Rabu, 26 Desember 2018

Inilah Ernawati Di Balik Sukses Pemancingan 1000

Tak punya latar belakang ilmu bisnis apalagi bidang perikanan, Hj. Ermawati justru sukses mengelola area Pemancingan 100 dan 1000 yang didirikan suaminya, H. Nurmiyanto. Tiap isu terkini liburan tiba, area pemancingan yang berlokasi di Desa Janti, Polanharjo, Klaten, itu banyak dipilih orang untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Bagaimana kiat sukses Erna mengelola bisnis dan puluhan karyawannya?

Berapa banyak ikan, beras, dan sayuran harus disediakan tiap isu terkini liburan? 
Bisa hingga 2 ton ikan sehari. Biasanya, sih, hari biasa cuma 6 kuintal. Berasnya sanggup hingga 3 ton dari kualitas terbaik. Mentimun dan cabe hingga 1 kuintal lebih. Saya juga heran kenapa pengunjung sanggup banyak tiba ke Pemancingan 1000 ini.

Kenapa tertarik berbisnis pemancingan? 
Saya enggak sangka akan berbisnis menyerupai ini. Saya kenal dunia pemancingan alasannya ialah pernah bekerja di rumah Pemancingan No. 10 milik tetangga. Saya kerja di sana selulus dari Sekolah Menengan Atas Polanharjo tahun 1994. Baru kerja setahun, putranya yang punya pemancingan itu melamar saya. Jadi, status saya dari pegawai berkembang menjadi menantu. 

Setelah itu, makin bersahabat dengan dunia perikanan, ya? 
Oh, belum. Orangtua saya, Pak Suraji dan Ibu Sri Murni, kan, petani transmigran asal Jawa ke Bandar Lampung. Berhubung jarak sekolah jauh dari rumah, saya dipindah ke Klaten. Saya memang lahir di Klaten, 29 April 1976.

Lalu sehabis menikah? 
Oleh mertua, suami dimodali toko kelontong kecil di pasar. Lalu toko itu dijual, laris Rp 25 juta. Uangnya untuk modal bikin lokasi pemancingan. Kebetulan mertua punya lahan persawahan, luasnya 3 ribu meter pesegi. Mula-mula bikin pemancingan kecil saja. Lama-lama sanggup proteksi uang kemudian digunakan untuk membesarkan perjuangan sedikit demi sedikit. 

Kolam pemancingan itu kami namakan Pemancingan 100. Lama-lama perjuangan ini jadi besar. Semua lahannya kini sudah terisi kolam. Pengunjungnya juga makin banyak. Lama-lama saya sanggup beli tanah untuk Pemancingan 1000 ini. Luasnya sekitar 6.500 meter pesegi. Awalnya ditertawakan orang ketika kami beli lahan bekas daerah buang sampah ini. Tapi kami, kan, punya planning sendiri.

Hobi memasak ikan?   
Saya hobi masak apa saja. Hanya saja dulu ketika masih bantu-bantu mertua di pemancingan ada pengunjung yang minta dimasakkan ikan. Kalau jadinya sering masak ikan, itu berawal dari faktor ketidaksengajaan. Dulu Pemancingan 10 tidak dikonsep sebagai daerah bersantap. Sekadar daerah mancing  saja. Sehabis memancing hasilnya dibawa pulang pengunjung. 

Selanjutnya, ada yang minta dimasakkan ikan hasil pancingannya alasannya ialah ingin makan di pinggir kolam. Nah, kebetulan saya suka masak. Sejak itulah banyak pemancing ikut-ikutan minta dimasakkan. Mungkin juga cocok rasa olahan ikannya, ya. Akhirnya keterusan dan makin banyak mengundang tamu.

Hal menyerupai itu juga ada di area pemancingan lain? 
Awalnya tidak. Di Klaten kami hampir 10 tahun bisnis kolam pemancingan, ya, sepi. Padahal sudah dibantu Balai Pembenihan Ikan. Mereka sempat menyarankan ikannya diolah sehingga menarik pengunjung untuk tiba lagi. Tapi, kok, belum pada tertarik. Nah, gres di Pemancingan 10 yang kemudian memulai. Setiap hari Minggu hingga tak muat tempatnya. Lama-lama bermunculan kolam pemancingan serupa. Ya, arena memancing, ya, arena makan juga. Dulu nomor usahanya berurutan. Sekarang tidak lagi.

Kenapa pakai nomor 1000? 
Habis pakai nama Pemancingan 10, jadi ramai. Bikin nomor 100 juga berjalan baik. Nah, semoga semakin besar usahanya saya pakai nomor 1000. Selain lokasi pemancingan dan bersantap, kami juga menyediakan daerah bermain air buat anak. Agar ketika orangtuanya mancing anaknya sanggup bermain bersama ibunya. Ternyata benar, Pemancingan 1000 yang letaknya agak jauh dari jalan raya banyak didatangi pengunjung. 

Sejak perjuangan membesar, bagaimana pembagian kiprah dengan suami? 
Saya full mengelola perjuangan ini. Suami yang menyiapkan semua keperluan materi baku, dari membina pembibitan ikan, menanam beras, hingga sayuran. Seperti tomat, daun kemangi, padi, mentimun, cabai, semua ditanam sendiri di lahan kami secara organik. Semua itu untuk persiapan event  besar. Misalnya menyambut Lebaran, Natal, tahun baru, dan liburan sekolah. Di luar itu, sebagian dicukupi pemasok.

Bekerjanya dari Minggu ke Minggu, dong? 
Iya. Pas hari libur, sih, sanggup hingga tidak istirahat. Tapi jikalau hari biasa, jam 18.00 pemancingan sudah saya tutup, meski ada tamu yang datang. Tapi pas liburan, meski sudah jam 18.00, jikalau materi baku masih ada, ya, saya terima saja tamu yang datang. Kasihan, kan, sudah jauh-jauh datang.

Jadi, kapan istirahatnya? 
Kalau tidak ada isu terkini liburan. Biasanya saya pakai jalan-jalan ke mal atau Toko Buku Gramedia mengantar anak-anak. Mereka, Putri Ike Nurmawati, kini kelas 1 SMA, dan Putra Nur Mahendra, masih kelas 5 SD. Saya langsung paling suka belanja buku masakan. Dan untuk urusan liburan ini, paling tidak tiap tahun saya ambil 12 hari cuti buat umrah bersama suami.

Oh ya, apa kuncinya sanggup mengelola bisnis dengan 60 karyawan? 
Saya anggap mereka keluarga. Saya tahu persis siapa saja yang potensial di bidangnya, kemudian saya tempatkan sesuai kapasitasnya. Dengan perlakuan yang baik, karyawan akan tumbuh kesadaran sendiri. Misalnya, tiap kali isu terkini liburan dan tamu membludak, karyawan sanggup tiba ke pemancingan jam 03.00 dini hari tanpa saya suruh. 

Setelah punya dua arena pemancingan dan sawah yang luas, apalagi obsesi ke depan? 
Suami sudah beli tanah lagi di pinggir jalan. Rencananya akan kami manfaatkan buat gedung pertemuan. Kebetulan di Desa Janti belum ada gedung pertemuan yang memadai fasilitasnya.

Sumber : eciputra.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini