Rabu, 20 Maret 2019

Inilah Khoirul Anwar, Tukang Ngarit Penemu Teknologi 4G







Usianya gres 36 tahun. Meski begitu, Khoirul Anwar berhasil mewujudkan mimpi membuat teori gres ibarat Albert Einstein dan Michael Faraday. Putra dusun di pelosok Kediri, Jatim, itu membuat teknologi transmitter yang sekarang dikenal di dunia telekomunikasi sebagai teknologi 4G.

Laporan BAYU PUTRA, Jakarta

PANGGUNG Achmad Bakrie Award Rabu kemudian (10/12) menjadi salah satu bentuk apresiasi masyarakat Indonesia atas prestasi fenomenal Anwar, begitu beliau kerap disapa. Dia meningkatkan level telekomunikasi global lewat teknologi 4G. Sebuah teknologi yang awalnya dianggap remeh sebagian kalangan.

Begitu perhelatan award selesai, Anwar pribadi menjadi sentra perhatian. Para undangan berebut untuk berfoto bersama ilmuwan muda nan genius itu. Dengan sabar Anwar melayani seruan foto tersebut. Tidak lupa, beliau mengajak pujaan hatinya, Sri Yayu Indriyani Rochandi, untuk ikut bangkit satu frame.

Anwar dinobatkan sebagai ilmuwan muda berprestasi dalam ajang tersebut. Dia bangkit sejajar dengan tokoh-tokoh senior ibarat Emil Salim, Mundardjito, Gunawan Indrayanto, I Gede Wenten, dan Indrawati Ganjar.

Teknologi transmitter and receiver yang dibuatnya pada 2004 sekarang dipakai secara luas di sejumlah negara dalam layanan telekomunikasi. Dunia menyebutnya 4G LTE. Teknologi itu mulai booming di Indonesia sesudah sejumlah operator seluler ramai-ramai meluncurkannya.

Anwar membuat teknologi 4G ketika masih menempuh studi doktoral di Nara Institute of Science and Technology (NAIST), Jepang. Dia merasa gundah dengan adanya perkara power pada wifi. ”Pada satu titik, ia sangat tinggi (power-nya), kemudian rendah lagi dan tinggi lagi,” ungkapnya sesudah meninggalkan panggung award.

Untuk mengatasi hal tersebut, Anwar memakai algoritma Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan. Sebuah FFT dipasangkan dengan FFT aslinya dengan impian bisa menstabilkan power. Ide itu dianggap gila oleh para hebat ketika beliau melaksanakan presentasi di Hokkaido pada 2005.

Apa yang dilakukan Anwar dianggap tidak berguna. Sebab, apabila dua FFT dipasangkan, yang terjadi yakni saling menghilangkan. Kemudian, beliau juga dicemooh ketika presentasi di Australia.

”Tentu saya tidak sebodoh itu. Ada teknik tertentu semoga tidak saling menghilangkan. Saya tetap bersikeras sebab saya tahu ini sangat bermanfaat,” kenang laki-laki kelahiran 22 Agustus 1978 tersebut.

Setelah dicemooh di Hokkaido, Anwar pergi ke Amerika Serikat untuk mematenkan teknologi ciptaannya. Dia berhasil mendapat hak paten dengan nama Transmitter and Receiver, ditambah penghargaan di Negeri Paman Sam.

Tidak disangka-sangka, pada 2008 International Telecommunication Union (ITU) yang berbasis di Jenewa, Swiss, tetapkan standar teknologi 4G untuk telekomunikasi. Rupanya, teknologi yang dijadikan standar yakni teknologi yang beliau patenkan pada 2006. ”Jadi, mana tadi orang-orang yang di Australia dan Hokkaido itu (yang dulu meremehkan, Red)?” kelakarnya sembari tertawa.

Kemudian, pada 2010 teknologi miliknya dipakai sebagai standar internasional untuk keperluan satelit. Karena sudah dipakai satelit, Anwar pun yakin teknologinya bisa diterapkan untuk telekomunikasi di bumi.

Pembuktian itu merupakan buah dari proses panjang, yang berawal dari sebuah arit. Ya, semasa kecil, pekerjaan sehari-hari Anwar seusai sekolah yakni ngarit (mengarit, mencari rumput untuk pakan ternak). Anwar kecil sangat menyukai sains. Karena itu, di sela ngarit, beliau menyempatkan diri membaca buku mengenai teori Einstein dan Faraday.

Angan-angannya pun membubung tinggi. Dia ingin kelak bisa membuat teori gres ibarat Einstein dan Faraday. Dia pun bertekad untuk berubah dan berupaya mengejar mimpinya. Sehingga tidak terus menjadi tukang ngarit di daerah asalnya, Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri.

Mimpi tersebut nyaris pupus ketika ayahnya, Sudjiarto, meninggal dunia pada 1990. Kala itu Anwar kecil gres saja lulus SD. Dia pun kebingungan. Dia khawatir ibunya, Siti Patmi, yang beliau panggil emak, tidak punya uang untuk menyekolahkan dirinya hingga ke sekolah tinggi tinggi.

Akhirnya, dengan tekad bulat, Anwar kecil memberanikan diri menemui emak dan memohon untuk disekolahkan setinggi-tingginya. Keinginan berpengaruh Anwar meluluhkan hati sang bunda. ”Beliau bilang, ’Nak, kau tidak usah ke sawah lagi. Kamu saya sekolahkan setinggi-tingginya hingga tidak ada lagi sekolah yang tinggi di dunia ini,’” ucapnya dengan nada tertahan.

Anwar kemudian bersekolah di SMPN 1 Kunjang, kemudian berhasil menembus SMAN 2 Kediri, yang merupakan sekolah favorit. Menjadi salah satu di antara segelintir anak desa yang bersekolah di kota membuat Anwar minder. Namun, rasa minder itu bisa dikalahkan ketekunannya menuntut ilmu. Hasilnya, beliau menjadi juara kelas pada tahun pertama.

Saat duduk di kelas II SMA, Anwar yang indekos di Kediri mencoba mengirit pengeluaran semoga tidak membebani sang bunda. Caranya, beliau tidak sarapan sebelum berangkat sekolah. Ternyata, peringkat beliau merosot ke urutan keenam. ”Karena tidak sarapan, setiap jam sembilan pagi kepala saya pusing,” kenangnya.

Ibu salah seorang temannya kemudian menawari Anwar untuk ngenger (menumpang tinggal) di rumahnya secara gratis. Sarapan pun terjamin dan hal itu membuat peringkat Anwar kembali ke urutan teratas, bahkan terbaik di sekolah. ”Saya berpesan ke murid-murid di seluruh Indonesia agartidak mengabaikan makan pagi. Saya sudah buktikan sendiri,” tuturnya.

Anwar kemudian melanjutkan studi ke Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia lulus sebagai salah seorang wisudawan terbaik ITB pada 2000. Anwar kemudian berupaya mendapat beasiswa magister yang ditawarkan Panasonic Jepang. Dia lulus seleksi dan menentukan universitas di Tokyo sebagai tujuan.

Rupanya, kali ini Anwar menemui ganjalan. Dia tidak lolos seleksi yang diadakan sebuah universitas di Tokyo plus tidak lulus ujian kemampuan bahasa Jepang. Anwar sangat murung dan aib ketika tahu tidak lolos. Agar tidak dipulangkan, balasannya beliau beralih ke universitas lain, yakni NAIST, yang juga di Jepang. Dia berhasil lolos masuk NAIST dan menuntaskan studi magisternya selama 1,5 tahun. Dia kemudian melanjutkan studi doktoral dan meneliti transmitter tersebut.

Saat ini Anwar menjadi ajun profesor di Japan Advance Institute of Science and Technology. Selain mematenkan 4G, Anwar membuatkan teknologi itu dengan mengefisienkan power. Karena berisiko terjadi interferensi (interaksi antargelombang) yang bisa merusak.

Anwar terinspirasi tayangan kartun Dragon Ball Z ketika tokoh Son Goku mengambil energi dari alam yang disatukan menjadi bola api. Bola api tersebut berjulukan Genkidama. Cara itu kemudian beliau coba di teknologi 4G dengan menarik energi sekitar untuk menunda interferensi yang berada di tengah.

Teknologi 4G modifikasi tersebut kemudian dipatenkan. Begitu pula satu teknologi lain yang beliau ciptakan untuk keperluan Olimpiade Tokyo 2020. Anwar bersyukur pemerintah Jepang begitu menghargai ilmuwan. Dia sebagai ilmuwan absurd memperoleh akomodasi untuk mendapat dana riset. Bahkan, untuk urusan paten, biayanya ditanggung pemerintah Jepang.

Kemudian, Profesor Takao Hara yang membimbingnya dalam penelitian itu juga bersikap fair. Begitu tahu penelitian mahasiswanya menjadi standar internasional, beliau pribadi menyatakan penelitian tersebut sebagai hak Anwar. ”Eighty(80) percent for you, 20 percent for me,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara itu menirukan sang profesor.

Satu hal yang membuat Anwar salut, orang Jepang begitu besar hati memakai produk sendiri meski jelek. Karena itu, ilmuwan Indonesia sebaiknya menggandakan Jepang. ”Saya inginnya insinyur kita, jelek-jelek nggak apa-apa, asal punya kita. Sedikit demi sedikit bisa diperbaiki,” tutur ayah empat anak tersebut.

Yang penting, prosesnya jalan terlebih dulu. Apabila sudah benar, tinggal dipikirkan cara menyempurnakannya.”Kalau kita mau pribadi bikin yang hebat, tidak akanada. Orang niscaya bermula dari tidak hebat. Yang gampang dulu,” tegasnya. Dia yakin ilmuwan Indonesia tidak hanya genius, namun juga kreatif dan bisa mencari terobosan.

Khusus penerapan teknologi 4G di Indonesia, bagi Anwar tidak ada kata terlambat. Peluangnya sangat besar dan bermanfaat bagi masyarakat. Pemerintah harus siap; operator seluler juga harus siap. Sebagai contoh, Indonesia bisa menerapkan e-health dengan memakai teknologi 4G. ”Pasien di ambulans selama perjalanan bisa dipandu dokter yang ada di rumah sakit,” tutupnya.

sumber : http://www.jpnn.com/read/2014/12/17/276008/Mengenal-Khoirul-Anwar,-Tukang-Ngarit-Penemu-Teknologi-4G-
 

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini