Senin, 25 Maret 2019

Kisah Sukses : Belakang Layar Membuat Keberuntungan

Anda Belum Beruntung !!, Itulah goresan pena yang terlihat dalam sebuah produk yang memperlihatkan hadiah bagi pembelinya. Dengan rasa ingin tau kesannya kita membeli produk tersebut terus dan terus, kejadiannya tetap sama, Anda belum beruntung !, tetapi anehnya ada seorang teman saya selalu mendapatkan keberuntungan dengan selalu menang apabila setiap ada undian, door prize, atau hadiah2 dalam produk dan ini betul betul terjadi lho?, mengapa bisa demikian atau hanya faktor kebetulan belaka?

Karena ingin tau kesannya saya tanyakan eksklusif sama teman saya tersebut, apa rahasianya hingga bisa selalu beruntung.

Jawabanya membuat saya resah lantaran teman saya menganggap hal itu bukan keberuntungan dan kejadian-kejadian menyerupai itu menurutnya kebiasaan.

Nah resah kan?

Karena semakin ingin tau saya coba cari literatur mengenai hal ini, dan ternyata keberuntungan menyerupai itu bersahabat kaitanya dengan kondisi bawah sadar seseorang dan kepekaan intuisi. Semakin sering anda mendapatkan keberuntungan akan semakin memperkuat fokus bawah sadar anda untuk kembali mengulang keberuntungan. Sebagai pola teman saya tersebut memang semenjak dari kecil selalu memenangkan berbagia hadiah dan undian kemudian secara tidak sadar akumulasi tersebut semakin memperkuat keyakinan serta optimisme dirinya bahwa beliau niscaya menang namun hal itu tidak diungkapkannya melainakan sudah menjadi kebiasaan dalam bawah sadarnya dan setiap ada penarikan undian, door prize atau sejenisnya bawah sadarnya aktif dan itulah sebabnya beliau selalu memenangkanya.

Tak cukup hingga disitu saya menemukan kembali literatur lain dari www.motivasi.web.id , Judul aslinya sih Kisah si untung, saya mencuplik serpihan pentingnya dari sana.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya menyerupai main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman mengatakan kiprah untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menuntaskan kiprah ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, lantaran sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan goresan pena yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial melewatkan goresan pena ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung kini dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai membuat peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?
Ternyata orang-orang yg beruntung mempunyai perilaku yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang gres dikenal, dan membuat jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.
Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, beliau mendengar seorang perempuan memanggil laki-laki di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya tragedi sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir bila laki-laki di sebelahnya ternyata yaitu Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka beliau berpeluang memperlihatkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa laki-laki di sebelahnya, dan betul ternyata beliau yaitu Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil memperlihatkan bisnisnya secara eksklusif kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet oke membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi). Yang terbaik disini yaitu good feeling bukan good thinking. Segala perhitungan berdasarkan nalar memang membantu tetapi sebagai decision makernya yaitu perasaan dalam hati nurani.
Perbedaanya mungkin begini, orang yang merasa sial atau kurang beruntung akan sulit mencicipi good feeling tersebut lantaran otaknya dipenuhi oleh kebijaksanaan sehat yang tak berkesudahan sedangkan orang yang beruntung lebih gampang mengakses dalam mencicipi good feeling tersebut lantaran pada umumnya, orang beruntung mempunyai metoda untuk mempertajam intuisi mereka, contohnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih gampang diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam banyak sekali bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda niscaya sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita bekerjsama sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi. Tetapi kode dari tubuh tiap orang bereda, dan anda masing-masing yang bisa merasakanya.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda mencicipi sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melaksanakan sesuatu. Contohnya ketika anda akan bepergian kadang merasa gak enak, males atau apa aja dan ternyata ketika anda memaksakan untuk pergi suatu tragedi terjadi.. Hal ini memang pernah saya alami yaitu pada ketika saya bekerja tiba-tiba entah mengapa persaan menyerupai lesu gak bernafsu muncul dengan tiba-tiba saya coba alaihkan tapi tetep aja ada perasaan gak lezat hati. Dan ternyata ketika saya dijalan hendak pulang, saya mendapatkan kabar Bapak saya kecelakaan. Nah mungkin itu yang disebut kode dari perasaan. Atau anda merasa nyaman pokoknya enjoy, happy dan hening dan tiba-tiba kabar baik anda terima. Yang terang suasana hati menyerupai itu biasanya memang suatu kode dari perasaan.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung selalu optimis. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan tiba kepadanya. Dengan perilaku mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang jelek menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi jelek dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta akseptor untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan akseptor diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, contohnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.
Mereka dengan cepat bisa menyesuaikan diri dengan situasi jelek dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu yaitu dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, akseptor harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dihentikan keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin gampang dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang tiba pada hidup mereka.

Semua orang bisa membuat keberuntungan nya sendiri termasuk Anda.

Tertarik membuat keberuntungan? Coba aja deh...he..he.


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini