Rabu, 20 Maret 2019

Inilah Dongeng Positif Pengusaha Sukses - Mochtar Riady

Kisah faktual pengusaha sukses berikut ini yaitu seorang pria berjiwa ksatria dan penuh kegigihan bisa membawa nama dan perusahaannya berada di puncak perbisnisan tanah air. Apa lagi kalau bukan Group Lippo. Ketekunan dan keseriusan sang pendiri dalam membangun kerajaan bisnis Group Lippo sepertinya wajib dicontoh.

Anak seorang pedagang batik ini tidak gampang dalam meraih sukses. Ia harus melewati aneka macam halangan, rintangan dan kegetiran dalam merintis uasah. Tak jarang kehidupan kecilnya sering mengalami kesulitan. untuk lebih jelasnya marilah kita ikuti perjalanan dongeng faktual pengusaha sukses ini.

laki berjiwa ksatria dan penuh kegigihan bisa membawa nama dan perusahaannya berada di pu Inilah  Kisah Nyata Pengusaha Sukses - Mochtar Riady
Mochtar Riady

Mochtar Riady (Hanzi: 李文正, Hokkien: Li Moe Tie, pinyin: Li Wenzheng; lahir di Kota Malang, 12 Mei 1929; umur 83 tahun) yaitu seorang pengusaha Indonesia terkemuka, pendiri dan presiden komisaris dari Grup Lippo. Ia banyak dikenal orang sebagai seorang praktisi perbankan andal, serta salah seorang konglomerat keturunan Tionghoa-Indonesia telah yang berhasil menyebarkan grup bisnisnya sampai ke mancanegara.

Pada 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Mochtar Riady menduduki peringkat ke-38 dengan total kekayaan US$ 650 juta.

Kehidupan awal

Ayah Mochtar Riady yaitu seorang pedagang batik berjulukan Liapi (1808-1959), sedangkan ibunya berjulukan Sibelau (1989-1939). Kedua orangtuanya merantau dari Fujian dan tiba di Malang pada tahun 1918.

Pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda lantaran menentang pembentukan Negara Indonesia Timur dan sempat ditahan di penjara Lowokwaru, Malang. Ia kemudian di buang ke Cina, dan ia kemudian mengambil kuliah filosofi di Universitas Nanking. Mochtar Riady tinggal di Hongkong sampai tahun 1950, dan kemudian kembali lagi ke Indonesia. Pada tahun 1951 ia menikahi Suryawati Lidya, seorang perempuan asal Jember.

Perjalanan karier

Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketertarikan Mocthar Riady yang dilahirkan di Malang pada tanggal 12 mei 1929 ini disebabkan lantaran setiap hari ketika berangkat sekolah, ia selalu melewati sebuah gedung megah yang merupakan kantor dari Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank yang berpakaian perlente dan kelihatan sibuk. Mochtar Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun ayahnya tidak mendukung lantaran profesi bankir berdasarkan ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka ketika itu sangat miskin.


Oleh mertuanya, Mochtar Riady diserahi tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Mochtar Riady telah sanggup memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Cita-citanya yang sangat ingin menjadi seorang bankir membuatnya untuk tetapkan pergi ke Jakarta pada tahun 1954, walaupun ketika itu ia tidak mempunyai seorang kenalan pun di sana dan ditentang oleh keluarganya. Mochtar Riady berprinsip bahwa bila sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah lahan yang luas.

Untuk mencari relasi, Mochtar Riady bekerja di sebuah CV di jalan hayam wuruk selama enam bulan, kemudian ia bekerja pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil. Sampai ketika itu, Mochtar Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu mengutarakan keinginannya itu. Suatu ketika temannya mengabari ia bila ada sebuah bank yang lagi terkena kasus dan menawarinya untuk memperbaikinya, Mochtar Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut walau ketika itu ia tidak punya pengalaman sekalipun. Mochtar Riady berhasil meyakinkan Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut sehingga ia pun ditunjuk menjadi administrator di bank tersebut.

Di hari pertama sebagai direktur, Mochtar Riady sangat pusing melihat ''balance sheet'', ia tidak membaca dan memahaminya, namun Mochtar Riady akal-akalan mengerti di depan pegawai akunting. Sepanjang malam ia mencoba mencar ilmu dan memahami balance sheet tersebut, namun sia-sia, kemudian ia meminta tolong temannya yang bekerja di Standard Chartered Bank untuk mengajarinya, tetapi masih saja tidak mengerti.

Akhirnya, ia berterus terang terhadap para pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu saja mereka cukup terkejut mendengarnya. Permintaan Mochtar Riady pun untuk mulai bekerja dari awal disetujuinya, mulai dari penggalan kliring, cash, dan checking account. Selama sebulan penuh, Mochtar Riady mencar ilmu dan balasannya ia pun mengerti wacana proses pembukuan, dan sesudah membayar seorang guru privat, ia balasannya mengerti apakah itu akuntansi. Maka mulailah ia menjual kepercayaan, hanya dalam setahun Bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat.

Setelah cukup besar, pada tahun 1964, Mochtar Riady pindah ke Bank Buana, kemudian pada tahun 1971, ia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan adonan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.
Kunci Sukses

Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam menyebarkan sebuah bank, ia mempunyai filosofi tersendiri yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi mempunyai abjad yang baik, Lian yaitu kejujuran, sedangkan Dje yaitu mempunyai rasa malu. Visi dan pandangan Riady yang jauh ke depan sering kali menciptakan orang kagum, ia sanggup dengan cepat membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya.

Salah satu contohnya, ketika ia berhasil menyelamatkan Bank Buana tahun 1966. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis lantaran Indonesia berada pada masa perubahan ekonomi secara makro, ketika itu Riady sedang berkuliah malam di Universitas Indonesia, di situ ia dikenalkan dengan beberapa pakar ekonomi menyerupai Emil Salim, Ali Wardhana,dkk. Mochtar Riady segera sadar dan segera mengubah arah kebijakan Bank Buana.

Pertama, ia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %, padahal pada waktu itu semua bank beramai-ramai menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut, maka para nasabah yang mempunyai kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya.

Sedangkan para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat khususnya dalam hal jaminan, namun lantaran bunga yang ditawarkan Bank Buana sangat rendah dibanding yang lain maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk memperlihatkan jaminan. Dengan cara itu Bank Buana menjadi sehat, padahal pada waktu itu banyak klien dan bank yang bangkrut. Dengan otomatis, orang mengenal siapa Mochtar Riady.
Sejarah Jaringan Bisnis

Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 yaitu pendiri Grup Lippo, sebuah grup yang mempunyai lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di daerah Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai.

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang mempunyai nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.

Di BCA, Mochtar mendapat share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar gres keluar dari BCA pada tamat 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.

Bergabung dengan Hasyim Ning menciptakan ia bersemangat. Pada 1987, sesudah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal ini menciptakan kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing.

Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melaksanakan merger dengan Bank Umum Asia dan sejak ketika itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. Saat ini Group Lippo mempunyai lima cabang bisnis yakni :

#Jasa keuangan: perbankan, reksadana, asuransi, administrasi asset, sekuritas.

#Properti dan urban development: kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan daerah industri.

#Pembangunan infrastruktur menyerupai pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi.

#Bidang industri yang mencakup industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, watu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektonik menyerupai kulkas dan AC brand Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.

#Bidang industri yang mencakup industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, watu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektronik menyerupai kulkas dan AC brand Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.

Terkenal Dengan

Dia dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Chairman Group Lippo ini dikenal sebagai seorang praktisi perbankan yang handal. Bahkan patut digelari seorang filsuf bisnis jasa keuangan yang kaya inspirasi dan solusi mengatasi masalah. Seorang konglomerat yang visioner dan sarat dengan filosofi bisnis. Dia pantas menjadi panutan bagi para pengusaha dan pelaku pasar serta siapa saja yang ingin mencar ilmu dari pengalaman orang lain.

Dalam RUPS PT Bank Lippo Tbk (LippoBank), Jumat 4 Maret 2005, Mochtar Riady mengundurkan dari jabatan komisaris utama semoga bisnis keluarga tersebut menjelma entitas bisnis kelembagaan yang sepenuhnya berjalan atas tuntutan profesionalisme. Pengunduran ini menandai tidak adanya lagi keluarga Riady yang duduk jajaran pimpinan LippoBank.

Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929, setidaknya diakui kehandalannya sebagai filsuf bisnis Grup Lippo yang didirikannya. Di Grup Lippo ini, ia berhasil mengader James Tjahaya Riady (puteranya) dan Roy Edu Tirtadji menjadi filsuf bisnis handal juga. James dan Roy telah siap mendampingi dan melanjutkan visi bisnisnya. Mereka tampil sebagai filsuf dan pemikir sekaligus panglima yang menentukan arah bisnis semua perusahaan yang bernaung di bawah bendera Lippo, baik pada masa hening apalagi pada masa sulit.

Masih ingat, ketika Bank Lippo di goyang rumor kalah kliring pada November 1995? Mochtar, pemilik nama Tionghoa, Lie Mo Tie, ini bisa mengatasinya dengan cepat. Dia laksana panglima perang yang dengan cerdas dan cekatan memonitor setiap perkembangan lapangan detik demi detik, serta memperlihatkan instruksi-instruksi penting ke semua lini jajaran di bawahnya. Rumor kalah kliring itu pun dienyahkan dan bendera Bank Lippo pun makin berkibar.

Lippo Group

Grup Lippo, mempunyai lebih dari 50 anak perusahaan. Karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas grup ini, selain di Indonesia, juga merambah di daerah Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian dan Shanghai. Saat ini Grup Lippo paling tidak mempunyai 5 area bisnis utama.

Pertama, jasa keuangan yang mencakup perbankan, investasi, asuransi, sekuritas, administrasi aset dan reksadana. Jasa keuangan ini yaitu core bisnis Lippo. Dalam bisnis keuangan ini, Lippo cukup konservatif. Sehingga bank ini selamat dari guncangan krisis moneter, walaupun sempat digoyang gosip kalah kliring (1995) dan duduk kasus rekapitalisasi (1999). Perusahaan sekuritasnya, Lippo Securities, juga mempunyai reputasi yang cukup baik. Begitu pula di bidang investasi, yakni Lippo Investment Management, Lippo Finance dan Lippo Financial. Juga jasa asuransi dengan tiga perusahaan penting yaitu AIG Lippo (Lippo Insurance) dan Asuransi Lippo ( Lippo General Insurance).

Kedua, properti dan urban development. Bisnis yang mencakup pembangunan kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan daerah industri. Lippo tidak hanya membangun perumahan, tetapi suatu kota yang lengkap dengan aneka macam infrastruktur. Di tiga kota yang telah dibangun, yaitu Lippo Cikarang, Bekasi di timur Jakarta, Bukit Sentul, Bogor di selatan Jakarta, dan Lippo Karawaci, Tangerang di barat Jakarta, para penghuni bisa mengakses TV Cable sekaligus akomodasi internet.

Ketiga, pembangunan infrastruktur menyerupai pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi. Hampir semua bisnis ini dikonsentrasikan di luar negeri dan dikontrol oleh kantor pusat Grup Lippo yang berbasis di Hong Kong, dipimpin puteranya Stephen Riady. Aktivitas bisnisnya, antara lain, pembangunan jalan tol di Guang Zhou, pembangunan kota gres Tati City di Provinci Fujian, Gedung Perkantoran Plaza Lippo di Shanghai dan membangun daerah perumahan elit dan perkantoran di Hong Kong.

Keempat, bidang industri yang mencakup industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, watu bara dan gas bumi. Lippo Industries, memproduksi komponen elektonik menyerupai kulkas dan AC brand Mitsubishi, serta komponen otomotif memproduksi kabel persneling.

Kelima, bidang jasa-jasa yang mencakup teknologi informasi, bisnis ritel, rekreasi, hiburan, hotel, rumah sakit, dan pendidikan. Ada beberapa hal yang kontroversi yang dilakukan Mochtar dan James yang mendapat perhatian media massa. Pertama ketika ia membangun Rumah Sakit untuk kelas atas di Lippo Karawaci. Untuk itu, Mochtar berani menggandeng Gleneagles Hospital yang berbasis di Singapura. ”Dari pada orang-orang kaya kita pergi ke Singapura, kan lebih baik kita bawa saja Gleneagles ke Indonesia.” kata Mochtar ketika Rumah Sakit itu diluncurkan.

Selain Rumah Sakit, ia juga mendirikan Sekolah Pelita Harapan. Sekolah ini mendapat sorotan lantaran biayanya memakai dolar AS dan dinilai mahal untuk ketika itu. Tetapi para pendiri Lippo beranggapan bahwa pendidikan yang disediakan oleh Sekolah Pelita Harapan yaitu yang terbaik. Selain wajib berbahasa Inggris, mereka memperoleh komplemen pendidikan ekstra kurikuler menyerupai pelajaran musik, berkuda dan ilmu komputer. Guru-guru pun didatangkan dari Amerika.

Di bisnis ritel, ketika Grup Lippo mengumumkan tamat 1996 membeli lebih dari 50 persen saham Matahari Putra Prima, perusahaan ritel terbesar yang dimiliki Hari Darmawan, banyak orang terkejut. Namun itu merupakan taktik penting Lippo untuk masuk ke dunia bisnis ritel. Supermal raksasa telah dibangun dan Matahari merupakan salah satu penyewa terbesar. Selain Matahari, Wal Mart dan JC Penney juga turut memeriahkan Lippo Supermal yang mempunyai luas 210.000 meter persegi.

Sejarah Grup Lippo

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang mempunyai nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.

Di BCA Mochtar mendapat share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar gres keluar dari BCA pada tamat 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp 5 triliun.

Bergabung dengan Hasyim Ning menciptakan ia bersemangat. Pada 1987, sesudah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp 257,73 miliar. Hal ini menciptakan kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melaksanakan merger dengan Bank Umum Asia dan sejak ketika itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo.
Cita-Cita jadi Bankir

Jalan berliku ditempuhnya untuk mencapai harapan menjadi seorang bankir. Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketika itu, anak dari pedagang batik, ini setiap hari berangkat sekolah selalu melewati gedung megah kantor Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank itu berpakaian rapih serta selalu sibuk. Sejak itu, ia berharap ketika sampaumur akan menjadi seorang bankir.

Belum cita-citanya terwujud, pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina. Lalu, di sana ia memakai kesempatan kuliah filosofi di University of Nanking. Tapi akhir perang, Riady terpaksa pergi ke Hongkong sampai tahun1950 dan kemudian kembali ke Indonesia.

Sekembali ke Indonesia, Riady masih sangat ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang bankir. Tapi ayahnya tidak mendukung. Karena berdasarkan ayahnya, profesi bankir hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka ketika itu sangat miskin.

Pada tahun 1951, ia menikahi gadis pilihannya asal jember. Kemudian, mertuanya memberinya tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Hanya dalam tempo tiga tahun, ia berhasil memajukan toko tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Namun, keinginan menjadi seorang banker membuatnya kurang betah mengurusi toko itu.

Pada tahun 1954, ia pun tetapkan pergi ke Jakarta walaupun ditentang oleh keluarganya. Dia berprinsip bahwa bila sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah lahan yang luas. Dia merasa yakin akan sanggup mewujudkan harapan menjadi bankir di kota metropolitan, kendati ketika itu tidak mempunyai seorang kenalan pun di Jakarta.

Mula-mula, ia bekerja di sebuah perusahaan komanditer di Jalan Hayam Wuruk selama enam bulan. Kesempatan itu ia gunakan untuk mulai membuka relasi. Kemudian ia bekerja pada seorang importer. Relasi pun mulai semakin banyak. Pada ketika bersamaan, ia pun bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil.

Dia belum juga bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang bankir. Saat itu, kepada para sahabat, ia selalu mengutarakan cita-citanya itu. Lalu suatu saat, salah seorang temannya mengabari bahwa ada sebuah bank, Bank Kemakmuran, yang lagi terkena masalah. Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Walau belum punya pengalaman sedikit pun, ia berhasil meyakinkan Andi Gappa, pemilik bank yang bermasalah itu, sehingga ia pun ditunjuk menjadi direktur.

Bayangkan, seorang yang belum berpengalaman sehari pun di bank atau sebagai akuntan, pribadi diangkat menjadi direktur. Pada hari pertama sebagai direktur, Riady sangat pusing melihat balance sheet. Dia tidak bisa membaca dan memahaminya. Tapi, ia akal-akalan mengerti di depan pegawai akunting. Lalu, sepanjang malam ia mencar ilmu untuk memahami balance sheet tersebut, namun sia sia. Kemudian, ia minta tolong kepada temannya yang bekerja di Standar Chartered Bank untuk mengajarinya. Tetapi ia masih belum mengerti.

Begitu resah hati dan pikirannya. Bagaimana pun kepura-puraan itu, cepat atau lambat, akan tertangkap berair juga. Akhirnya, ia berterus terang kepada para pegawainya dan Andi Gappa, si pemilik bank. Tentu saja mereka sangat terkejut mendengar akreditasi itu. Riady pun meminta diberi kesempatan mulai bekerja dari dasar. Andi Gappa menyetujuinya. Riady bekerja mulai dari penggalan kliring, cash dan checking account.

Dia memakai kesempatan itu bekerja sambil mencar ilmu dengan baik. Hanya dalam satu bulan, ia pun mengerti wacana proses pembukuan. Dia pun membayar seorang guru privat, yang mengajarinya akuntansi.

Setelah itu, ia pun memperlihatkan kelebihan sebagai seorang bankir. Hanya dalam setahun, Bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat. Setelah bank itu tumbuh dengan sehat, pada tahun 1964, Riady pindah ke Bank Buana, di sini ia juga mengukir aneka macam kaeberhasilan. Ketika itu (1966), ia berhasil menyelamatkan Bank Buana dari kesulitan. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis akhir perubahan ekonomi secara makro.

Dia mengambil langkah jitu untuk menyelamatkan Ban Buana dari akrisis itu. Dia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %. Padahal pada waktu itu semua bank beramai-ramai menenaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut, maka para nasabah yang mempunyai kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya. Di sisi lain, banyak usahawan (debitur) yang ingin meminjam kendati diberi syarat ketat terutama dalam hal jaminan. Dengan cara itu, Bank Buana menjadi sehat. Sementara, ketika itu ada beberapa bank yang bangkrut.

Nama Mochtar Riady pun mencuat, sebagai bankir bertangan dingin. Kemudian tahun 1971, ia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan adonan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya dan Bank Industri Dagang Indonesia. Lalu tahun 1975, ia meninggalkan Bank Panin dan bergabung dengan BCA, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Di BCA, ia mendapat saham sebesar 17,5 persen dan menjadi seorang penentu kebijakan. Ketika Mochtar bergabung aset BACA hanya Rp 12,8 miliar. Saat ia keluar dari BCA pada tamat 1990 aset bank tersebut sudah di atas Rp 5 triliun.

Pada setiap bank, sentuhan tangan Riady hampir selalu berbuah sukses. Dia mengaku mempunyai filosofi tersendiri yang disebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi mempunyai abjad yang baik, Lian kejujuran dan Dje mempunyai rasa malu. Selain itu, visi dan pandangannya yang jauh ke depan ketangkasannya membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya, telah menciptakan namanya semakin disegani kalangan perbankan.

Sementara, untuk memperdalam dan mempertajam pengalamannya, ia pun menyempatkan diri kuliah malam di Universitas Indonesia (UI). Di situ pula ia berkenalan dengan beberapa pakar ekonomi menyerupai Emil Salim, Ali Wardhana dan lain-lain.

Tantangan Globalisasi

Sebagai seorang chairman yang memimpin puluhan CEO harus diakui bahwa Mochtar Riady mempunyai visi yang jauh ke depan. Pengetahuannya yang luas dan pengalamannya telah menciptakan Grup Lippo selamat melewati angin ribut dan guncangan krisis ekonomi berkepanjangan. Pada pertengahan 1995 ia pernah berkata, bahwa dunia sedang mengalami perubahan yang sangat cepat.

”Apabila kita berbicara wacana globalisasi kita sebetulnya didorong ke suatu era yang lebih jauh lagi, yaitu era era globalisasi ditambah liberalisasi tanpa batas negara. Semua itu terjadi lantaran dua faktor, yaitu revolusi teknologi informasi dan revolusi mata uang,” kata Mochtar.

Menurutnya, sejarah insan sudah mengalami beberapa kali perubahan cara hidup lantaran penemuan-penemuan di bidang energi dan teknologi. Pada era 50-an, khususnya di Amerika Serikat terjadi perubahan gaya hidup, yakni masyarakat industri menjelma masyarakat informasi. Akibat dari perubahan itu Amerika harus memindahkan labour intensive industry-nya ke negara-negara lain menyerupai Jerman Barat dan Jepang.

Tak usang Jepang pun mengalami hal yang sama sehingga harus memindahkan industrinya ke Hong Kong, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan. Dan ketika negara-negara tersebut menjadi macan Asia, mereka pun mengalami perubahan structural dalam masyarakatnya sehingga perlu memindahkan industrinya ke RRC dan negara-negara ASEAN.

Perpindahan industri ini menjadikan investasi silang antarbangsa dan menjadikan pula apa yang disebut dengan Asia-Euro-Dolar. Inilah era globalisasi. Dengan era globalisasi sedemikian ini timbul suatu ketergantungan antar suatu negara dengan negara lain. Kondisi tersebut meningkatkan korelasi perekonomian dan perdagangan sehingga diperlukan peraturan permainan ekonomi internasional.

Menurut catatan Mochtar, ada tiga perjanjian penting yang muncul pada 1994, yaitu GATT, WTO, dan APEC. Kalau ketiga organisasi internasional ini dihubungakan dengan organisasi lain menyerupai World Bank, IMF, ADB, Uni Eropa, AFTA, dan NAFTA, maka akan semakin terperinci kalau organisasi-organisasi international ini semakin berperan penting menggantikan peranan pemerintah individu di dunia. Di sinilah dunia akan memasuki era globalisasi tanpa batas negara (borderless).

Sementara itu pada ketika yang bersamaan dunia sedang menyaksikan terjadinya revolusi mata uang. Sebagai contoh, setiap hari terjadi transaksi foreign exchange (forex) lebih dari US$800 miliar, tetapi hanya sekitar US$10 miliar yang mempunyai kaitan dengan fungsi alat pembayaran. Sisanya, 90,85 persen tidak ada hubungannya dengan fungsi alat pembayaran, tetapi berafiliasi dengan barang dagangan. Kalau sudah menjadi barang dagangan tentu timbul pasar derivatif.

”Derivatif itu sifatnya spekulatif, sementara spekulatif itu yaitu perjudian (gambling). Dengan demikian timbullah suatu kasino yang besar dan berpengaruh di dunia. Sadar atau tidak sadar, bahagia atau tidak senang, siap atau tidak siap, kita sudah terlibat di dalam perjudian setiap hari,” kata Mochtar yang pernah menjadi Chairman Asian Banker Association pada 1992. Selanjutnya menurutnya, jumlah transaksi yang begitu besar, sekalipun lima negara maju menggabungkan forex reserve-nya tidak akan sanggup mengalahkan jumlah transaksi forex dalam sehari. Ini berarti tidak ada satu negara di dunia ini yang bisa memperlihatkan counter exchange terhadap spekulasi.

Dua revolusi, revolusi teknologi yang dicerminkan dengan sistem super highway dan revolusi keuangan yang begitu cepat mutasinya membawa insan kepada situasi yang serba cepat, serba berubah, serba tidak mantap, dan serba tidak pasti. ”Oleh lantaran itu, suatu bangsa atau suatu perusahaan harus memperlihatkan reaksi yang cepat, kalau tidak bangsa atau perusahaan itu akan menghadapi kasus dan tekanan,” tegasnya.

BUMN Harus Lebih Berperan
Menurut Mochtar, yang mempunyai enam putra dan putri, untuk bisa bersaing di era globalisasi pemerintah harus semakin meningkatkan produktivitas BUMN.

Dikatakan, BUMN masih menguasai lebih dari 50 persen perekonomian nasional dan secara tidak sadar menikmati oligopoli dan monopoli. Tidak ada jalan lain selain menciptakan BUMN menjadi perusahaan yang efisien, menguntungkan, dan kalau perlu bisa segera go public. Sebagai perbandingan, berdasarkan Mochtar, di RRC lebih dari 50 BUMNtelah masuk ke pasar modal. Bagaimana dengan Indonesia?

Sekarang kita berada pada masa yang mementingkan perbandingan teknologi dan mutu manusia. Itulah sebabnya ia sangat memperhatikan mutu pendidikan di Indonesia. Mendirikan Sekolah Pelita Harapan dan Universitas Harapan yaitu penggalan dari kepeduliannya terhadap dunia pendidikan nasional. Belum usang ini ia pun ditunjuk menjadi Wali Amanah Universitas Indonesia.

Mochtar yang pernah mengenyam pendidikan di The Eastern College, Chung Yang University, Nanking, RRC ini mempunyai obsesi semoga insan Indonesia mempunyai kualitas yang setara dengan masyarakat maju lain sampai siap memasuki era globalisasi.

Mochtar Riady, yang bahagia membaca buku Peter Drucker dan Prof Freeman memperoleh gelar Doctor of Laws dari Golden Gate University, San Francisco, Amerika Serikat dan pernah menjadi pembicara tamu di Universitas Harvard pada pertengahan 1984. Pada ketika senggang, salah seorang filsuf Grup Lippo ini lebih bahagia melaksanakan perjalanan ke sejumlah proyeknya.

Apa arti globalisasi buat Lippo? Menurutnya, perusahaan dan para eksekutifnya harus lebih cepat lagi mengantisipasi perubahan yang sangat cepat ini. Itulah sebabnya ia sangat hati-hati menentukan orang-orang yang akan menduduki posisi Chief Executive Officer-nya. (sumber: wikipedia.org)

Itulah perjalanan dongeng faktual pengusaha sukses Mochtar Riady. Keinginannya berpengaruh untuk menjadi seorang bankir sudah terlaksana. Walaupun ia harus melewati masa-masa sulit, tetapi lantaran sebuah harapan besar, segera ia mengatasinya dengan cepat dan penuh ketekunan. Beliau merupakan sosok yang tidak gampang frustasi dan pantang mengalah dalam menekuni usaha. Karakter menyerupai inilah yang cocok untuk ditiru dan diterapkan dalam menggeluti bisnis yang sudah memasuki super hiper-kompetitif kini ini. Semoga bisa menambah wawasan para pembaca, salam sukses selalu!

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini