Selasa, 25 Desember 2018

Inilah Firdaus Ahmad Pengusaha Sukses Di London

Di tengah trafic kota London Firdaus Ahmad menyetir Mercedes 120 CDI dengan tenang. Mobil yang mampu mengangkut sepuluh orang itu yakni kendaraan “dinas” pria 54 tahun ini dari rumah ke restorannya.

Nusa Dua Restaurant bangkit di sudut Dean Street 11, Soho, di jantung ibu kota Inggris itu. Bangunan tiga lantai ini satu-satunya restoran Indonesia di daerah belanja dan tempat nongkrong belum dewasa muda itu. “Sejak Presiden Barack Obama tiba ke Indonesia, sajian favorit di sini nasi goreng,” kata Daus.

Selain itu, ada banyak masakan khas Indonesia di daftar menu: ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, dan kerupuk udang. Saya makan di sana saat restoran masih tutup menjelang sore. Tapi, di depan pintu, pelanggan dari pelbagai ras yang akan makan malam sudah antre mengular.

Resto ini yakni buah kerja keras Daus selama 20 tahun. Ia tiba di London pada final 1981 dengan tiket pesawat yang dikirim saudaranya, sopir di Kedutaan Besar Indonesia di London. Daus nekat berangkat ke Inggris sebab penghasilan sebagai kondektur angkutan kota Kampung Melayu-Bekasi tak menentu.

Mendarat di Bandar Udara Heathrow yang sibuk, lulusan Sekolah Menengan Atas 1 Indramayu ini termenung dua jam. Ia tak tahu jalan keluar. Ia amati setiap penumpang. Asumsinya, orang yang kusut niscaya gres mendarat sehabis penerbangan yang jauh. Ia ikuti mereka menyeret koper. “Saat itu aku gres tahu arti ‘exit’ itu keluar,” katanya, terbahak.

Daus kemudian bekerja di restoran Indonesia sebagai pencuci piring. Tapi resto ini tak berumur lama. Pemiliknya tertangkap lembap mengakali pajak. Pemerintah mengambil alih dan menjualnya. Pembelinya yakni tukang masak asal Malaysia. Resto itu sekarang jadi rumah makan Asia yang tukang masaknya yakni pemilik lama, bekas majikan Daus.

Seorang pengusaha Singapura kemudian mendirikan Nusa Dua Restaurant. Daus diajak bergabung dan naik pangkat jadi chef. Tapi perkongsian ini hanya bertahan tiga tahun. Pengusaha itu tak mampu membayar cicilan modal. Royal Bank of Scotland (RBS) menyitanya. Daus kelimpungan tak punya pekerjaan.

Pada 1991 ia sudah menikahi Usya Suharjono, wanita cantik yang tengah kuliah kesekretariatan di London. Ayah Usya yakni wartawan radio BBC seksi Indonesia. Ia mengikuti orang tuanya ke London sehabis lulus Sekolah Menengan Atas 2 Jakarta Pusat pada 1983. Daus punya ide mengambil alih Nusa Dua.

Usya maju sebagai negosiator dengan bank sebab ia fasih berbahasa Inggris. Daus sampai sekarang masih gagap. Kepada tiga anaknya, ia berbicara dalam bahasa Indonesia, tapi dijawab dalam bahasa Inggris. Usya membujuk bahwa resto itu merugikan RBS sebab tak mendatangkan untung, sementara pajak tetap harus dibayar.

Daus meyakinkan mereka akan mengelola rumah makan dengan jaminan membayar cicilan 1.000 pound tiap bulan sempurna waktu. ”Jika tahun pertama pembayaran tak jelas, bank silakan ambil alih lagi,” katanya. Deal. RBS ternyata setuju.

Sejak itu, Daus yang pegang kendali. Ia belanja, ia memasak, ia pula yang melayani pembeli. Karena masakan racikannya enak, pelanggan usang kembali, dan pembeli gres berdatangan. Restorannya mulai untung dengan omzet 10 ribu pon (Rp 140 juta) setiap pekan. Dalam waktu enam tahun, utang 100 ribu pound lunas.

Tabungannya mulai kembung. Daus membeli sebuah rumah seluas 300 meter persegi seharga Rp 5,2 miliar di sudut jalan bersahabat sekolah anaknya. Rumah sembilan kamar itu sekarang disewakan kepada pelancong asal Indonesia dengan tarif 19,5 pound semalam. Meski tak ada papan nama, orang tahu rumah bata merah di sudut jalan kompleks elite Colindale itu ”Wisma Indonesia”.

Daus-Usya tinggal tak jauh dari situ. Tiga kendaraan beroda empat nangkring di garasi. Semuanya Mercedes yang harga satu unitnya rata-rata Rp 1,4 miliar. Daus kerap bolak-balik London-Bekasi untuk menengok keluarga besarnya di Jatiasih.

Sumber : inspirasisuksesmulia.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini