Minggu, 30 Desember 2018

Inilah Nursalim Meraih Sukses Berbudidaya Semangka

Saya ini gagal kuliah dulu alasannya ialah orang renta saya miskin. Karena saya tahu orang renta saya tidak akan bisa membiayai kuliah, saya justru nekat menyelewengkan uang kuliah dan uang indekos yang diberikan ibu saya," kata dia.Bapak tiga anak ini menceritakan dikala kuliah di FMIPA Unila tahun 1989, ia murung jikalau pulang kampung. Sebab, niscaya akan menyusahkan orang tuanya, yakni ibunya mencari utangan uang panas untuk membayar kuliah."Begitu sanggup uang kuliah dan uang indekos dari ibu yang hasil pinjaman, saya sanggup pandangan gres nekat. Akhirnya, saya cuti kuliah dan uang itu saya pakai untuk modal menanam semangka di kampung. Alhamdulillah, ternyata semangkanya jadi dan sanggup untung cukup besar. Itulah yang menciptakan saya cuti kuliahnya kebablasan, hahaha...,"

Modal pengalaman menanam semangka pertama yang sukses itu mendorong ia tak melirik bidang lain. Bangku kuliah ia “selesaikan” hanya dengan dua tahun. Sejak itu, ia menyerupai bersumpah untuk memusuhi kemiskinan dan ingin membalas akal orang tuanya yang telah ia “tipu”. "Saya merasa berutang kepada orang tua. Untungnya, orang renta saya besar hati ketika saya berhasil berdikari dengan bertani semangka ini. Dan, walaupun terlambat, akibatnya saya jadi sarjana juga," kata lulusan Stisipol Darma Wacana Metro itu.

Meskipun demikian, perjalanan bertani dan berdagang komoditas hortikulturanya tidak semulus menyerupai yang dibayangkan. Ia sempat gulung tikar hingga menyisakan satu unit sepeda ontel sebagai harta terakhirnya. Itu terjadi dikala ia sudah menikahi Wasri dan diamanahi satu anak dan tinggal bersama mertua.Namun, sepertinya jiwa berani Nursalim memang teruji. Sepeda satu-satunya itu ia jual untuk modal menanam jagung. Modal terakhir itu pun jeblok sehingga “lunas”-lah semua yang pernah ia miliki.Kebangkitan kembali Nursalim ialah ketika ada teman kuliah yang memberi iman berbisnis semangka lagi. Dengan ketekunan dan ketelatenan, perjuangan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Muchlasin dan Waginem itu mulai tumbuh. Selain menanam semangka dengan cara menyewa lahan sela animo tumbuhan padi, ia berhasil memupuk keuntungan.

Nursalim selalu ingin memperbaiki kualitas semangka yang ia tanam. Berbagai teknologi terbaru ia buru hingga ke sumber-sumber yang semula tidak pernah ia bayangkan. "Saya berguru teknologi tanam semangka nonbiji dengan sistem pengairan memakai selang ini dari Malaysia. Juga mengamati perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan secara saksama dipadu dengan tata cara yang standar. Artinya, saya berguru dari buku, guru ilmiah, dan juga dari pengalaman di lapangan dan terjun langsung," kata dia.

Soal pasar, politisi PKS ini sudah mengenali semenjak mulai berbisnis semangka. Sambil menjual hasil panen dari lahan yang ia kelola, ia juga membeli semangka petani lain, menimbang sendiri, memuatnya ke truk, mengawal ke Jakarta, kemudian menggelar lapak untuk dijual eceran. Jika sedang jeblok, kata dia, jualan di Jakarta bisa hingga satu bulan. Itu pun rugi. "Pesan ibu saya, jadi orang itu harus prigel. Prigel itu artinya bekerja rajin, tidak kenal lelah, dan kreatif. Katanya, orang prigel itu bisa mengalahkan orang pinter, haha..."Kini, ia sudah melewati periode-periode berat dalam berbisnis di bidang agro. Usaha hortikultura, terutama semangka, cukup untuk membiayai hidup keluarga dan aktivitas lainnya di luar.

Setidaknya, setiap bulan ia panen atau tidak panen semangka seluas 30 hektare. "Saya katakan panen atau tidak panen, alasannya ialah tidak setiap menanam niscaya sukses. Ya, namanya usaha, kadang berhasil kadang gagal. Tetapi catatan saya, menanam semangka ini, contohnya tiga kali gagal, satu kali panen dengan harga bagus, masih sanggup untung," kata dia.Untuk mendukung perjuangan yang sarat modal dan sarana, Nursalim mendirikan UD Salim Mandiri. Perusahaan dagang ini bergerak dalam penyediaan alat dan sarana pertanian, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan tumbuhan semangka. Omzetnya? "Ya, ialah Rp5 M setahun.” Kalau aset? "Kalau yang itu, rahasia, hehehe..," kata dia.

Dari usahanya ini, Nursalim sekarang bisa mengawasi lahan semangka yang kebanyakan di wilayah Tulangbawang dengan tenang. Saat ke kantor DPRD, ia tampil klimis dengan Honda CRV hitam yang dihela seorang sopir. Saat “ngantor” ke ladang, ia tampil siap turun ke lumpur dengan Daihatsu Feroza-nya. Ia mengaku bisnis agro ini masih berpeluang besar. Ia mengaku sudah menularkan ilmu dan modalnya, juga memberdayakan sembilan kelompok tani semangka di daerahnya. "Terakhir, saya bersama sembilan kelompok tani itu gres menandatangani kontrak ekspor semangka ke Dubai, Uni Emirat Arab, dan ke Singapura. Kontraknya, 25 ton atau satu kontainer setiap pekan. Insya Allah sanggup kami penuhi," 

Soal harga, laki-laki murah senyum dengan cukuran cepak ini tak khawatir. Harga pasaran di lahan dikala ini, kata dia, sekitar Rp2.200 per kilogram. Produk setiap hektare dikala panen anggun mencapai 30 ton. Pedagang akan tiba ke lahan untuk dibawa ke pasar-pasar di Pulau Jawa, Palembang, Jambi, dan lokal Lampung. "Kalau sudah ekspor nanti, insya Allah kami sanggup harga yang lebih anggun dan tidak fluktuatif alasannya ialah sudah terikat kontrak," ujar Nursalim.

Sumber : lampungpost.com 

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini