Profil Pengusaha Pendiri Agate Studio
Perjalanan startup game Agete Studio sudah lama. Awal menjajal sukses game pertama developer Bandung, ini pada 2011 silam. Melalui platform game online Facebook melalui Football Saga. Siapa pecipta Footbal Saga, ialah sekumpulan anak muda yang bertekat menjadi pengusaha.
Entreprenurship 2011 diisi oleh para pengusaha muda startup. Kala itu, game masih terbatas, bahkan smartphon belum terkonsep. Nama Zangya pastilah pernah anda dengar sebagai platrom. Mereka menunjukkan game Facebook, namun alhasil harus tutup buku alasannya ialah gagal berkembang.
Agate Studio didiririkan oleh beberapa orang. Salah satunya Wiradeva Arif menceritakan kepada Duniaku.net, mereka orisinil Bandung menjalankan semua menurut mimpi. Untuk anak muda yang gemar bermain game tidak hanya di Indonesia.
"Agate merupakan perusahaan pengembang game yang berdiri di atas mimpi kami," ujar pengusaha muda yang dipanggil Devon.
Awal berdirinya tahun 2009, jadi memang sangat usang berjuang, dan sudah banyak jatuh bangun semoga beradaptasi. Mereka merupakan sekumpulan anak muda pecinta game. Sudah kumpul semenjak 2007 kemudian tetapkan membangun kisah startup game Agate Studio.
Developer Bandung Jangan Menyerah
Game pertama bukanlah Football Saga alasannya ialah jauh. Tahun 2007 mereka membuat game pertamanya berjulukan Twilight. Tujuan mereka hanya ingin mengikuti lomba game. Acara yang digelar oleh satu majalah game ternama mengajak developer baru.
Sukses Agate memenangkan perlombaan butuh perjuangan. Bayangkan satu kampus mengirim 50 orang dari aneka macam jurusan. Salah satunya jurusan desain, dimana Devon dan kawan- mitra lantas menyodorkan game Twilight.
Uniknya mereka bukanya membuat game, malah mereka berlima belas kemudian mengirimkan berbentuk dokumen. Sudah niscaya mereka kalah lomba tersebut tetapi tetap semangat.
"Saat itu hanya dalam bentuk dokumen, yah pada alhasil kami kalah, ia melanjutkan.
Mereka tidak mengalah loh teman malah bersemangat. Lomba berikutnya yaitu Micrsoft, lomba yang didirikan dalam rangka platfrom baru. Microsoft mengadakan lomba bertajuk Build to Play pada 2008. Agate Studio hadir membuat game untuk konsol gres mereka XBox 360.
Game berjulukan PonPoron mereka serahkan mengikut perlombaan. Gamenya disukai pemakain dan timbul rasa lega. Akhirnya mereka bisa membuat sesuatu yang disenangi. Banyak peminat belum tentu menggaet kriteria juri dalam perlombaan.
Pada alhasil mereka kembali gagal memenangkan lomba. Gagal dua kali pengusaha muda itu dihentikan menyerah. Agate Studio kembali mengikuti lomba pada 2009 silam. Perlombaan yang bertema Imagine Cup, dan mereka tidak hanya membawa satu tetapi tiga game sekaligus.
Mereka ialah game Blank, Wish, dan Farewell Night. Mereka mendapat kembali apresiasi besar. Sayangnya, kembali mereka gagal memenangi perlombaan tersebut. Mereka tidak mengalah tetapi apa mau dikata mahasiswa harus bekerja.
Salah satu pendiri Agate diharuskan berhenti bermain- main. Dia diharuskan bekerja di perusahaan oleh orang tua. Daripada resah kenapa mereka tidak membuat perusahaan. Sepakat 15 orang yang kemudian disebut sebagai pendiri Agate Studio memulai.
Cuma mengantungi untung Rp.50 ribu, hanya cukup untuk membeli pulsa padahal butuh lebih dari itu. Alasan mereka membangun perusahaan memang sederhana. Hanya ingin tetap bermain game, tetapi juga menghasilkan masa depan sebagai perusahaan besar kelak.
"Penghasilan kami hanya USD5 atau Rp.50.000, yang hanya cukup untuk membeli pulsa," ia lagi menambahkan.
Modalnya padahal 100 juta berasal dari tabungan semua pendiri. Uang 90 juta habis hanya untuk sewa kantor dari uang seratus juta. Sisanya digunakan untuk membeli peralatan kantor. Di simpulan tahun 2009, mereka harus menghadapi permasalah keuangan, hingga menentukan lanjut atau berhenti.
Rapat besar tersebut tetapkan mereka lanjut. Dengan antusiasme yang belum turun dari ke 15 pendiri. Mereka yakin akan bertahan bermodal uang sangat minim. Ketika itu tengah booming model game berbasis platfrom web.
Berkat antusiasme dan kecintaan akan dunia game. Mereka bisa bertahan dari aneka kegagalan tersebut. Tahun 2012 menjadi jalan mereka bernafsu membuatkan game. Berbisnis game berbasis web memang tengah sangat "booming".
Bukan hanya sukses menjadi jawara platform web. Agate bisa bertahan mengikuti keadaan dengan segala perubahaan. Termasuk perubahan dalam platform mobile masa depan. Game berbasis kasual mereka ciptakan berbasis smartphone Android.
Sebut saja nama game Juragan Terminal, Clicker, dan kesemuanya bersifat adiktif. Mereka juga tidak berbisnis sendirian loh. Lewat kolaborasi dengan developer game Tahu Bulat. Mereka makin sukses merajai game khas Indonesia.
Total unduhan kala itu 500 ribuan unduhan. Hal terbaru ialah mereka membuat game untuk Pak Jokowi. Pasalnya mereka khawatir dengan isu- informasi negatif menerjang. Khususnya bagi sosok Jokowi yang lebih sering disasar.
Game Jokowi bisa menghasilkan 1 juta unduhan. Berlanjut kesuksesan itu, Agate membuat game Fantasia kelanjutan dari Football Saga 2. Tidak berhenti di game mobile mereka juga sudah membuatkan game Nintendo Switch dan Steam, yakni Valthirian Arc.
"Perjalanan kami memang tidak mudah, namun harapan kami untuk menjadi pengembang game besar menyerupai Square Enix dan juga Konami jauh lebih besar dan berpengaruh dibandingkan halangan yang ada dihadapan," kata Devon, mengatakan semangat pengusaha muda dan developer.
Agate mendapat perhatian dari dunia internasional. Para pecinta game memperhatikan bagaimana mereka membangun. Hasilnya pendanaan startup game Agate Studio membanggakan. Dari 15 orang karyawan menjadi 150 karyawan, bahkan bisa menggaji diatas UMR bahkan berlipat ganda.
Agate mempunyai 200 game dan 10 proyek khusus. Dari game yang awalnya berbentuk dokumen, kini, mereka menghasilkan game sesungguhnya. Hasilnya mereka berhasil tidak hanya mendapat modal. Tetapi kemenangan menjadi salah satu developer terbaik untuk bangsa Indonesia.
Sukses Agate memenangkan perlombaan butuh perjuangan. Bayangkan satu kampus mengirim 50 orang dari aneka macam jurusan. Salah satunya jurusan desain, dimana Devon dan kawan- mitra lantas menyodorkan game Twilight.
Uniknya mereka bukanya membuat game, malah mereka berlima belas kemudian mengirimkan berbentuk dokumen. Sudah niscaya mereka kalah lomba tersebut tetapi tetap semangat.
"Saat itu hanya dalam bentuk dokumen, yah pada alhasil kami kalah, ia melanjutkan.
Mereka tidak mengalah loh teman malah bersemangat. Lomba berikutnya yaitu Micrsoft, lomba yang didirikan dalam rangka platfrom baru. Microsoft mengadakan lomba bertajuk Build to Play pada 2008. Agate Studio hadir membuat game untuk konsol gres mereka XBox 360.
Game berjulukan PonPoron mereka serahkan mengikut perlombaan. Gamenya disukai pemakain dan timbul rasa lega. Akhirnya mereka bisa membuat sesuatu yang disenangi. Banyak peminat belum tentu menggaet kriteria juri dalam perlombaan.
Pada alhasil mereka kembali gagal memenangkan lomba. Gagal dua kali pengusaha muda itu dihentikan menyerah. Agate Studio kembali mengikuti lomba pada 2009 silam. Perlombaan yang bertema Imagine Cup, dan mereka tidak hanya membawa satu tetapi tiga game sekaligus.
Mereka ialah game Blank, Wish, dan Farewell Night. Mereka mendapat kembali apresiasi besar. Sayangnya, kembali mereka gagal memenangi perlombaan tersebut. Mereka tidak mengalah tetapi apa mau dikata mahasiswa harus bekerja.
Salah satu pendiri Agate diharuskan berhenti bermain- main. Dia diharuskan bekerja di perusahaan oleh orang tua. Daripada resah kenapa mereka tidak membuat perusahaan. Sepakat 15 orang yang kemudian disebut sebagai pendiri Agate Studio memulai.
Cuma mengantungi untung Rp.50 ribu, hanya cukup untuk membeli pulsa padahal butuh lebih dari itu. Alasan mereka membangun perusahaan memang sederhana. Hanya ingin tetap bermain game, tetapi juga menghasilkan masa depan sebagai perusahaan besar kelak.
"Penghasilan kami hanya USD5 atau Rp.50.000, yang hanya cukup untuk membeli pulsa," ia lagi menambahkan.
Modalnya padahal 100 juta berasal dari tabungan semua pendiri. Uang 90 juta habis hanya untuk sewa kantor dari uang seratus juta. Sisanya digunakan untuk membeli peralatan kantor. Di simpulan tahun 2009, mereka harus menghadapi permasalah keuangan, hingga menentukan lanjut atau berhenti.
Rapat besar tersebut tetapkan mereka lanjut. Dengan antusiasme yang belum turun dari ke 15 pendiri. Mereka yakin akan bertahan bermodal uang sangat minim. Ketika itu tengah booming model game berbasis platfrom web.
Pengusaha Game Agate Studio
Masih ingat saat orang login Facebook untuk game. Nah, Agate Studio menakar prospek berbisnis game platform Facebook. Lewat Football Game Saga, mereka mereguk untung hingga Rp.200 juta perbulan. Inilah titik awal Agate berdiri sesudah sekian usang dirundung kesusahan alasannya ialah modal.Berkat antusiasme dan kecintaan akan dunia game. Mereka bisa bertahan dari aneka kegagalan tersebut. Tahun 2012 menjadi jalan mereka bernafsu membuatkan game. Berbisnis game berbasis web memang tengah sangat "booming".
Bukan hanya sukses menjadi jawara platform web. Agate bisa bertahan mengikuti keadaan dengan segala perubahaan. Termasuk perubahan dalam platform mobile masa depan. Game berbasis kasual mereka ciptakan berbasis smartphone Android.
Sebut saja nama game Juragan Terminal, Clicker, dan kesemuanya bersifat adiktif. Mereka juga tidak berbisnis sendirian loh. Lewat kolaborasi dengan developer game Tahu Bulat. Mereka makin sukses merajai game khas Indonesia.
Total unduhan kala itu 500 ribuan unduhan. Hal terbaru ialah mereka membuat game untuk Pak Jokowi. Pasalnya mereka khawatir dengan isu- informasi negatif menerjang. Khususnya bagi sosok Jokowi yang lebih sering disasar.
Game Jokowi bisa menghasilkan 1 juta unduhan. Berlanjut kesuksesan itu, Agate membuat game Fantasia kelanjutan dari Football Saga 2. Tidak berhenti di game mobile mereka juga sudah membuatkan game Nintendo Switch dan Steam, yakni Valthirian Arc.
"Perjalanan kami memang tidak mudah, namun harapan kami untuk menjadi pengembang game besar menyerupai Square Enix dan juga Konami jauh lebih besar dan berpengaruh dibandingkan halangan yang ada dihadapan," kata Devon, mengatakan semangat pengusaha muda dan developer.
Agate mendapat perhatian dari dunia internasional. Para pecinta game memperhatikan bagaimana mereka membangun. Hasilnya pendanaan startup game Agate Studio membanggakan. Dari 15 orang karyawan menjadi 150 karyawan, bahkan bisa menggaji diatas UMR bahkan berlipat ganda.
Agate mempunyai 200 game dan 10 proyek khusus. Dari game yang awalnya berbentuk dokumen, kini, mereka menghasilkan game sesungguhnya. Hasilnya mereka berhasil tidak hanya mendapat modal. Tetapi kemenangan menjadi salah satu developer terbaik untuk bangsa Indonesia.
1 komentar:
DEWAPK^^ agen judi terpercaya, ayo segera bergabungan dengan kami
dicoba keberuntungan kalian bersama kami dengan memenangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi segera buka link kami ya :) :) :* :*
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih