Jumat, 28 Desember 2018

Inilah Sukses Peternak Sapi Perah Pembuat Biogas

Pak Oman, sebagaimana para peternak yang kita kenal, berpembawaan sederhana. Walau sebenarnya perjuangan pak Oman sanggup dikategorikan berhasil dikelasnya,Tak dipungkiri, pak Oman sering mendapat tamu yang ingin menimba pengalamannya, antara lain: penerima kewirausahaan dari Bank BUMN, para peternak pemula yang mau belajar, juga para penerima pelatihan, ibarat rombongan kami, yang berasal dari banyak sekali BPD di Indonesia.

Pak Oman memulai perjuangan semenjak tahun 1951 dengan berdagang sayur mayur di Pasar Senen Jakarta. Saat Pasar Senen mengalami perombakan, pak Oman pindah berdagang sayur di Pasar Induk Kramat Jati. Nasib pak Oman mulai membaik, semenjak tahun 1987, dikala Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (Koperasi PSPBU) memperlihatkan pembelian sapi perah dari New Zealand melalui kredit selama 7 tahun. Pak Oman mengajukan pembelian sapi 4 (empat) ekor senilai Rp.4.400.000,- yang cara pembayarannya melalui setoran susu sapi setiap harinya ke Koperasi PSPBU. Ternyata pak Oman sanggup melunasi pinjaman dalam tempo lebih cepat yaitu 5 (lima) tahun.

Saat ini pak Oman memiliki 11 ekor sapi dan 4 (empat) ekor anak sapi. Produksi susu per ekor 18-20 liter per hari, sehingga dari 6 (enam) ekor sapi produktif rata-rata mendapat 108 liter/hari. Harga susu dibeli oleh koperasi seharga Rp.3.300,- – Rp.3.500,- per liter, tergantung dari kualitasnya. Sebagai anggota koperasi, pak Oman dikenakan iuran wajib Rp. 25.000,- per bulan. Namun pak Oman mendapat kunjungan dokter binatang (ada 4 orang di Kabupaten Lembang, yang berafiliasi dengan KPSPBU) secara gratis jikalau ada keluhan sapi nya kurang sehat. Juga pelayanan dari mantri kesehatan, di tempat Lembang ada 15 mantri kesehatan, yang bekerja sama dengan koperasi, secara terpola mengunjungi peternakan sapi. Sapi yang masih produktif menghasilkan susu, jikalau dijual sanggup laris Rp. 14 juta per ekor. Sedangkan sapi yang telah beberapa kali bunting (umumnya hingga 7-9 kali), dianggap tidak produktf, jikalau dijual berharga Rp. 7-8 juta per ekor. Sapi yang tidak produktif ini, masih sanggup di ambil dagingnya.

Dari hasil beternak sapi perah, dari delapan anaknya, telah ada 4 (empat) orang yang berhasil lulus Sarjana. Pemberian makan kepada sapi, diberikan tiga kali sehari, pagi dan sore mendapat masakan dedaunan (rumput gajah, rumput Taiwan dll), sedang siang hari mendapat konsentrat yang dibeli dari koperasi seharga Rp.75.000,- per karung. Agar sapi sanggup menghasilkan susu yang berkualitas tinggi, perawatan kandang, proteksi contoh makan harus benar-benar diperhatikan, diadaptasi dengan berat masing-masing sapi.

Hasil kotoran sapi dikumpulkan, dimasukkan dalam septic tank, yang ditutup oleh plastik, biar gas naik keatas, yang nantinya disalurkan melalui pipa, dan menjadi biogas. Gas yang berasal dari biogas ini (hasil pembinaan dari Departemen Pertambangan), dialirkan melalui pipa, yang kemudian disambungkan dengan pipa plastik ke kompor. Kompor yang memakai biogas, dibentuk khusus, gas nya tidak berbau, perbedaan dengan gas LPG yaitu jikalau biogas menyalakan kompor harus dengan memakai korek api.

Sumber : edratna.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini