Elit dan ketua PKS juga populer piawai dalam bermain catur politik, selain jauh-jauh hari telah menentukan perilaku sebagai oposisi dan menentukan Gerindra sebagai ‘kekasih’. Saya tidak akan menyebut satu nama orang ketua, alasannya yaitu di PKS yang menonjol yaitu Dewan Syuro alias kepemimpinan bersama. Yang terperinci PKS juga telah mempersiapkan diri dengan matang, untuk memenangkan percaturan politik Indonesia, dengan langkah-langkah sebagai berikut ;
1. Paling setia menjadi ‘kekasih’ Gerindra dan mendukung penuh Prabowo untuk maju sebagai Capres di pemilu 2019. Elit dan Kader mengatakan loyalitas dan kerja keras untuk menggoalkan tujuan bersama dengan banyak sekali koalisi pilkada, yang menonjol yaitu di Jawa Barat dan Jawa Tengah
2. Memiliki dan mempersiapkan langkah strategis lain, diantaranya; menekankan pentingnya Gerindra mendeklarasikan Prabowo menjadi presiden dan menyetor 9 nama Cawapres dari PKS.
3. PKS juga dengan jeli ‘’memanfaatkan” Habieb Rizieq untuk kepentingan politik, PKS melihat HRS dengan FPI saat mereka berusia belia, PKS gres bangkit dan FPI mulai aktif dikegiatan ormas jelang dan semasa reformasi Mei 1998.
4. Kejelian PKS terekam saat mereka selalu hadir atau mengirimkan utusan baik secara resmi ataupun tersembunyi saat HRS bertemu dengan Prabowo, Amien Rais, PA 212 di Mekkah yang populer dengan sebutan Umroh Politik.
5. Puncaknya yaitu kejelian PKS memanfaatkan momen Ijtima Ulama untuk mendorong kader atau salah satu anggota Majelis Dewan Syuro Salim Segaf Al Jufri untuk menjadi cawapres pasangan Prabowo di Pilkpres 2019
6. Dengan lihai PKS juga membawa satu nama ustazd kondang berjiwa muda Abdul Somad untuk menetralisir kesan ambisi mendorong kadernya semata.
7. PKS juga mengancam akan netral pada pemilu dan pilpres 2019 jikalau kadernya atau tokoh yang disodorkan tidak dipilih Prabowo menjadi Wakil Presiden.
Kepiawaian PKS akan teruji saat batas tamat registrasi bakal calon Presiden dan Cawapres ke KPU tanggal 10 Agusuts 2018. Mungkin akan lebih cepat dan dapat terbaca di tanggal 6 - 9 Agustus 2018.
Kecenderungan partai koalisi oposisi nampaknya akan berakhir sama dengan partai koalisi Jokowi sang petahana, menyerahkan pilihan cawapres kepada sang kandidat Presiden.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih