sisi lain, ada warga yang sukses menjadi TKI dan luput dari perhatian. Salah satunya yakni Edi Suryadi (46), warga Kampung Cirendeu RT 03 RW 03 Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi.

Edi pernah menjadi TKI selama empat tahun di Arab Saudi. Keberangkatan Edi menjadi sopir di negeri orang pada 2000 kemudian itu hanya semata untuk mencari modal perjuangan di negara sendiri. Setelah modal terkuhttp://cms.republika.co.id/news/creatempul, Edi kembali pulang ke Tanah Air pada 2004.

Berbeda dengan TKI lainnya, sebelum berangkat ke luar negeri, Edi telah menguasai bahasa Arab. Pemahaman bahasa Arab diperolehnya saat berguru di madrasah. "Kemampuan bahasa menjadi modal utama bekerja di luar negeri," tutur Edi.  Jika tidak bisa menguasai bahasa negara daerah bekerja, maka potensi untuk dibohongi dan diperlakukan bergairah sangat besar terjadi.

Kemampuan bahasa itu pula yang menjadikan penghasilan Edi lebih besar. Pasalnya, Edi sempat menawar honor yang ditawarkan kepadanya. Awalnya, honor yang diberikan hanya sebanyak 800 riyal Saudi per bulan. Namun, Edi meminta sebesar 1.200 riyal per bulan. Permintaan itu disanggupi oleh majikannya di Arab Saudi.
Dampaknya, kata Edi, setiap empat bulan sekali ia bisa mengirimkan uang sebesar Rp 10 juta ke tanah air. Uang itu ditabung oleh istrinya, Eti Budiati (40) untuk modal perjuangan membuka showroom mobil.

Setelah empat tahun bekerja di Arab Saudi, kata Edi, ia tetapkan untuk pulang ke tanah air. Uang yang ditabungnya selama ini dijadikan modal perjuangan membuka showroom kendaraan beroda empat bekas dan gres di daerah tinggalnya.

Hasil menjadi TKI pun sanggup dipakai untuk membiayai anaknya sampai kuliah di perguruan tinggi tinggi. Bahkan, Edi sanggup membeli sawah dan kendaraan beroda empat pribadi. Meskipun berhasil bekerja di luar negeri, namun Edi enggan kembali ke Arab Saudi. "Bekerja di dalam negeri lebih nyaman," prinsip dia.


Sumber : republika.co.id 

Sabtu, 26 Januari 2019

Inilah Pengusaha Real Estate


Fauzi Saleh, rujukan seorang pengusaha sukses sekaligus dermawan. Ini berkat kompak dengan karyawannya. Derai tawa dan langgam bicaranya khas betawi. Itulah gaya H. Fauzi Saleh dalam meladeni tamunya.

Pengusaha perumahan glamor Pesona Depok dan Pesona Khayangan yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama tersebut memang lahir dan dibesarkan di daerah Tanah Abang, Jakarta. Setamat dari Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1966, dia telah mencicipi kerasnya kehidupan di ibukota.

Saat itu Fauzi terpaksa bekerja sebagai pencuci kendaraan beroda empat di sebuah bengkel dengan honor Rp 700 per minggu. Bahkan delapan tahun silam, dia masih dikenal sebagai penjaga gudang di sebuah perusahaan. Tapi, kehidupan mirip roda yang berputar.

Sekarang posisi ayah 6 anak yang berusia 45 tahun ini sedang berada diatas. Pada hari ulang tahunnya itu, laki-laki bertubuh kecil ini menawarkan 50 unit kendaraan beroda empat kepada 50 dari sekitar 100 karyawan tetapnya. Selain itu para karyawan tetap dan sekitar 2.000 buruh mendapat bonus sebulan gaji. Total Dalam setahun, karyawan dan buruhnya mendapat 22 kali honor sebagai tambahan, 3 bulan honor dikala Idul Fitri, 2 bulan honor dikala bulan Ramadhan dan Hari Raya Haji, dan 1 bulan honor dikala 17 Agustus, tahun gres dan hari ulang tahun Fauzi. Selain itu, setiap karyawan dan buruh mendapat Rp 5.000 dikala tamat shalat Jumat dari masjid miliknya di kompleks perumahan Pesona Depok.

Sikap senang memberi ini sepertinya tak lepas dari pandangan Fauzi, yang menilai orang-orang yang bekerja padanya sebagai kekasih. “Karena mereka bekerjalah saya mendapat rezeki.”, katanya. Manajemen kasih sayang yang diterapkan Fauzi ternyata ampuh untuk memajukan perusahaan. Seluruh karyawan bekerja bahu-membahu. “Mereka mirip bekerja di perusahaan sendiri.” Katanya

Prinsip administrasi “Bismillah” itu telah dilakukan ketika mulai berusaha pada tahun 1989 silam, yaitu sesudah dia berhenti bekerja sebagai petugas keamanan. Berbekal uang simpanan dari hasil ngobyek sebagai tukang taman,sebesar 30 juta, dia kemudian membeli tanah 6 x 15 meter sekaligus membangun rumah di jalan jatipadang, jakarta selatan.

Untuk menyiapkan rumah itu secara utuh dibutuhkan embel-embel dana sebesar 10 juta. Meski demikian, Fauzi tidak berputus asa. Setiap malam jumat, Fauzi dan pekerjanya sebanyak 12 orang, selalu melaksanakan wirid Yasiin, zikir dan memanjatkan doa supaya perjuangan yang sedang mereka rintis sanggup berhasil. Mungkin alasannya perjuangan itu dimulai dengan perilaku pasrah, rumah itupun siap juga. Nasib baik memihak Fauzi. Rumah yang dia berdiri itu laris Rp 51 juta.

Uang hasil penjualan itu selanjutnya digunakan untuk membeli tanah, membangun rumah, dan menjual kembali. Begitu seterusnya, sampai pada 1992 perjuangan Fauzi membesar. Tahun itu, lewat PT. Pedoman Tata Bangun yang dia dirikan, Fauzi mulai membangun 470 unit rumah glamor Pesona Depok 1 dan dilanjutkan dengan 360 unit rumah pesona Depok 2. Selanjutnya dibangun pula Pesona Khayangan yang juga di Depok. Kini telah dibangun Pesona Khayangan 1 sebanyak 500 unit rumah dan pesona khayangan 2 sebanyak 1100 unit rumah. Sedangkan pesona khayangan 3 dan 4 masih dalam tahap pematangan tanah

Harga rumah group pesona milik Fauzi tersebut antara 200 juta sampai 600 juta per unit. Yang menarik tradisi pengajian setiap malam jumat yang dilakukannya semenjak awal, tidak ditinggalkan. Sekali dalam sebulan, dia menggelar pengajian akbar yang disebut dengan pesona dzikir yang dihadiri seluruh buruh, keluarga dan kerabat di komplek pesona khayangan pertengahan september lalu, ada sekitar 4.000 orang yang hadir. Setiap orang yang hadir mendapat sarung dan 3 stel gamis untuk shalat. Setelah itu, ketika beranjak pulang, setiap orang tanpa kecuali, diberi nasi kotak dan uang Rp 10.000. tidak mengherankan, suasana berlangsung sangat akrab. Mereka saling bersalaman dan berpelukan. Tidak ada perbedaan antara bawahan dan atasan. Menurut Fauzi, dia sendiri tidak pernah membayangkan akan menjadi mirip ini.

“Ini semua dari Alloh. Saya tidak ada apa2nya.” Kata laki-laki yang sehari-hari berpenampilan sederhana ini. Karena menyadari bahwa semua harta itu pemberian Alloh, Fauzi tidak lupa mengembalikannya dalam bentuk infak dan shadaqoh kepada yang membutuhkan. Tercatat, beberapa masjid telah dia berdiri dan sejumlah kaum dhuafa dan janda telah disantuninya. Usaha yang dijalankannya tersebut, berdasarkan Fauzi mirip menanam padi. “Dengan bertanam padi, rumput dan ilalang akan tumbuh. Ini berbeda jika kita bertanam rumput, padi tidak akan tumbuh”. Kata Fauzi.

Artinya, Fauzi tidak menginginkan hasil usaha untuk dirinya sendiri. “Saya hanya mengambil, sekedarnya, selebihnya digunakan untuk kesejahteraan karyawan dan sosial.” Katanya. Sekitar 60 % laba digunakan untuk acara sosial, sedangkan selebihnya digunakan sebagai modal usaha. Sejak empat tahun lalu, ada Rp 70 milyar yang digunakan untuk acara sosial.  “Jadi, laba perusahaan ini yaitu nol.” Kata Fauzi. ” Jika setiap berdiri pagi , kita sanggup mensyukuri dengan lapang dada apa yang telah kita miliki hari ini, pasti sepanjang hari kita sanggup menikmati hidup ini dengan bahagia”

Sumber  : arifperdana.wordpress.com

Jumat, 25 Januari 2019

Inilah Stanly Erungan Bengkel Bisnis


Memulai suatu perjuangan tidaklah gampang, tapi juga tidak tidak mungkin untuk sukses. Asal ada tekad dan kemauan kuat, niscaya suatu ketika akan berhasil. Stanly Erungan (40 tahun), seorang anak petani dari Manado mengambarkan hal itu berbisnis bengkel sukses. 

seperti di kutip ciputraentrepreneurship, Kini, Stanly sukses menjadi pengusaha bengkel kendaraan beroda empat dengan omzet di atas Rp 1 miliar per bulan. Tekad menjadi pengusaha sudah muncul ketika ia masih bekerja di sejumlah perusahaan besar, ibarat Astra.

Stanly sudah bekerja di Astra semenjak lulus dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung tahun 1996. Di Unpad, ia mengambil jurusan komputer, khususnya bidang isu teknologi.

Lama bekerja di Astra, anak ketiga dari empat bersaudara ini sudah menduduki posisi penting di perusahaan itu. Namun, tekadnya yang besar lengan berkuasa untuk menjadi pengusaha, tidak menghalangi niatnya untuk terjun ke dunia bisnis.

"Sejak dulu, aku sudah menargetkan bahwa pada usia menjelang 40 tahun harus mendirikan perjuangan sendiri," katanya ibarat dilansir Kontan.co.id.

Begitu keluar dari Astra pada 2001, Stanly tidak pribadi terjun ke dunia bisnis dan mendirikan perjuangan sendiri. Saat itu, ia sempat bergabung dulu di salah satu perusahaan oli di Jakarta.
Di perusahaan ini, ayah dua anak ini semakin mempunyai jaringan yang besar lengan berkuasa di dunia otomotif. Saat itu, ia rutin memasok oli ke sejumlah pengusaha truk, bus, dan kendaraan lainnya. "Saya alhasil mempunyai banyak kenalan," kata suami dari Maria Natalia ini.

Bermodal jaringan itu, pada 2008, Stanly lantas menentukan keluar dari perusahaan oli dan fokus mengelola bengkel kendaraan beroda empat di bawah bendera perjuangan PT Mitra Jaya Agung Motor yang bermarkas di Cikokol, Tangerang, Banten.

Stanly berbagi perjuangan bengkel ini dengan merek Mitra Service Car (MSC). Bisnis bengkel sebetulnya sudah dirintis semenjak tahun 2007, ketika ia masih di perusahaan oli. "Namun, ketika itu yang aku dirikan perjuangan bengkel motor," ujarnya.

Setelah dua tahun berjalan, bengkel motor itu lalu dijualnya pada 2009. Setelah itu, ia fokus menjadi wirausaha dan membesarkan perjuangan bengkel kendaraan beroda empat miliknya. Selain bengkel, ia juga menyediakan aneka onderdil kendaraan beroda empat dengan merek sendiri, ialah AQ Genuine.

"Saya beri nama AQ yang artinya kualitas nomor satu," ujarnya. Onderdil yang dipasarkannya kebanyakan khusus buat bus dan truk. Di bisnis ini, ia juga menawarkan layanan perawatan onderdil.

Dengan begitu, pelanggan tidak lagi pusing jikalau butuh perawatan dan penggantian onderdil kendaraannya. Berkat usahanya ini, Stanly dapat meraup omzet di atas Rp 1 miliar per bulan ibarat grosir baju murah.

Selain menjual onderdil dengan merek sendiri, Stanly juga mengimpor onderdil kendaraan lain yang umumnya berasal dari Eropa.

Setelah merasa mantap dengan perkembangan usahanya, pada tahun 2012, ia resmi membuka peluang perjuangan bengkel waralaba. Saat ini, ia telah mempunyai enam gerai MSC, dan lima di antaranya milik terwaralaba.

Sumber : paraguayosxelmundo.blogspot.com

Kamis, 24 Januari 2019

Inilah Pemiilik Basuh Steam Mobil


Musim hujan memang menyebalkan. Kendaraan jadi gampang kotor lantaran terciprat genangan air. Belum lagi, air hujan yang mengandung kadar asam berlebihan akan menjadikan cat lebih cepat pudar dan merangsang munculnya karat. Menyadari bahwa kendaraan beroda empat pun butuh perawatan layaknya manusia, Hendry Indraguna mendirikan perjuangan salon kendaraan beroda empat Auto Bridal pada Januari 2002. Pria muda kelahiran Bandung pada 28 Agustus 1973 ini merupakan bos pemilik The Auto Bridal Indonesia, sebuah tempat perjuangan basuh kendaraan beroda empat “Busa salju”. Dalam membangun bisnisnya ini, Hendry berkali-kali mengalami jatuh bangun. Berbagai bidang wirausaha pun pernah dijalaninya. Namun, ia selalu bangun dan kembali dari nol.

Dia membuat formula sabun yang kondusif bagi kendaraan. Sedangkan bagi pemilik kendaraan, Hendry juga menyodorkan sebuah gerai yang higienis dan nyaman. Dia ingin mengubah persepsi masyarakat bahwa basuh kendaraan beroda empat itu selalu kotor, berkubang oli, dan lokasinya yang terpinggirkan. Kini, perjuangan yang semula dianggap kelas bawah ini telah bermetamorfosis menjadi lumbung profit. Lebih dari 50 gerai tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan 200 gerai lainnya menempati lokasi SPBU Petronas di seantero Malaysia. Usaha basuh kendaraan beroda empat garapan Hendry telah mencapai omset sebesar 7,5 miliar rupiah tiap bulan.

Suatu laba yang fantastis bagi seorang pengusaha muda bermodalkan pas-pasan. Sebelumnya, Hendry yang merupakan lulusan Universitas Maranatha Bandung ini pernah bekerja sebagai salesman. Dia kemudian memulai bisnisnya dengan berjualan ayam goreng. Hendry pernah mengalami jatuh bangun dalam berbisnis. Sejak kelas 2 Sekolah Menengan Atas ia mencoba terjun ke dunia bisnis, mulai dari menjadi salesman sampai broker mobil. Tahun 1990-an lalu, ia juga pernah mendirikan kartu diskon berjaringan internasional bersama dengan dua orang koleganya. Namun, usahanya itu pupus di tengah jalan.

Akhirnya, Hendry mencoba bangun dengan membuka perjuangan basuh mobil. Namun, ternyata tidak gampang mengangkat bisnis ini. “Saya banyak mendapatkan cibiran orang, berdasarkan mereka basuh kendaraan beroda empat tidak bakal mendatangkan banyak uang,” kata Hendry. Dengan modal Rp 250 juta, yang semuanya dari utang, Hendry membeli alat dan materi basuh mobil, serta menyewa sebuah gedung di tempat Setiabudi, Bandung. Di minggu-minggu pertama operasional, tak ada kendaraan beroda empat yang datang.

Perlahan, Hendry mencoba mencuri perhatian publik untuk membangun brand. Dia mencuci pesawat, membersihkan bangunan Bandung Super Mall yang luasnya 7.500 meter persegi, dan mencuci 470 kendaraan beroda empat secara bersamaan dalam tiga jam. Alhasil, usahanya membuahkan hasil. Selain masuk dalam Museum Rekor Indonesia (MURI), perjuangan Auto Bridal menjadi lebih dikenal orang.

Pada dasarnya, bisnis yang dilakoni Hendry tak jauh berbeda dengan perjuangan sejenis, yakni memoles dan mengguyur dengan air. Hanya, ia membungkus layanan dengan elegan. Inovasinya yakni pijat, lulur, dan spa untuk mobil. “Seperti kulit manusia, cat kendaraan beroda empat juga mempunyai pori-pori. Jadi, dikala karyawan kami memijat bodi mobil, materi pemoles akan meresap lebih dalam,” kata Hendry.

Selain itu, Hendry juga membuat Medical Treatment dan Car Spa Massage untuk menghapus buram cat asli dan memunculkan kembali warna segar dari cat mobil. Tahun 2007 lalu, ia pernah meluncurkan Ice Cream Car Wash, dengan konsep yang baru, mempunyai pilihan rasa dan warna, ibarat Green Tea Ice Cream atau Durian Ice Cream Car Wash. Ice cream ini mengandungvitawax dan megawax. “Ide dan gagasan ini juga di terima oleh masyarakat pencinta otomotif,” ujar Hendry.

Untuk menyenangkan konsumen, Hendry menyediakan kudapan, demo layanan, sajian book biar konsumen sanggup eksklusif membaca kegunaan dari layanan yang disediakan, serta pijat gratis. “Tambahannya, lantaran pelanggan kami kebanyakan pria, keberadaan customer service yang elok dan bisa memberi isu produk menjadi sebuah kebutuhan,” ujar Hendry.

Kendati membidik segmen menengah keatas, Auto Bridal tak penah membatasi jenis kendaraan beroda empat yang datang. Auto Bridal mematok Rp 25.000 untuk basuh standar. Namun, bila ingin mendapatkan layanan superlengkap, konsumen harus membayar sampai Rp 750.000.Dalam satu hari, setidaknya ada 30 kendaraan beroda empat yang tiba ke gerai Auto Bridal. Hendry tak menampik laba bisnis ini cukup besar. “Modal tiap kali mencuci kendaraan beroda empat hanya Rp 5.000 saja,” bisiknya.

Itu sebabnya, ia mengaku pendapatan higienis yang diterima mencapai Rp 30 juta per bulan per gerai. Hendry menyampaikan prospek bisnis ini masih sangat terbuka lebar lantaran belum ada kompetitor di industri ini. Selain itu, pasar market juga masih sangat besar seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak mengenal kata krisis.

Di kota kecil, Hendry juga membuat layanan salon basuh khusus untuk kendaraan roda dua yang dinamai Motor Bridal. Untuk layanan ini, Hendry mematok harga basuh standard mulai dari Rp.6.000. Sementara itu, di kota besar, Hendry membuat Auto Express untuk melayani basuh kendaraan beroda empat cepat yang lokasinya di SPBU, halaman mal, dan apartemen.

Kisah Hendry yang sukses ini tercatat di dalam sebuah buku berjudul Kumpulan Kisah Para Pengusaha Muda yang Sukses Berbisnis dari Nol, Rahasia Makara Enterpreneur Muda yang ditulis oleh Jennie S Bev. Dalam bukunya, Jennie menyampaikan bahwa untuk berwirausaha, sesungguhnya mudah, yaitu dengan meningkatkan mindset dan mulai membuka bisnis sendiri.

Jennie sangat memuji para pengusaha muda yang telah berhasil membangun bisnisnya. Semua itu lantaran para perjaka yang mempunyai mindset untuk sukses. Kata Jenni, “Success is a mindset, it is not journey or destination.”  Sukses, berdasarkan Jennie, yakni cara berpikir (mindset) bukan perjalanan maupun tujuan. Kesuksesan para perjaka dalam bidang wirausaha rata-rata disebabkanmindset mereka yang sudah terencana dengan keberanian untuk memulai bisnis.

Sumber artikel: anneahira.com

Inilah Bisnis Ikan Tuna


Bisnis masakan memang tak pernah surut. Pengusahanya pun terus membuat sajian baru, menyerupai tahu berisi ikan tuna. Tahu tuna ini terbukti sangat digemari. Berkat tahu tuna, produsen tahu tuna di Pacitan bisa meraup omzet ratusan juta per bulan.

Tahu merupakan kudapan yang sangat bersahabat dengan pengecap orang Indonesia. Selain kandungan proteinnya tinggi, tahu banyak dikonsumsi alasannya yaitu harganya yang murah.

Untuk mendongkrak harga tahu ini, pengusaha masakan sering menambahkan olahan lain sebagai pengisi tahu. Langkah ini pula yang dilakukan Sri Sumiati. Pemilik perjuangan Olahan Tuna Pak Ran asal Pacitan ini menambah campuran tuna sebagai materi pengisi tahu.

Sri belanja tahu putih dari pabrik tahu sampai sebesar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per hari. Tahu putih ini lalu ia goreng dan di dalamnya diberi isi campuran tuna. Setiap hari, Sri membutuhkan satu kuintal tuna sebagai pengisi tahu.

Bersama suaminya, Pak Ran, Sri menggeluti bisnis olahan ikan tuna semenjak 2009. Produk awal olahan tuna Pak Ran yaitu bakso ikan tuna, pepes tuna, dan tuna bakar. Sri pun terus berinovasi semoga usahanya tetap berkembang.

Produk tahu tuna merupakan hasil inovasinya tahun ini. “Kami gres mencoba awal tahun ini, peminatnya banyak,” kata Sri. Tiap hari, Sri bisa menghasilkan tahu tuna sebanyak 1.500 bungkus. Tiap bungkusnya berisi 10 buah tahu tuna yang siap makan. Alhasil, dalam satu bulan Sri bisa memproduksi 45.000 bungkus.

Ia menjual satu bungkus tahu tuna seharga Rp 4.500 sampai Rp 5.000. Dari jualan tahu isi tuna ini, saban bulan Sri pun bisa menangguk omzet antara Rp 200 juta sampai Rp 230 juta.

Sri mengaku, awalnya hanya memasarkan produknya sebagai jajanan buah tangan wisata Pacitan. Namun, alasannya yaitu rasanya enak, tahu tuna Pak Ran kebanjiran pesanan. “Order banyak berasal dari Surabaya, Malang, Yogyakarta, dan Solo. Biasanya, sekali pesan, mereka minta sebanyak 500 bungkus,” kata Sri.

Sedendang seirama dengan Sri, pembuat tahu tuna lainnya, yakni Dewi Indriani asal Bogor juga menuai berkah dari penganan ini. Wanita berusia 39 tahun ini memulai perjuangan pembuatan tahu tuna semenjak Juli 2011. Seperti halnya Sri, Dewi memakai tahu alasannya yaitu banyak penggemarnya. Membuat tahu tuna ini merupakan produk terobosan gres dari perjuangan Dewi.

Selain itu, Dewi juga melihat kesadaran masyarakat terhadap produk ikan tuna masih rendah. Padahal, ikan tuna sangat kaya akan protein dan omega 3.

Meski gres setengah tahun mengembangkan usaha ini, Dewi sudah mempunyai pelanggan tetap yakni sebuah hotel di tempat Bandengan, Jakarta Utara. Dalam sebulan, ia memasok sekitar 150 kg ke hotel tersebut. Sedangkan sisanya, ia distribusikan di beberapa restoran di Jabodetabek.

Dewi pun bisa meraup omzet sampai Rp 21 juta saban bulan. Ia menjual produknya dengan harga Rp 40.000 untuk ukuran 500 gram. Isi kemasannya terdiri dari 24 potong tahu.

Dewi yakin bisnis pembuatan tahu tuna ini sangat menjanjikan ke depannya. Selain pemainnya masih jarang, dengan pelengkap ikan tuna, gizi tahu tentu menjadi lebih tinggi. “Masalahnya ada di taktik pemasaran,” ujarnya.

Maklum, selama ini, Dewi masih mengandalkan pemasaran langsung, dengan mendatangi hotel atau restoran. “Mereka mempunyai pengetahuan yang lebih baik wacana nutrisi tahu tuna,” ujarnya.

Sumber : bisniskeuangan.kompas.com

Rabu, 23 Januari 2019

Inilah Pengusaha Sukses


Semua berawal pada 2002 lalu. Saat itu, Avip iseng-iseng menekuni perjuangan distro. Dia melihat prospek bisnis bidang fesyen yang menjanjikan. Maka, dingklik kuliah ialah awal laki-laki asal Kuningan itu mengais pundi-pundi rupiah.

Modal awal Avip dikala itu Rp1 juta. Dengan cara online, ia sukses mengembangkan bisnis fesyen hanya dalam jangka waktu dua tahun. Namun, langkahnya tak berjalan mulus. Pria kelahiran Kuningan,18 Januari 1981 itu sempat tertipu sampai rugi besar.

“Waktu itu ada ibu-ibu order baju muslim dengan nominal sampai Rp200jutaan. Tapi barang yang gres aku kirim sekitar Rp50 jutaan. Tapi sehabis barang yang aku antar sendiri itu dikasih ke ibutersebut, ternyata ia enggak transfer uang ke saya,” kata Avip kepada INILAH, Minggu (17/3/2013).

Di d’Preneur Cafe, Jalan Burangrang, Kota Bandung miliknya, Avip melanjutkan cerita pahitnya. Saat tak mendapatkan transfer uang, ia pun mendatangi rumah sang pengorder. Namun karenanya nol besar. “Ternyata ia sudah tidak ada, rugi ditipu saya,” ujar Avip.

Avip rupanya tak menyerah. Dia kembali bangun dan melanjutkan bisnis fesyen, meski harus menanggung kerugian kepada pabrik tempatnya memesan produk. “Saya meminta kebijakan kepada pabrik daerah aku memesan pakaian. Akhirnya, ia mengatakan dispensasi buat saya. Karena aku ditipu sebesar Rp50 jutaan, aku enggak bisa bayar langsung. Saya jadinya mencicil beberapa bulan tunggakan aku itu sendirian,” jelasnya.

Tak berhenti di dunia fesyen, Avip lantas melihat peluang lain dari hobinya mengumpulkan biografi orang-orang sukses. Hobi itu rupanya sukses menggiring Avip meraup omzet Rp5 juta-10 juta setiap bulan.

“Saya itu hobi mengumpulkan biografi orang sukses. Dari situ aku lihat peluang dan menjualnya dengan cara menitipkan ke toko buku. Hasilnya lumayan, ongkos burning saja hanya Rp5 ribu. Omzet aku dikala itu mencapai Rp5 juta-10 juta per bulan,” tutur Sekretaris Umum HIPMI Jabar itu.

Usaha menjual CD kumpulan biografi orang sukses itu dijalani Avip sehabis menuntaskan pendidikannya di Sekolah Tinggi Manajemen Bandung. Lagi-lagi Avip berpikir merambah perjuangan lain.

Dia mulai melirik bisnis bidang jasa yakni penyebar brosur.Bisnis sebar brosur itu ia jalani hampir satu tahun setengah pada 2011. Dalam sepekan, ia bisa mendapatkan proyek dari lima sampai enam perusahaan.
“Saya melihatnya waktu itu, perusahaan terus menciptakan brosur tapi mereka tidak mempunyai orang untuk menyebar brosur. Maka dari itu, aku kerjasama dengan mahasiswa yang mau bekerja sebar brosur nanti aku bayar. Dari sini juga manfaatnya lumayan,” papar Avip.

Setelah merambah banyak bisnis baik di bidang barang dan jasa, Avip fokus mengurus perusahaan jasa di bidang bahasa. Dia memperlihatkan piawai berbahasa Inggris dalam beberapa saat.

Selain itu, ia menekuni bisnis kafe. Bekerja sama dengan teman bisnisnya, Avip menggarap cafe d’Preneur. Dia ingin ‘menyulap’ kafe tersebut bukan hanya sebagai daerah makan dan nongkrong anak muda, tetapi daerah para pengusaha berkumpul dan membuatkan ilmu.

“Saya sudah enam bulan di sini. Konsepnya, ingin mengakibatkan d’Preneur sebagai pusatnya enterprenur. Maka dari itu aku kan menambahkan ornamen yang memperlihatkan tamu untuk bisa menjadi pebisnis. Lalu aku juga rutin mengadakan sharing dari pebisnis kepada anak muda yang ingin menjadi pebisnis,” tutupnya.


Sumber : m.inilahkoran.com

Selasa, 22 Januari 2019

Inilah Sukses Buka 22 Gerai Laundry


Bisnis laundry sekarang mulai menjamur di banyak sekali daerah. Usaha yang mengatakan jasa basuh pakaian ini semakin diburu oleh sebagian orang demi alasan kepraktisan. Namun siapa sangka penemuan sistem franchise perjuangan laundry yang awalnya sekedar iseng, menciptakan Rahajeng Sasi Kirana (32), pemilik Sun Pretty Laundry sukses membuka 22 gerai bisnis laundry-nya di banyak sekali kota.

Sasi, biasa ia dipanggil pernah bekerja di LBB Primagama Yogyakarta sebagai accounting sekaligus tentor sebelum alhasil terjun di bisnis laundry. “Dulu waktu saya di Jogja, melihat banyak sekali tempat laundry yang semuanya ramai. Dari situlah berpikir kenapa nggak buka bisnis laundry saja,” dongeng Sasi ketika ditemui terasolo.com, Senin (1/4/2013).

Sasi Kirana (30) Pemilik Sun Pertty Laundry. Sun Pretty Laundry yang didirikan semenjak 2010 ketika ini telah berkembang hingga mempunyai 22 gerai di berberapa kota di luar Solo. Foto : Novandi K Wardana.

Dengan modal Rp2 juta dan mesin basuh derma dari ibunya alhasil ia nekat memulai perjuangan laundry di rumah eyangnya yang terletak di belakang kampus Universitas Slamet Riyadi Solo.

Diawal usaha, Sun Pretty Laundry yang terletak di Jl Kalingga VII No 18 Solo  ini berusaha menarik pelangganya dengan sistem delivery service. Baju kotor diambil dari tempat pelanggan lalu dibawa ke gerai dan diantar kembali ke pelanggan sehabis bersih. “Awalnya, saya ambil sendiri cucian kotor pelanggan dengan motor dan saya taruh di depan. Seringkali sebab banyaknya cucian wajah saya hingga tertutup,” kenang perempuan yang lahir 28 Oktober 1980 ini sambil tersenyum.

Melihat persaingan bisnis laundry yang cukup ketat, alhasil Sasi berinisiatif membuka peluang kemitraan untuk bisnisnya tersebut. “Mitra bisnis pertama saya ialah Ibu Zulkarnain dari Makassar. Sekarang sehabis berjalan kurang lebih 3 tahun, bersyukur sudah 22 gerai yang buka,” ungkapnya bangga. Gerai Sun Pretty Laundry sekarang tersebar diantaranya di Surabaya, Tulungagung, Semarang, Sragen, Jakarta, Banjarmasin, Makassar, Batam, dan Bali

Sun Pretty laundry yang merupakan perjuangan jasa di bidang laundry membuka bisnis dengan sistem kemitraan. Foto: Novandi K Wardana.

Menariknya dalam bisnis kemitraan Sun Pretty Laundry ini, Sasi tidak memberlakukan royalty fee. “Semua laba yang diraih mitra, menjadi 100% milik mitra. Ini tentu tentu sangat menguntungkan,” terang Sasi. Sun Pretty Laundry memperlihatkan banyak sekali macam paket franchise antara lain paket cute, charm, smart, dan briliant dengan nilai investasi mulai dari Rp20 juta hingga Rp70 juta.

Sasi mengaku selama ini ia mengandalkan jejaring sosial sebagi media promosinya. “Sekarang twitter, facebook, dan website terbukti ampuh sebagai media promosi. Buktinya, tak hanya di Solo, Sun Pretty Laundry ini juga dapat dikenal di banyak sekali kota di Indonesia,” saya Sasi menutup wawancara.

Sumber : terasolo.com

Senin, 21 Januari 2019

Inilah Gurihnya Bisnis Keripik Tahu Magelang

Karyadi yaitu sosok sederhana. Ia berkacamata minus. Ia lebih sering bercelana pendek, bahkan ketika ada tamu ke rumah kontrakan yang dijadikan gudang untuk produknya. Namun, juragan keripik tahu itu kini tiap hari erat dengan laptop dan printer. Peralatan itulah yang dipakai untuk penunjang pekerjaannya selama ini. “Tamu mau pesan keripik tahu,” begitu ujar laki-laki berjulukan lengkap Karyadi (38), warga Kampung Trunan, Kota Magelang, Jawa Tengah, ini.

Menerima tamu yang memesan produknya kini menjadi kesibukan sehari-hari bapak dua anak ini. Setiap hari selalu ada konsumen yang memesan. Kini, hampir di seluruh tempat yang menjual buah tangan di Pulau Jawa ada keripik tahu buatannya. Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan ketika awal beliau merintis perjuangan ini. Keripik yang diberi nama dari adonan nama dirinya dan istrinya, Yuli Siswanti-Karyadi (Yuka) ini mulai dirintisnya semenjak Oktober 2004. Karyadi dan keluarganya tinggal di Kampung Trunan, asal istrinya. Kampung ini populer dengan pusat produksi tahunya. Namun, alasannya pengolahan dan pemasarannya masih dilakukan tradisional, tahu produksi kampung tersebut tidak begitu dikenal di luar daerah.

Tahu buatan mereka hanya dijual di Pasar Gotong Royong, beberapa meter dari kampung tersebut. Daya tahan tahu ini mengakibatkan salah satu alasan mereka tidak memasarkan produk mereka ke luar daerah. “Tahu biasanya hanya bertahan selama dua hari, jarak menjadi salah satu pertimbangan untuk pemasarannya,” ujarnya.

Setelah memperlajari seluk-beluk tahu, ia mencoba bereksperimen. Ketika itu, ia habiskan honor dari sebuah persewaan komputer untuk melaksanakan uji coba. Selama delapan bulan ia survei di pasar tradisional. “Saya keluar masuk pasar, melaksanakan survei sendiri,” kata Karyadi. Baru pada bulan ke-13, ia menemukan formula yang cocok. Tahu dibuat bulat, digoreng, kemudian dipotong dan digoreng lagi dengan bumbu hingga menjadi keripik.

Inovasinya ini tidak eksklusif disambut baik di pasaran. Bahkan tidak jarang yang ia dicemooh pemilik toko yang akan dititipi. “Ada yang bilang anjingnya pun tidak doyan makan masakan menyerupai ini,” kata Karyadi mengingat saat-saat sulit memperkenalkan keripik tahunya.

Istri dan keluarganya pun hampir frustasi mendampingi usahanya tersebut alasannya tidak kunjung laris dan tidak untung dijual. “Saya tetap tidak putus asa. Saya terus melaksanakan eksperimen hingga benar-benar memperoleh keripik tahu yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat,” katanya. Pada ketika bersamaan, beliau terjerat utang ke rentenir. Awalnya, ia pinjam uang Rp 4 juta dari rentenir. “Itu saat-saat sulit. Saya tidak pernah bisa mengambalikan utang alasannya bunganya sangat tinggi, 10 persen per bulan. Saya benar-benar kapok,” kenangnya.

Hingga tahun kedua, usahanya mulai stabil. Pesanan dari luar kota mulai tiba sendiri. Setelah itu, istrinya juga mengikuti jejak suaminya, meninggalkan pekerjaan dan fokus pada wirausaha mereka. Namun, tentangan gres mulai bermunculan, bahkan berani menjual jauh lebih murah. Pria yang pernah mendapatkan penghargaan dari pemerintah kota sebagai penemu keripik itu tetap bertahan.

Ia lebih mengoptimalkan manajerial dalam pengelolaan usahanya, sembari bertahan dengan harga dan lebih memaksimalkan kualitas. “Akhrinya banyak produsen yang bangkrut alasannya biaya produksi tidak sesuai hasil yang diperoleh,” ujarnya. Keripiknya berhasil bertahan hingga sekarang, bahkan sempat kewalahan mendapatkan pesanan.

Omzetnya kini mencapai Rp 200 juta per bulan. Harga per bal atau 2,5 kg sebesar Rp 64.000  untuk grosir. Harga konsumen Rp 64.000. Usahanya kini sudah maju. Dia pun berhasil mendirikan toko untuk memajang produknya dan aneka produk buah tangan khas Magelang.

Sedangkan untuk berusaha mencukupi pesanan, beliau mendirikan pabrik seluas 200 meter. Ia juga bisa beli mesin pembuat tahu seharga Rp 120 juta. “Insya Allah pabrik tersebut sebentar lagi bisa berproduksi,” terangnya.

Hasil jerih payahnya tersebut juga menerima perhatian dari pemkot Magelang. Berdasarkan evaluasi dan penentuan pemenang penyelenggaraan dan penjaringan kreativitas dan penemuan masyarakat (KREANOVA) tingkat Kota Magelang, pada 25 Agustus 2009, ia mendapatkan akta penghargaan sebagai penemu/pelopor keripik tahu.

Penghargaan itu diberikan eksklusif Wali Kota Magelang yang ketika itu dijabat Fahriyanto. Karyadi pun mencicipi gurihnya bisnis keripik tahu.

Sumber : wirasmada.wordpress.com

Minggu, 20 Januari 2019

Inilah Bisnis Kripik Kentang, Hebohkan Semarang

Kentang yaitu jenis umbian yang biasanya dibentuk gabungan sayur sup, teksturnya yang lunak saat sudah dimask memang mantap bila menjadi gabungan sayur sup khususnya para ibu yang hobinya memasak. Namun beda dengan Dodi Triatmaja, ditanganya kentang disulap menjadi bisnis yang menjanjikan. Kentang yang biasanya bat gabungan sup itu dibuatnya menjadi kripik kentang.  Dodi Triatmaja asal Banyumanik, Semarang. Mengusung merk Mas Brow, beliau mengatakan enam variasi produk keripik kentang. Diantaranya keripik kentang keju, kentang original, kentang keju pedas, kentang cabai hijau, kentang pedas manis, dan kentang pedas gurih.

Dodi mengklaim, produk keripik kentangnya diproduksi secara alami dengan memakai materi baku kentang orisinil pilihan sesuai dengan standar mutu. Selain itu, racikan bumbu yang dipakai juga dibentuk manual dengan mengedepankan kualitas. "Kami fokus menciptakan makanan sehat," kataDodi yang merintis perjuangan ini semenjak awal tahun 2012.

Dodi membanderol keripik kentang Mas Brow Rp 14.000 per bungkus untuk kemasan 75 gram, dan Rp 17.000 per bungkus untuk kemasan 100 gram. Untuk memasarkan produknya, Dodi mengatakan kerjasama keagenan. Syarat menjadi distributor harus melaksanakan pembelian produk minimal Rp 960.000 per paket. Dengan biaya sebesar itu, distributor akan menerima 48 bungkus keripik kentang dengan kemasan 75 gram, dan 48 bungkus keripik kentang dengan kemasan 100 gram.

Ia menjanjikan, distributor sanggup meraih keuntungan hingga 50% dari omzet. Jadi, dari setiap paket senilai Rp 960.000, distributor sanggup meraup omzet hingga Rp 1,5 juta. Jika distributor sanggup menjual minimal tujuh paket, maka dalam sebulan distributor sanggup meraup omzet hingga Rp 10,8 juta, dengan keuntungan higienis sekitar Rp 5,4 juta per bulan.

Saat ini, Mas Brow telah mempunyai 24 distributor yang tersebar di Palembang, Pekanbaru, Semarang, Solo, Klaten, Pekalongan, Cilacap, Wonosobo, Sleman, Yogyakarta, Jawa Barat, Jakarta, dan Kalimantan. "Setiap distributor sanggup menjual tiga paket hingga tujuh paket perbulan," ujarnya. Agar persaingan lebih kompetitif, Mas Brow hanya mempunyai satu distributor untuk satu kota, kecuali kota besar ibarat Jakarta sanggup hingga lima agen. Para distributor sanggup menjual kepada reseller dan pribadi kepada konsumen.


Sumber : usahabisnis.com

Sabtu, 19 Januari 2019

Inilah Karmono, Dengan Jambu Merah Delima Tembus Swalayan

Karmono, mantan guru sekolah dasar, berusaha menyekolahkan keempat anaknya hingga dingklik kuliah lewat budidaya buah, khususnya jambu merah delima, di Demak, Jawa Tengah. 

 Alih-alih berbekal pengalaman dan keahlian, perjuangan budidaya buah Karmono justru didorong oleh kebutuhan untuk menyekolahkan keempat anaknya. Pensiunan guru sekolah dasar dari Demak, Jawa Tengah ini kini berhasil membudidayakan sejumlah buah yakni jambu merah delima, jambu citra, jambu hijau dan belimbing Demak.

Sebenarnya, ia bukan penemu laiknya Albert Einstein. Waktu itu, ia hanya membeli empat bibit jambu air dari Desa Krapyak, Kabupaten Demak. Karmono pun mencoba untuk menanamnya pada tahun 1986. "Jambu hanya ditanam di depan rumah saja (di Desa Krapyak pada waktu itu)," ujar Karmono kepada Kompas.com, Minggu (13/11/2011).

"Alhamdullilah, selang beberapa tahun memang jambu itu yaitu favorit. Hasilnya bagus, sehingga kurang lebih tahun-tahun berikut itu jadi hasil yang maksimal," tambah dia.

Jambu tersebut populer dengan warnanya yang merah, tebal, manis, dan berbentuk oval. Belakangan, jambu ini dikenal sebagai jambu merah delima. Apa makna dari nama jambu itu? Disebut merah alasannya yaitu berkaitan dengan warna jambunya. Sedangkan delima kependekan dari kandel (tebal) dan lima. Delima juga memiliki arti lain yakni Kandel Iling Marang Allah, atau rasa ingat yang tebal kepada Allah. Maksud arti tersebut, ada impian biar warga Demak semakin tinggi ketakwaannya kepada Tuhan. Ia pun mengatakan, waktu tumbuh bibit jambu itu menjadi pohon dan menghasilkan buah ada sekitar 2,5 tahun. Selama satu tahun, jelas dia, panen sanggup dilakukan 2-3 kali. Satu pohon besar sanggup menghasilkan jambu sebanyak tiga keranjang yang berukuran minimal 60 kilogram. Sementara, pohon yang kecil hanya menghasilkan satu keranjang. Harga per kilogram sanggup mencapai Rp 10.000 bila animo panen sedang bagus.

Saat ini, ia memiliki dua lahan besar. Satu lahan yang berukuran 77 x 22 meter persegi ada 32 buah pohon jambu, dan lahan lainnya yakni seluas 10 x 63 meter persegi, sudah ada 12 pohon jambu. Sebagian besar diisi oleh jambu merah delima. Waktu pertama kali menanam dengan jumlah pohon jambu sebanyak 4 buah, ia berhasil mendapatkan hasil panen sebesar Rp 670.000.

Pendapatannya ini pun dipakai sebagai biaya sekolah anak-anaknya. "(Saya) memang berupaya untuk menambah penghasilan alasannya yaitu penghasilan guru SD tidak seberapa ibarat sekarang," ucap Karmono yang juga beristrikan seorang guru SD.

Sebenarnya, jambu ini bukan budidaya buah yang pertama kali dilakukannya. Sebelum menanam ini, Karmono membudidayakan buah belimbing. Ia pun masih melakukannya hingga dikala ini. Tetapi dalam jumlah kecil dibandingkan jambu merah delimanya. Alasannya, penghasilan dari belimbing lebih kecil ketimbang jambu.

Usaha budidayanya tidak hanya semata menghasilkan buah saja. Warga sekitar tempat tinggalnya pun mulai melirik budidaya buah tersebut seiring dengan keberhasilan Karmono. Ia pun mulai untuk mencangkok untuk memenuhi permintaan masyarakat sekitar. Bahkan bukan hanya dari wilayah tempat tinggalnya saja, banyak masyarakat yang tiba dari Pati, Kudus, hingga Semarang untuk mendapatkan bibit atau cangkokan jambu itu. "Akhirnya saya buatkan cangkok-cangkok," ucap dia.

Bahkan, ia berujar, seakan-akan tidak ada tanah yang terlewat untuk ditanami jambu merah delima tersebut di tempat tinggalnya yakni sekitar Kelurahan Betokan. Bahkan, cangkokan jambu ini tidak hanya diminta oleh kawasan sekitar Demak saja. Permintaan sanggup dibilang merata di seluruh Pulau Jawa. "Dan, juga saya pernah kirim cangkok jambu itu hingga ke Kalimantan hingga 1 truk," sebut dia.

Saat ini, ia pun sedang mempersiapkan sebanyak 800 cangkok jambu tersebut bagi siapa saja yang mau membelinya.  Selain itu, ia bergotong-royong sempat merintis berdirinya koperasi yang juga berjulukan Merah Delima. Namun, koperasinya tidak berjalan lancar alasannya yaitu problem kepengurusan. Koperasi yang sempat beranggotakan 17 orang petani jambu inipun ditutup. "Akhirnya modal kami kembalikan semua," ujar dia.

Permintaan buah dan cangkok jambu merah delima ini terus mengalir hingga kini. Pemasaran jambu ini pun hingga ke swalayan-swalayan di Jakarta, Surabaya, Bandung, Purwakerto. Namun, ia enggan menyebutkan berapa omzet yang ia sanggup dari perjuangan budidaya ini dengan alasan belum menghitung secara rinci. Tetapi bila mengalikan jumlah pohon dengan rata-rata hasil panen yakni, misalkan saja, 40 pohon x 1 keranjang x 60 kilogram x Rp 10.000 per kilogram maka Karmono sanggup mendapatkan Rp 24 juta. Itu asumsi pendapatan dengan asumsi panen dari pohon kecil yang disebutnya hanya menghasilkan satu keranjang. Jika pohon besar dengan hasil 3 keranjang maka ia sanggup mendapatkan tiga kali lipat dari jumlah tersebut. Pendapatan ini belum termasuk budidaya buah lainnya, bibit, dan cangkok.

Usahanya mengembangbiakkan jambu ini terus dikembangkannya, sampai-sampai ia yang gres saja mendapatkan penghargaan dari Danamon sebagai pejuang kesejahteraan, berusaha biar pohon jambu sanggup juga ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan masyarakat. Atas kegigihannya ini, Karmono juga menerima penghargaan lainnya ibarat di tingkat kabupaten.

Ia pun bercerita bahwa dirinya hampir saja terbang ke Mekkah untuk mengenalkan jambunya. Itu terjadi sekitar tahun 1995. Karmono mengaku, ia diajak oleh Dinas Pertanian Demak. Namun, seruan ini gagal terlaksana alasannya yaitu adanya kendala dana. "Waktu itu saya sudah siap-siap. Buat gambar di atas plastik. Itu yang nanti pakai OHP (Over Head Projector)," ujarnya.

Usaha budidaya jambunya ini pun berkembang ke varietas lain, yakni jambu gambaran dan jambu hijau. Jambu gambaran ini bentuknya ibarat jambut mete tanpa ukiran. "Kalau dipijar itu mesti bersuara," ucap dia.

"Kami lanjutkan budidaya penemuan ini sehingga berkhasiat untuk warga kami sendiri juga untuk warga lingkungan masyarakat," tegas dia. Ke depan, ia pun berencana untuk menambah luas lahannya dan kemungkinan untuk berbagi varietas buah lainnya. Usaha yang dilakukannya Karmono ini tidak sia-sia. Buktinya, ia berhasil mengantarkan keempat anaknya mengenyam dingklik kuliah. "Hanya satu yang tidak simpulan (kuliah) alasannya yaitu diajak pakde-nya bekerja. Waktu lagi skripsi. Mungkin alasannya yaitu yummy sanggup duit jadi nggak mau nerusin lagi," ungkap beliau yang sudah pensiun semenjak tahun 2007. Namun demikian, anak-anaknya belum ada yang mau meneruskan perjuangan ayahnya ini.

Sumber : usahasatriamandala.blogspot.com

Inilah Loper Koran, Sekarang Beromzet Miliaran

Meraih kesuksesan bisnis sanggup lewat banyak cara. Salah satunya agresi nekat menyerupai yang dilakukan Andika Lubis. Tanpa bekal, ia pergi ke Amerika Serikat. Kini perusahaan yang ia bangkit sukses besar mencatat omzet hingga Rp 400 juta per bulan.

Banyak pengusaha yang sukses meski tanpa modal besar. Salah satunya yakni Andika Rama Lubis. Pria lulusan Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung ini lebih banyak memulai bisnisnya dengan modal nekat. Toh, kenekatan itu menggiringnya menjadi pengusaha muda beromzet Rp 5 miliar per tahun.

Saat ini, lewat bendera Eprodeco, Andika berhasil menjadi dekorator tepercaya sejumlah pengelola mal besar di Jakarta. Kliennya mulai dari Plaza Indonesia, hingga perusahaan besar macam Panasonic dan XL Axiata. Satu proyek dekorasi sanggup bernilai hingga Rp 300 juta.

Tak hanya dekorasi, lewat induk perjuangan PT Andrafa Abiatama, Andika juga menyediakan one stop shopping desain kreatif, printing, merchandise, dekorasi, dan event organizer. Sejak pertama kali didirikan pada 2008, klien Andrafa sudah mencapai ratusan perusahaan. Kebanyakan mereka memanfaatkan jasa Andrafa pada kegiatan peluncuran produk.

Dari kecil, Andika yang lahir di Kinabalu, pada 18 September 1974, memang pekerja keras. Ayah ibunya selalu menekankan untuk berusaha mendapat apa yang diinginkannya. “Kalau mau mainan, saya harus beli sendiri dari hasil tabungan, ditambah uang ayah sedikit,” kenang Dika, begitu ia disapa.

Demikian pula dikala kuliah. Lantaran perjuangan ayahnya di bidang desain interior gulung tikar terimbas krisis moneter pada 1998, Dika harus pontang-panting mencari biaya perhiasan kuliah dengan bekerja serabutan. Beruntung, kala itu Citibank mengatakan kegiatan kartu kredit untuk mahasiswa. Ia menjadi biro penjualnya. Keuntungannya lumayan. “Bisa buat nambah-nambah uang kuliah,” ujarnya. Prinsip kerja keras itu menempa Dika menjadi tidak gampang mengalah dan berani mengejar mimpi. Selulus kuliah, ia sempat bekerja di satu perusahaan. Tapi, tak seberapa lama, ia memutuskan mundur karena ingin ingin menimba ilmu dan mendapat pengalaman kerja di Amerika Serikat (AS).

Dengan bermodal sumbangan dari sang nenek sebesar Rp 10 juta untuk membeli tiket, Andika nekat pergi ke AS. Padahal, dikala itu situasi tengah genting sehabis terjadi bencana WTC 11/9. Beruntung, ia lolos di pembuatan visa turis hingga manajemen di bandara. Karena hanya berbekal uang 100 dollar AS dari pamannya, ia terpaksa tidak makan dikala pesawat transit di Singapura dan Jepang.

Sesampai di AS, Dika menyambangi tantenya untuk menumpang hidup. Lantaran hanya menumpang, ia tak berani meminta uang lebih. Ia memutuskan mencari pekerjaan. Peluang termudah yakni menjadi loper koran. Kebetulan, ada seorang loper koran bersahabat daerah tinggal tantenya mempercayakan pekerjaannya ke Dika. Saban dini hari, Dika mengantarkan koran dengan meminjam kendaraan beroda empat sang tante. Upah mengantar koran lumayan. Dalam dua minggu, ia mendapat bayaran 1.500 dollar AS. Tak hingga dua bulan, ia sanggup bayar utang ke neneknya.

Hidup Dika juga banyak ditopang oleh belas kasih orang lain. Selama belum mempunyai visa kerja, ia ditolong seorang warga China-Amerika. “Saya memakai ID ia selama bekerja,” ujarnya. 

Tidur cuma dua jam, Singkat cerita, Dika mendaftarkan diri untuk mendapat visa pelajar. Ia ingin kuliah di universitas swasta di bidang manajemen bisnis. Tak disangka, ia diterima. Sembari kuliah, Dika menambah jam kerjanya dengan menjadi penjaga toko, mulai dari pukul 16.00 hingga pukul 22.00. Ia tidur selama dua jam, lantas mulai pukukl 24.00 hingga pukul 06.00 mulai mengantar koran. Ia melanjutkan waktunya untuk kuliah mulai pukul 7.00 pagi hingga pukul 13.00 siang. “Saya melaksanakan rutinitas itu selama empat tahun,” ujar Dika.

Pada tahun 2003, ada kabar sedih tiba dari Indonesia. Ayahnya meninggal dunia alasannya yakni sakit. Ibunya memanggil pulang Dika. Ia harus menggantikan sang ayah sebagai tulang punggung keluarga. Dengan berat hati, Dika meninggalkan dingklik kuliah dan memulai perjuangan dari nol di Indonesia. Usaha pertamanya yakni membangun creative design dan event organizer bersama seorang teman. Usaha itu sempat sukses dan berhasil membukukan omzet hingga Rp 2 miliar per tahun. Sayang, karena ada konflik internal, Dika memutuskan keluar.

Bermodal uang tabungan, bersama sang istri, Rany Fauziah Pospos, yang dinikahinya pada tahun 2005, Dika membangun perjuangan tandingan. Lewat bendera Andrafa Abiatama, ia mulai mendapat aneka proyek. “Pertama, saya dipercaya Panasonic menyediakan aneka merchandise dan produkprinting,” kata Dika.
Dika juga menggarap dekorasi mal dan interior apartemen. Sejumlah apartemen di Jakarta pernah mendapat sentuhan desain Andika. Kini, ia tengah bernegosiasi membangun dekorasi panggung kegiatan sirkus. “Nilainya mencapai Rp 700 juta alasannya yakni panggungnya harus berpengaruh dinaiki gajah,” kata Dika.

Sumber : usahasatriamandala.blogspot.com

Jumat, 18 Januari 2019

Inilah Kiat Sukses Kantongi Omzet Jutaan Dari Sampah Pinggir Laut

Novie Indah Husniah tak pernah menyangka kesehariannya berdekatan dengan limbah sisik ikan, yang mengotori pinggiran maritim dan tempat perlelangan ikan di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi awal keberhasilannya meraih penghargaan entrepreneur terbaik.

Perempuan muda (26) ini yaitu satu di antara 18 finalis Citi Micro-Entrepreneurship Award (CMA) 2010. Atas dukungan Thowilah, pembinanya dari koperasi Al Mubarokah, Tanggulangin, Sidoarjo, Novie berhasil menyebarkan perjuangan kerajinan bros sisik ikan semenjak 2008. Tak hanya itu, motivasi dan pengetahuan yang didapatnya semenjak bergabung di koperasi pada 2009 kemudian juga menguatkan semangat wirausahanya, sampai alhasil terpilih menjadi finalis CMA 2010 mewakili Sidoarjo.

“Dari enam jenis perjuangan yang saya ajukan, hanya produk bros sisik ikan ini yang disurvei pihak penyelenggara dan berhasil terpilih sebagai finalis,” kata Thowilah kepada Kompas Female, usai penganugerahan CMA 2010 di Hotel Millenium Jakarta, beberapa waktu lalu.

Keunikan produk, penemuan bisnis menyegarkan dari limbah ikan segar, motivasi membangun usaha, dan membuka lapangan pekerjaan membawa Novie ke ajang penghargaan yang memasuki tahun keenam ini. Novie tak pernah menduga, ia pun berhasil meraih gelar juara pertama untuk kategori kerajinan CMA 2010. Atas prestasinya ini, Novie berhak membawa pulang hadiah senilai Rp 11 juta.

“Rasanya masih tak percaya berhasil mendapatkan penghargaan dan hadiah ini. Tetapi menang bagi saya bukan untuk berdiam diri, namun justru mendapatkan tanggung jawab. Hadiah ini juga bukan untuk menyenangkan diri sendiri tetapi untuk menyebarkan perjuangan yang sudah ada,” tutur Novie yang merasa “diberi” hadiah istimewa menjelang ulang tahunnya yang ke-26, sempurna pada 11 November, sehari sehabis mendapatkan penghargaan CMA 2010.

Bermodalkan kreativitas dan dukungan moral, Limbah sisik ikan berkelimpahan dan acak-acakan di tempat perlelangan ikan, Desa Pepe, Sedati, Sidoarjo. Artinya, materi baku kerajinan bros yang dibentuk Novie tak akan habis dan sangat berpotensi diperbarui. Apalagi, kata Novie, sisik ikan yang berpotensi dijadikan bros berasal dari ikan kakap yang selalu dibawa pulang nelayan dari maritim setiap hari. “Ikan kakap maritim tak bergantung pada musim, jadi setiap hari nelayan niscaya menangkap ikan kakap,” papar Novie.

Bahan baku yang melimpah menjadi berkah jikalau dilihat dengan cara kreatif ibarat yang dilakukan Novie. Awalnya, dongeng Novie, ia menginjak hamparan limbah sisik ikan yang mengotori pinggir pantai. Sisik ikan berukuran 3 cm ini berwarna putih, berlendir dan berbau amnis. Sekilas ibarat kelopak bunga, dalam pandangan Novie. Dari situlah ia membawa pulang satu karung sisik ikan dan diubahnya menjadi benda bagus bernilai ekonomi yang dikenakan wanita sebagai penghias pakaian.

“Awalnya sempat meragu apakah pandangan gres saya bisa berjalan atau tidak ke depannya. Apalagi produksi satu hari hanya menghasilkan satu bros pada tahap awalnya. Lebih tidak percaya diri lagi sebab barang ini gres dan belum ada di pasaran. Khawatir nantinya susah mencari pasar. Namun, saya tetap mencoba meski seringkali gagal menciptakan bros yang saya inginkan,” tutur Novie.

Meski sempat merasa tak percaya diri, Novie tak mengalah dan terus mencari solusi. Berkonsultasi dan memperkaya diri dengan banyak sekali ilmu kerajinan melalui buku maupun internet yaitu cara yang dipilihnya. Sarjana Pendidikan dari Fakultas Teknik Jurusan Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Surabaya ini juga berdiskusi dengan dosen mengenai  niatnya membangun perjuangan bros dari sisik ikan kakap.  “Menjadi pengusaha pemula membutuhkan motivasi dari orang lain. Dukungan dan dorongan dari dosen saya menciptakan saya lebih bersemangat dan percaya diri mengenalkan produk bros sisik ikan ini,” saya Novie.

Dalam satu tahun, bisnis kerajinan bros sisik ikan milik Novie mengalami kemajuan baik dari produksi maupun administrasi bisnis dan pengrajin. Usaha Novie yang memakai merek Vay Craft berhasil memproduksi sekitar 40 bros setiap bulan dengan modal awal Rp 1,3 juta. Novie mempekerjakan lima karyawan tetap yang menuntaskan produksi di rumah masing-masing.  “Karyawan lebih efektif jikalau bekerja di rumah daripada dikumpulkan di satu tempat. Hasil produksi mereka lebih banyak jikalau bekerja dari rumah,” kata Novie.

Satu tahun kemudian, sehabis bergabung di koperasi Al Mubarokah, Novie bisa meningkatkan produksi dua kali lipat (80 bros per bulan) dengan proteksi aksesori modal Rp 1 juta. Kekhawatiran Novie ketika awal hendak memulai usaha, terkait pasar, juga terbantahkan. Vay Craft mendapatkan langganan yang kebanyakan yaitu perias pengantin. Produk bros sisik ikan Novie juga berubah menjadi hiasan rambut untuk sanggul pengantin. Pelanggan lain yang berhasil digaet Novie yaitu toko suvenir dan kerajinan di Sidoarjo dan Surabaya.  Dengan mematok harga jual Rp 25.000 – Rp 35.000, Novie berhasil meraup omzet senilai Rp 5 juta. Keuntungan higienis yang dinikmatinya sekitar Rp 1,5 juta.

Ekspansi pasar bermodalkan hadiah , Kini, sehabis berprestasi mendapatkan penghargaan dan uang sebagai hadiah kerja kerasnya, Novie semakin bersemangat menyebarkan bisnisnya.  Memperluas pasar ke kota yang menjadi destinasi wisata, ibarat Yogyakarta dan Bali, yaitu sasaran utama Sovie. Caranya, bisa dengan membangun keagenan atau menitip di toko suvenir.  “Masih dipikirkan cara dan peluang pasarnya,” akunya.

Selanjutnya, pengembangan desain dan variasi produk yaitu pandangan gres lain yang ingin segera diwujudkan Novie sepulang mendapatkan penghargaan CMA 2010.  “Mungkin juga merekrut pekerja lagi, menjadi total 10 orang. Dengan begitu, saya bisa meningkatkan produksi dua kali lipat sekitar 160 bros per bulan. Kalau sudah baik produksinya, saya berani memenuhi ajakan dalam jumlah banyak,” Novie menjelaskan banyak sekali rencananya penuh semangat.


Sumber : kompas.com

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini