Selasa, 25 Desember 2018

Inilah Tati Hartati Menjahit Dengan Omset Milyaran

Berikut yaitu cerita pendiri produk pakaian jadi “Dannis” specialis pakaian muslim. Dengan modal awal Rp.1juta dan keuletan berusaha sekarang beromset Rp 2 milyar. Salah satu cerita sukses yang bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Sebuah inspirasi bisa muncul dari mana saja, termasuk dari keluarga sendiri. Tati Hartati pun bisa menjadi seorang pengusaha pakaian muslim yang sukses berkat terinspirasi kemandirian ibu kandungnya.

Sewaktu kecil dulu, pemilik “Rumah Dannis” ini hidup dalam keprihatinan. Untuk membeli pakaian saja tidak mampu. Bila ingin baju baru, sang ibu rajin menyebarkan baju untuk Tati dan juga saudara-saudaranya.

Alhasil, Tati terbiasa mengenakan pakaian hasil jahitan sang ibu. Begitu pula ketika Hari Raya Idulfitri tiba. Ketekunan dan ketelatenan sang ibu inilah yang menjadi sumber ide bagi Tati untuk memberanikan diri menjahit pakaiannya sendiri ketika duduk di kelas empat sekolah dasar (SD).

Sejak itu pula Wati berguru mandiri. Setidaknya, ia tak lagi meminta uang jajan kepada orangtuanya karena ia bisa mencari uang sendiri dari jualan pakaian boneka dan daerah pensil. Apalagi hasil keterampilan tangan Tati semakin populer di kalangan teman-temannya. “Di sekolah jadi banyak yang tahu, dan pesanan terus bertambah,” kenang Tati.

Setelah lulus sekolah kejuruan itu, bukannya bekerja, Tati malah masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tidak tanggung-tanggung, ia bisa kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) sampai berhasil meraih gelar insinyur kimia.

Setelah lulus kuliah, Tati pun harus bekerja di kantoran. Maklum, ketika itu sang ayah memasuki masa pensiun dari sebuah tubuh perjuangan milik negara (BUMN). Tanggung jawab keluarga seolah berpindah ke bahu Tati. “Ibu saya tidak bekerja dan ayah pensiun. Jadi, untuk biaya kuliah adik, saya harus mencari uang,” kata Tati.

Setelah menikah pada 1998, ternyata sang suami tidak mengizinkannya bekerja di kantoran. Larangan inilah yang menjadi dorongan berpengaruh bagi Tati untuk berjualan pakaian buatan sendiri. Dengan modal Rp 1 juta dari suami, Tati mulai mengambarkan keahliannya dalam menggambar dan mendesain pakaian. Itu semua ia lakukan di sela-sela aktivitas mengurus rumah dan anak.

Meski disambi mengurus rumah tangga, saban bulan, Tati bisa membikin 50 potong pakaian anak. Semuanya ia desain, jahit, dan bordir sendiri. “Jiwa saya selalu ingin menghasilkan sesuatu,” ujar Tati.
Dan ternyata, baju anak hasil kreasinya diterima pasar. Tati pun kian semangat. Dia juga mulai berani memasang merek Dannis pada baju bikinannya.

Lantas, tumbuh pula iktikad dirinya untuk mengembangkan usaha. Tati mulai memproduksi pakaian muslim dewasa, mukena, sampai jilbab.

Sayang, kali ini tidak laku. Toko-toko pakaian di Surabaya tidak mau menjual produknya. Ternyata, pakaian muslim buatan Tati bukan segmen dari toko-toko pakaian itu. Dia lantas berpikir, produk Dannis harus terang sasaran dan segmentasinya. “Akhirnya saya fokuskan produk ini untuk kalangan menengah ke atas,” tutur Tati.
Untuk bisa menciptakan model baju dengan mode mutakhir, Tati rajin menonton program mode di televisi, membuka majalah wanita, sampai jalan-jalan ke aneka macam kota. “Kalau lihat ada ekspo fashion di televisi, saya selalu membayangkan berada di program tersebut dan melihat semua desain untuk menyelami,” ujar Tati.

Omset Rp 2 miliar, Di dunia mode, Tati mencicipi sebuah ide itu menguras pikiran dan tenaga; sampai terkadang Tati merasa jenuh. Tapi, alasannya yaitu bisnis ini menguntungkan, ia pun tetap bahagia menjalaninya.

Kemampuannya berimajinasi soal model menciptakan busana Dannis selalu segar. Karena itu, tak perlu heran jika bisnis Tati juga terus berkembang. Sekarang ini Tati bisa memproduksi 35.000 potong baju dengan omzet mencapai Rp 2 miliar per bulan. Harga termahal dari baju muslim bermerek Dannis ini Rp 250.000.

Tati sekarang memperkerjakan 1.000 orang karyawan dengan melibatkan 500 biro yang tersebar di kota-kota besar. Dia menerapkan konsep kemitraan. “Jadi, saya tidak perlu menciptakan gerai, sehingga lebih efektif dan efisien,” imbuh Tati.

Kendati sudah malang melintang di dunia busana, pakaian muslim buatan Tati tak lepas dari kritikan, termasuk dari konsumen. “Saya anggap kritikan itu sebagai pemacu untuk menampilkan produk yang lebih baik lagi,” ujar Tati.

Sumber : diradja.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini