Minggu, 30 Desember 2018

Inilah Singkong Hasil Milyaran

Saat ini, singkong, ibarat juga produk agro lainnya; sawit, karet dan tebu, sedang booming dan mendatangkan rejeki berlimpah ke petani dan agen. Naiknya harga minyak menciptakan produk substitusi di cari banyak kalangan, singkong sebagai salah satu materi baku bio fuel juga menjadi primadona dan intensif di budidayakan. Apalagi teknik budidaya singkong relative mudah, murah, tahan penyakit dan sanggup tumbuh di lahan yang kritis sekalipun….!

Serial goresan pena ini sharing kecil saya untuk temen-temen TDA menurut pengamatan sehari-hari di kawasan Lampung sebagi pusat penghasil singkong terbesar di Indonesia. Semoga sanggup memberi inspirasi, memberdayakan lahan-lahan kosong dan menaikkan pendapatan petani kita.

Nyoman Petani sederhana ini juga ber profesi sebagai guru SMA, dia merupakan transmigran dari Bali semenjak tahun 60-an. Saat ini mengelola ratusan hektar flora singkong dan ber kawan dengan petani-petani lain dalam kelompoknya. Sebagai seorang pemimpin kelompok tani, Pak Nyoman juga menjadi distributor yang menjembatani penjualan panen singkong dari petani-petani ke pabrik di sekitar wilayah lahan, baik untuk materi baku industri tepung tapioca maupun untuk ethanol. 

Pengalaman puluhan tahun sebagai petani singkong menciptakan dia punya jaringan yang sangat luas dikalangan petani, apalagi sesama komunitas transmigran bali yang masih sangat dekat kekerabatannya. Sebagai distributor sebuah pabrik besar P Nyoman di berikan target harian untuk sanggup memenuhi kebutuhan pabrik, angka 100 – 150 Ton singkong segar per hari bukanlah sasaran sulit untuk dicapai. Sekarang, mari kita coba hitung berapa omzet harian dan bulanan dia sebagai distributor dan kita estimasi pendapatan bulanannya. Juga penghasilan sebagai coordinator kelompok tani.

Dengan makin banyaknya pabrik berdiri, baik pabrik tepung tapioca maupun bio fuel, kebutuhan akan supply singkong meningkat, sedangkan perkembangan luas lahan relative lambat dan masih harus ber kompetisi dengan jenis flora lain; karet, tebu dan sawit yang juga sedang booming dan menguntungkan. Kondisi ini menjadikan harga singkong naik tajam dari rentang Rp. 200 – 300 /kg di tahun 2006 menjadi Rp 400 – 500/kg an di sepanjang 2007 dan musim di tahun 2008 di prediksikan akan semakin naik. 

Dengan perkiraan harga rata-rata Rp. 425/kg maka omset harian dia ialah Rp. 425 x 100,000 kg = Rp. 42,500,000 dan dengan perkiraan pabrik ber operasi 25 hari kerja per bulan maka omset P Nyoman mencapai Rp. 1,062,500,000 / bulan…Fantastis bukan..???

Pakem yang berlaku dalam proses jual beli singkong dari petani – distributor – pabrikan, biasanya distributor akan menerima keuntungan/fee sebesar Rp. 10 – 15 dari pabrik. Dengan sasaran 100 Ton/hari, 25 hari kerja dan perkiraan fee Rp. 10/kg maka keuntungan/fee dari keagenan sebesar Rp. 25 juta/bulan…sebuah angka yang sangat besar…barangkali setara dengan manager senior di bank-bank yang sudah mapan…!! Tentunya untuk mensupply 100 Ton/hari, P Nyoman dibantu oleh pekerja atau saudara-saudara nya yang lain, tapi tetap saja penghasilan yang diterima sangat wah…!!

Dari aktifitas bertanam singkong dan mengkoordinir kelompok tani, dia juga masih memperoleh laba lagi yang jumlahnya juga cukup besar. Sebagai citra biaya budidaya flora singkong per hektar rata-rata ialah Rp. 4.5 juta/Ha dengan rincian sebagai berikut :Sewa tanah Rp. 1,000,000/Ha Pengolahan Lahan Rp. 1,000,000 Pemupukan Rp. 1.600,000 Tenaga Kerja Rp. 900,000.

Dengan perawatan yang baik dan pemupukan yang tepat, sanggup menghasilkan singkong sebesar 30 Ton/Ha dengan rendemen 24% untuk waktu penanaman 10 – 12 bulan. Harga di pabrik-pabrik di Lampung ketika ini berkisar di angka Rp. 450/kg….maka untuk hasil panen 30 Ton/Ha akan menghasilkan 30,000 kg x 450 = Rp. 13,500,000, masih dipotong ongkos transport dan cabut Rp. 100 x 30,000 = Rp 3,000,000……..hasil higienis Rp. 10,5 juta dengan modal awal Rp. 4,5 juta ( itupun dengan perkiraan lahan sewaan, jikalau lahan sendiri hasil akan lebih besar lagi…!). Sebuah investasi yang sangat menarik bukan Keluarga P Nyoman mempunyai lahan 15 Ha, maka dari hasil bertanam singkong, keluarga petani ini memperoleh penghasilan Rp. (10,5 jt – 4,5 jt ) x 15 Ha = Rp. 90 juta/panen atau setahun. Jumlah yang cukup lumayan…belum lagi dari acara coordinator kelompok tani yang jumlah nya ratusan hektar, dia masih memperoleh fee komplemen Rp. 10 untuk setiap kilo hasil panen singkong. Perbincangan terakhir saya dengan Pak Nyoman ahad lalu, dia sudah ber ancang-ancang menggati kendaraan beroda empat Suzuki Katana tuanya dengan Nissan Terano terbaru, semoga lebih gampang masuk lahan katanya……sebuah aktifitas off road yang menguntungkan tentunya.

Anda tentu menerka kisah diatas hanyalah segelintir dari ribuan petani lain yang susah hidupnya….Namun jangan salah…! Di Lampung, cukup banyak petani / distributor singkong yang bahkan ber omzet dan penghasilan lebih besar dari P Nyoman........satu demi satu, Insya Allah akan saya ceritakan siapa saja petani-petani itu dan bagaimana mereka memperoleh penghasilan sebanyak itu di edisi berikutnya.

Jika anda tertarik menginvestasikan uang nganggur anda, mainlah ke Lampung, masih sangat banyak lahan terbengkalai eks HGU perkebunan-perkebunan besar yang ditelantarkan dan kemudian dikuasai kembali oleh masyarakat (mungkin dulu juga mengambil paksa dari masyarakat. Anda sanggup menyewa tanah dari masyrakat budbahasa dan mencari petani kawan yang sanggup di percaya galakkan agro industri kita sehingga semua petani sanggup kaya, berpenghasilan cukup dan melampaui petani-petani di Thailand.

Sumber : visimandiri.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini