Minggu, 06 Januari 2019

Inilah Sukses Heppy Trenggono

SPC, Jakarta – Wajah Heppy Trenggono pucat pasi melihat beberapa lelaki berbadan tegap hilir pulang kampung di kantor PT Balimuda Persada. Silih berganti mereka mengecek lokasi kerja Heppy di bilangan Mampang, Jakarta Selatan.

Tujuan mereka satu, menagih utang perusahaan berupa alat berat senilai Rp 62 miliar. “Itu insiden sekitar tahun 2005. Jumlah utang saya melebihi aset perusahaan,“ kenang lelaki kelahiran Batang, Jawa Tengah, ini.
Kondisinya sekarang berbalik 360 derajat. Bos Grup Balimuda itu sudah bisa menggawangi 12 anak perusahaan serta menafkahi sekitar 3.000 pegawai. Heppy pun sekarang dikenal piawai dalam memperlihatkan advice kepada pengusaha yang sedang terpuruk untuk bangun kembali.

“Kegagalan saya ketika itu, berawal dari ambisi ingin kelihatan sukses,“ kata Heppy yang sudah mengenal bisnis berupa jualan permen semenjak SD. Untuk mencapai mimpinya, laki-laki kelahiran 20 April 1967 ini nekat melaksanakan sesuatu di luar kemampuan, dengan jalan perluasan besarbesaran tanpa kalkulasi bisnis dan prospek yang matang.

Semula, Balimuda yang bergerak dalam bidang land clearing untuk kelapa sawit itu yakni bisnis sambilan ketika Heppy menjadi eksekutif Teknik Lativi. Tapi, ketika Heppy mengambil pilihan untuk makin membesarkan usahanya maka keluarlah beliau dari Lativi. Jenis perjuangan pencucian lahan itu mengunakan banyak peralatan berat. Pengalaman bekerja di United Tractor, perusahaan yang bergerak dalam penjualan alat berat, sangat berarti. Pembukaan lahan itu dimulai ketika menjadi subkontraktor dari perusahaan Malaysia. Usaha itu rupanya berkembang pesat sehingga Balimuda bukan lagi subkontraktor melainkan sudah kontraktor.

Proyek besar sebagai kontraktor yang digarap yakni proyek dari Gudang Garam yang ingin membuka lahan di Kalimantan Timur pada simpulan 2002. Proyek itu didapat dengan susah payah. Intuisi bisnis diawali dengan penciuman bisnis yang tepat, Heppy melaksanakan jemput bola dengan mendatangi kantor Gudang Garam dari pagi sampai sore. Dan itu berhasil.

Bisnis kian berkembang, kebutuhan dana makin besar. Saat itu yang dilakukan Heppy yakni memutar uang dari banyak sekali kreditor. Dari bank, misalnya, beliau menerima pemberian 80 persen dari nilai proyek. Kemudian, untuk pengadaan alat berat beliau mencicil dari United Tractor, bahkan uang muka pun beliau minta diangsur selama 12 bulan. “Di situlah agaknya awal kehancuran bisnis saya,“ katanya.

Ia mengakui, betul-betul terlena dengan pemberian perjuangan dan tak bisa mengontrol diri. Ekspansinya kebablasan dengan menambah banyak alat berat, sehingga beliau tidak bisa membayar utang. Bahkan, balasannya semua hartanya terkuras habis.

Karyawan sebanyak 400 orang pun membubarkan diri sebelum dilakukan pemecatan. “Mereka (karyawan) pergi membawa aset perusahaan yang ada,“ ucap anak ketiga dari delapan bersaudara ini. Dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena tak bisa menggaji pegawainya. Yang bisa beliau lakukan ketika itu cuma memohon perpanjangan tempo pembayaran utang kepada para kreditur.

“Saya mulai sadar bahwa nafsu untuk kelihatan sukses justru akan menciptakan diri sendiri terpuruk,“ ungkap ayah empat anak ini. Kesadaran itu menimbulkan semangat untuk bangkit. Langkah pertama yakni mengubah haluan bisnis. Heppy tak lagi sebagai kontraktor, tapi menjadi broker bagi perusahaan yang akan terjun ke bisnis kelapa sawit. Dia merasa pekerjaan inilah yang paling memungkinkan dan risikonya kecil.

Beberapa usang kemudian, Heppy tak hanya jadi broker tapi bertahap juga mulai mempunyai lahan kelapa sawit. Dan berkat keuletannya, kebun itu semakin besar. Bersamaan dengan itu utang yang segunung pun kemudian lunas dalam waktu tiga tahun.

Kini, bersama kawan bisnisnya, Heppy sudah mempunyai 80 ribu hektare lahan kelapa sawit di beberapa tempat di Kalimantan Timur dan Sumatra. Tidak tanggung-tanggung, total investasinya sekitar Rp 4 triliun.

Sukses di kelapa sawit, Balimuda merambah produk konsumer. Bisnis gres ini dipayungi Heppyfoods yang membawahkan PT Balimuda Food dan PT Industri Pangan Indonesia yang didirikan tahun 2006. Meski belum setenar perusahaan produk konsumer besar, produk Heppyfoods yang pabriknya berada di BSD City Tangerang bisa menyeruak di pasaran. Salah satu produknya yakni bubur instan berbahan kentang dengan merek Potayo.

Heppy mempekerjakan ribuan karyawan dengan sistem kekeluargaan. Ia cenderung ingin membangun huruf karyawan ketimbang menerapkan sasaran yang muluk-muluk. Yang bisa menyulut kemarahan Heppy justru ketika karyawan tidak bisa menerapkan falsafah `inspiring and giving the world’. Perwujudannya membekas dari huruf karya-wannya yang berintegritas tinggi.

Gaya kepemimpinan Heppy yakni keteladanan. Ia ingin memperlihatkan bagaimana hidup secara benar kepada bawahan. Misalnya, soal ke jujuran, beliau selalu terbuka soal pengeluaran perusahaan. Ini dimaksudkan biar karyawan tidak berlaku culas ketika diberi tanggung jawab.

Kerajaan bisnis yang dibangunnya bukan hanya menimbun materi. Heppy juga ingin menginspirasi orang lain. Secara terpola beliau melibatkan masyarakat sekitar kantornya untuk beraktivitas. Caranya dengan setiap hari memperlihatkan sarapan kepada ratusan kaum dhuafa di sekitar rumahnya di Jl Mampang Prapatan X. “Kita jangan sejahtera sendirian, tapi juga lingkungan sekitar,“ ujar Heppy.

Nilai moral yang diajarkan Heppy dan sangat menempel di hati karyawan yakni tradisi untuk menyisihkan 10 persen penghasilan buat kegiatan amal. Heppy juga piawai menentukan karyawan untuk menduduki posisi tertentu. Baginya, orang terpelajar itu banyak. Tapi orang yang mau dididik itu sedikit.

Seiring dengan semangat menginspirasi, Heppy juga membentuk komunitas Indonesian Islamic Business Forum. Ini merupakan komunitas yang beranggotakan pengusaha dan calon pengusaha. Tak sedikit anggota IIBF yang punya pengalaman ibarat Heppy, yakni melarat alasannya ketidakhati-hatian. Di sinilah Heppy berperan membangkitkan moral mereka.

Belakangan, Heppy juga menggagas lahirnya gerakan Beli Indonesia yang dicetuskan pada 27 Februari 2011 bersama 504 pengusaha dari 42 kota di Indonesia. Beli Indonesia yakni gerakan membangun huruf bangsa yang membela bangsa sendiri, yaitu perilaku untuk membeli produk bukan dengan alasan lebih baik atau lebih murah, tetapi alasannya milik bangsa sendiri.

Heppy prihatin pada kondisi perekonomian Indonesia yang justru banyak dijajah produk asing. “Indonesia ibarat yang dikatakan Presiden Soekarno pada tahun 1930, akan bertumbuh menjadi bangsa besar. Hanya kita kurang menyadari bahwa kita telah menyerahkan hampir seluruh hidup kita ke pihak asing.” (SPC-20/republika).

Sumber : suarapengusaha.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini