Tidak semua hal kecil menghasilkan nilai yang kecil. Coba saja tengok barang tiruan yang diperkecil alias miniatur. Semua hal dalam bentuk miniatur rasanya memang terlihat menarik dan unik. Tilik saja, kereta api dalam bentuk mini, bajaj mini, atau bahkan kendaraan pengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam bentuk mini rasanya akan menarik bagi sebagian orang.
Pemandangan tersebut sanggup dilihat kala kita melintas di sekitar Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta . Jika Anda berasal dari arah Pancoran mengarah ke Pasar Minggu, maka di sebelah kiri jalan akan banyak dijumpai barang-barang unik miniature, mulai dari aneka mobil, bajaj, truk, kereta api, yang memang sudah ada semenjak 34 tahun silam.
Maklum saja, perjuangan dari laki-laki berjulukan Marsa'ad atau lebih dikenal sebagai Umar (70) berlabel "UD Senang Anak" ini sudah ditekuni semenjak 1977, sesudah dirinya melarat dari perjuangan stempel miliknya. "Awalnya saya perjuangan pembuatan stempel pada 1972. Namun, alasannya yaitu bangkrut, hasilnya saya mencoba menciptakan kerajinan. Awalnya coba-coba, mungkin ini yang dimaksud orang-orang, saya bakat," kenang Umar.
Setelah bangkrut, Umar mengisi waktunya dengan acara iseng menyerupai menciptakan kincir angin dengan hiasan berbentuk manusia. Kincir tersebut akan bergoyang dikala tertiup angin. Dari situlah usahanya berkembang. Diawali hanya menciptakan kincir, lambat laun pesanan pun mulai berdatangan. "Dulu modalnya kecil banget hanya Rp800, dan yang saya buat gres kincir angin. Dari modal segitu, Rp200-nya saya belikan triplek bekas, dan sanggup satu becak penuh triplek," katanya seraya tertawa.
Tak hanya kincir angin, pelanggan Umar banyak yang memesan kendaraan berbentuk truk. Umar sendiri optimistis kemampuannya lebih dari cukup untuk memproduksi miniatur tersebut. Semakin hari, model yang dibuatnya semakin bertambah. Dari hanya menciptakan bentuk truk pengangkut pasir, dikala ini sudah tidak terhitung lagi banyaknya bentuk yang dibuat. Truk, kereta api, bajaj, mobil, transportasi massa Jakarta "Trans Jakarta", dan becak.
Namun, seiring dilarangnya becak di Jakarta , maka keberadaan miniatur becak ini juga mulai tergerus peminatnya. Akhirnya, Umar memutuskan untuk tidak lagi menciptakan miniatur becak itu. "Yang paling laku bentuk truk ini. Harganya ada yang hingga Rp100 ribu-an," jelasnya.
Sejalan dengan bertambahnya miniatur ciptaannya, omzet penjualannya pun turut melambung seiring banyaknya peminat. "Per harinya memang tidak tentu, tapi rata-rata bisa menjual hingga 20 buah. Waktu paling ramai ya Sabtu dan Minggu. Per bulan ya bisa hingga 400-an yang terjual. Tapi beda dengan sekarang, kini ini kadang hanya laku lima buah," tuturnya. Lelaki asal Serang ini menuturkan, penjualannya dikala ini memang tidak selaris sebelum krisis moneter melanda Indonesia 1998 silam. Saat itu, penjualannnya per hari bisa mencapai 40-100 buah per hari. Tidak heran jikalau omzetnya waktu itu bisa menembus angka hingga Rp40 juta per bulannya.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, dikala ini selain pengrajin jumlahnya semakin sedikit, modal untuk menciptakan miniatur ini juga tidak gampang didapatkan. Beberapa tahun silam, dirinya sempat memperoleh proteksi dari sebuah kawan binaan sejumlah Rp35 juta untuk modal. "Sekarang memang tidak semudah dulu. Yang penting kini bisa buat makan. Tapi yang penting, anak saya kelimanya sudah kuliah semuanya," imbuhnya. Untuk memperoleh proteksi dari bank misalnya, dirinya harus memiliki agunan yang bisa dipakai sebagai jaminan ke bank yang bersangkutan. "Waktu itu mau meminjam ke BRI, tapi alasannya yaitu saya tidak punya jaminan, tidak bisa. Ya tidak jadi," kata Umar.
Sehingga, dikala ini modalnya diperoleh dari hasil penjualan. Berapa banyak miniatur yang dijual, barulah dirinya membeli materi baku untuk menciptakan yang baru. berbeda dengan sebelum krisis moneter, modal melimpah, dirinya juga bisa mempekerjakan orang untuk menciptakan miniatur, dan ketersediaan barang juga terjamin banyaknya.
Harga yang ditawarkan per buah memang tidak bisa terbilang murah. Semua karena miniatur yang dihasilkan benar-benar buatan tangannya. "Kisaran hrganya paling murah Rp40 ribu kemudian ada yang hingga Rp300 ribu," akunya.
Pasar Eropa Umar menuturkan, kincir angin hasil buatannya tak hanya digemari oleh masyarakat sekitar. Kincir angin tersebut juga diminati oleh negara-negara lain. Dia mengatakan, dahulu tak jarang ada pesanan yang tiba dari negara tetangga menyerupai Australia , bahkan ada yang memesan pribadi dari Jerman dan Belanda. "Yang memesan dari Belanda itu ada. Orang itu minta per bulannya disiapkan 300 buah. Tapi saya tidak bisa menyanggupi. Karena semua dikerjakan sendiri dan hanya dibantu beberapa orang. Jadi, banyaknya 300 itu, kadang gres ada beberapa bulan. Biasanya orang Belanda itu tiba pribadi untuk mengambil pesanannya," tutur dia. Di Belanda, kerajinan buatannya itu kembali dijual dan tidak mengecewakan diminati. Diceritakannya, jikalau per buahnya dijual dengan harga Rp75 ribu, namun sesampainya di negara Kincir Angin, harganya bisa melambung beberapa kali lipat menjadi Rp600 ribu hingga Rp700 ribu per buahnya.
Meski begitu, Umar menyesalkan minat para perjaka yang menyepelekan kerajinan miniatur ini. Dia mengungkapkan, pengrajin miniatur sudah semakin sedikit jumlahnya. Bahkan, kelima anaknya pun enggan meneruskan usahanya meskipun menjanjikan. Padahal, materi baku pembuatan miniatur ini tidak susah didapat. Karena hanya berasal dari kayu, triplek, paku kecil, dan beberapa jenis plastik. "Bahan baku tidak sulit dicari. Yang sulit itu orang yang membuatnya. Waktu menciptakan satu miniatur memang tidak tentu. Ada yang hingga satu bulan gres selesai, dan ada yang satu hari bisa dibentuk dua jenis miniatur," jelasnya.
Sumber : okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih