Kamis, 21 Maret 2019

Kisah Sukses : Bisnis Ekspor Tepung Singkong Pengusaha Muda

Profil Pengusaha Annisa Pratiwi


 tahun tetapi sudah mempunyai bisnis ekspor Kisah Sukses :  Bisnis Ekspor Tepung Singkong Pengusaha Muda
 
Umurnya gres 28 tahun tetapi sudah mempunyai bisnis ekspor. Pengusaha muda ekpor tepung singkong ke banyak sekali negara. Lalu bagaimana sih caranya Annisa Pratiwi memulai. Bukan hanya tepung dia sebenernya mengolah banyak sekali produk berbahan utama tepung.

Tidak cuma materi singkong, Annisa juga menciptakan aneka olahan mie dari sayuran dan lain- lain. Dibutuhkan riset yang tidak mengecewakan usang hingga sekarang. Dia mengaku butuh waktu hingga menemukan dosis yang pas.

Pengusaha muda 28 tahun lulusan Universitas Airlangga. Asal Pasuruan, dia dan suami mendirikan pabrik pengolahan tepung berjulukan Ladang Lima di 2012. Produk sehat yang bisa menjadi alternatif kebutuhan karbohidrat. Tepung singkong cocok dijadikan aneka camilan cantik ataupun mie pengganti gandum.

Dia memasarkan produk Rp.25.000 per- kg. Omzetnya dalam tiga tahun sudah mencapai Rp.80 juta dan Rp.100 juta. Produk tepung singkong Annisa sudah tersebar di seluruh Indonesia. Mereka juga sudah mengeskpor hingga Singapura, Hong Kong dan Amerika Serikat.

Bisnis Eksport Tepung Singkong

Taukah kau bahwa tepung gandum dan terigu itu berat. Pencernaan akan bekerja tiga kali biar bisa mencerna. Hasilnya tubuh akan menyimpan menjadi berat badan. Inilah yang kita sebut gluten atau zat pengikat. Agar terhindar dari kegemukan diharapkan gluten- free, nah apakah solusi untuk itu?

Tepung singkong mempunyai sifat gluten free. Tetapi juga mempunyai sifat menyerupai tepung terigu ataupun gandum. Jadinya kita bisa mengolahnya menjadi mie ataupun roti. Awal bisnis Annisa tidak gampang sebab awam. Dia meriset sendiri apasih tepung gluten free sanggup dikembangkan di Indonesia.

Terus bagaimana cara mengolah singkong. Nisa berburu singkong hingga ke pelosok desa. Sekalinya bisa menciptakan tepung dia harus memikirkan penjualan. Dipakainya pameran bisnis di Surabaya, dan akibatnya menggaet konsumen besar, yakni ibu- ibu beranak kebutuhan khusus.

Mereka butuh tepung buatan Nisa tersebut. Menurut ibu tersebut, dia harus siap membeli hingga ke Australia sebab di Indonesia susah. "Saya sangat bahagia kerena kini ia membeli tepung buatan saya," ujar pengusaha muda ini.

Pengusaha Muda Berkreasi


Inovasi produk mencakup produk turunan dikembangkan. Agar tidak jenuh dibentuk variasi rasa yang bisa dipilih. Ada kuman dan garlic, coffee, ginger atau jahe, cheese, dan green tea. "Rasanya enak, tapi tetap sehat," ia menjelaskan. Konsumen terbanyak malah berasal dari luar Surabaya dan Pasuruan.

Ia menjelaskan lebih gampang menjual keluar. Tidak perlu mengedukasi sebab masyarakat sudah tau. Ia bisa menjual lebih banyak. Tetapi tersebar sebab pesaing lebih banyak juga loh. Ongkos kirim yang mahal menjadi kendala. Biaya kirim masing- masing memberatkan dia dan konsumen sendiri.

Sekarang dia memproduksi tepung gluten 20 ton perhari. Dia tidak menjual eceran. Dijualnya ke pasar swalayan dan toko pemasok di Surabaya, Jakarta, dan Bali. Dalam perkembangannya dia juga punya reseller di luar negeri. Bisnis ekspor tepung Singkong banyak order di luar negeri tidak lokal.

Gimana biar jualan laris diterima konsumen. Nisa mengembangkan kemasan sendiri. Agar bisa bikin orang tertarik setiap kemasan ada resep. Dia juga memasarkan melalui brosur dan media sosial. Dia dan Ladang Lima juga mengeduksi konsumen perihal tepung gluten.

Dia mengedukasi menyerupai menceritakan pengalaman konsumen. Seorang anak yang terlambat bicara, semenjak konsumsi tepung ini anaknya sudah mulai bicara. Ada anak yang alergi tepung gluten, dan saat mengkonsumsi tepung gluten free ini, tidak lagi mengeluarkan cairan dari hidunya.

Terget mendatang yaitu akta ISO internasional. Dimaksud untuk makin mempermudah ekspor ke luar negeri. "Saya ingin menjadi salah satu produksen yang ekspor tepung orisinil Indonesia rutin," ia menjelaskan.

Ia bekerja bersama suaminya, Raka, dan membuatkan kiprah bisnis. Nisa bertugas dalam hal pemasaran ke konsumen. Sedangkan Raka bertugas dalam hal produksi produk. "Sering beda pendapat. Tetapi selalu dipecahkan dan tidak hingga terbawa urusan keluarga," ia menambahkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini