Berbagi Cerita - Kisah Sukses

Asalamualaikum Wr, Wb. Hidup hanya sekali dan tidak akan berulang untuk ke duakalinya di bumi yang sama ini, Lalu apa tujuan hidup Kita? bagaimana kita menghadapinya untuk bisa mencapai cita-cita kita? dan jalan apa yang harus kita tempuh untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Disini saya mencari artikel-artikel tentang kisah orang-orang yang telah sukses meniti karirnya dibidanganya masing-masing. Semoga ini bisa menjadi Inspirasi untuk kita semua dalam menjalani hidup didunia ini. Walaupun terkadang banyak sekali rintangan yang kita hadapi tetapi hendaklah kita bersabar untuk menjalaninya agar hidup kita menjadi lebih baik dan dari hari-hari sebelumnya, (baca dan resapi kisah perjuanganya, kemudian lakukan yang terbaik dalam hidup anda)Salam kenal dari Saya
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri kisah-dua-orang-pegawai. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri kisah-dua-orang-pegawai. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Februari 2019

Kisah Sukses : Cerita Dua Orang Pegawai

Kisah ini saya kutip dari buku Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung. Bagi yang sudah pernah membaca sekedar hanya mengingatkan saja. Terutama para karyawan atau pegawai kiranya sanggup menarik manfaat dari dongeng ini. Judulnya aslinya ialah EQ di Tempat Kerja, sengaja saya ganti dengan Judul kisah dua orang pegawai biar gampang diingat saja. Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence=EQ) ini tidak khusus buat karyawan atau pegawai saja. EQ sanggup diterapkan di lingkungan mana saja alasannya ialah pada dasarnya ialah perihal hubunga antar manusia. Berikut kisahnya :

Dua orang pegawai, sebut saja Badrun dan Bahrun sama-sama bergabung sebagai pegawai gres di sebuah kantor. Tingkat kecerdasan yang mereka miliki (IQ) relatif sama.

Untuk meningkatkan kompetensi karyawan, kantor kawasan mereka bekerja memberi kepada karyawan untuk mengambil kuliah sore. Dalam hal ini, Badrun sepertinya lebih aktif, sedangkan Bahrun-karena kesibukannya-tidak mempunyai kesempatan serupa. Akan tetapi, pengetahuan Badrun yang semakin banyak ternyata tidak sebanding dengan caranya membawa diri di tengah lingkungan kerja.

Kerapkali ia sok bakir dan memotong pembicaraan orang tanpa mengenali dulu isi pembicaraan tsb. Tidak hanya itu, banyak keluhan yang muncul dari teman-temannya terhadap sikap Badrun. Hanya alasannya ialah problem sepele ia sering menawarkan raut muka tidak bersahabat, membanting telepon saat idenya tidak diterima, dsb.

Alhasil, Badrun semakin tidak disenangi oleh pelanggan maupun rekan-rekan pegawai. Sementara si Bahrun, yang notabene tidak memperoleh aksesori pengetahuan untuk menyebarkan diri ternyata mempunyai tingkah laris yang berbeda dalam membina relasi. Dia lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Baginya, teman-teman kerja dan atasan ialah orang yang harus didengarkan serta dilayani sungguh-sungguh. Bahkan, di hadapan rekan-rekan kerja dan pimpinannya ia memosisikan diri sebagai pelayan.

Bahrun tahu bagaimana membagi waktu yang proporsional antara kepentingan langsung dan kepentingan perusahaan. Ketika ia memegang dana anggaran belanja di kantor, ia bisa menciptakan pos tersendiri semoga tidak berbaur dengan uang pribadinya. Di tengah-tengah unit kerjanya ia ialah smart people – pegawai yang disenangi. Alhasil, dalam waktu yang tidak terlalu usang Bahrun telah dipromosikan menjadi salah satu pejabat dilingkungan perusahaannya, mendahului rekan seangkatannya, Badrun.

Ilustrasi di atas kiranya sanggup menawarkan bahwa Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence=EQ) Bahrun lebih menonjol dibandingkan Badrun. Dan tak sanggup dipungkiri bahwa kemampuan mengelola emosi terang merupakan hal yang mutlak diharapkan dalam membina korelasi antar sesama insan alasannya ialah evaluasi sikap dan sikap kita bukan dinilai oleh diri sendiri tetapi kita dinilai oleh orang lain.

Mengenai klarifikasi perihal EQ ini akan saya tulis pada postingan selanjutnya.


Sabtu, 16 Februari 2019

Kisah Sukses : Apakah Eq Atau Kecerdasan Emosi Itu?

Tulisan ini merupakan lanjutan dari postingan Kisah Dua Orang Pegawai yang telah saya tulis sebelumnya. Hanya merupakan klarifikasi saja perihal apa yang disebut kecerdasan Emosional dan bagaimana cara melatihnya sehingga kita bisa berinteraksi dengan lingkungan dan juga masyarakat yang beraneka ragam yang tentunya bertujuan menyebabkan kita insan yang tak hanya hanya pintar secara intelektual (IQ) tetapi cerdas secara emosi (EQ) dan sanggup mengelola EQ secara sempurna untuk hidup yang lebih baik. Kemampuan mengelola emosi inilah sebetulnya yang jarang kita perhatikan dan kita latih alasannya ialah sudah menjadi sifat dasar insan yang cenderung mengedepankan ego, sulit mendapatkan kritik tapi gampang jikalau mengkritisi orang lain.

Daniel Goleman (1999) menyampaikan bahwa EQ merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi secara tepat. EQ akan saling melengkapi dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) sebagaimana yang sudah kita kenal. Walaupun demikian, keduanya tidak selalu berjalan secara paralel. Tidak semua individu yang mempunyai IQ yang menonjol akan mempunyai EQ yang menonjol pula.

Selanjutnya, Goleman juga memberi istilah Kecakapan Emosi, sebagai hasil mencar ilmu yang didasarkan pada Kecerdasan Emosi. Kecakapan Emosi sendiri, menurutnya dibagi dalam dua hal: Kecakapan pribadi dan Kecakapan sosial. Kecakapan pribadi akan memilih bagaimana kita mengatur diri sendiri, dimana hal ini meliputi kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri (self regulation), dan motivasi (motivation). Sedangkan Kecakapan sosial sangat berperan ketika kita berafiliasi dengan orang lain, diantaranya meliputi tenggang rasa (emphaty) dan keterampilan sosial (social skill).
Seorang pegawai yang mempunyai kecakapan emosi yang menonjol akan memunculkan tingkah laris kerja yang “smart” (cerdas), terutama dalam berafiliasi dengan orang lain. Dia akan menyadari posisinya dikala ini serta bisa memimpin dirinya sendiri dalam menuntaskan pekerjaannya, sekalipun pimpinannya tidak ada di tempat. Cara beliau menjalin relasi, baik dalam hubungannya dengan pekerjaan maupun pertemanan, memperlihatkan cara pengelolaan diri (self management) yang proporsional.

Seorang pemimpin yang mempunyai kecakapan emosi proporsional akan bisa “membagi hidup” kepada pengikutnya sebagai model yang efektif untuk menggerakkan roda organisasi atau unit kerja. Kemampuannya memimpin diri sendiri secara tidak pribadi menjadi teladan yang efektif bagi pengikutnya untuk menemukan hikmah perihal bagaimana cara pemberdayaan diri yang optimal. Pemimpin yang mempunyai kecakapan emosi yang menonjol akan lebih banyak bekerja daripada sekadar memerintah atau sibuk dengan disposisi yang tidak terarah. Pemimpin yang ber-EQ optimal juga bisa mengendalikan diri dengan proporsional dan mementingkan kepentingan staf serta organisasinya.

Para hebat menemukan bahwa sistem teladan asuh ternyata banyak memperlihatkan bantuan bagi perkembangan kecerdasan emosi seseorang. Di samping itu, faktor kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi juga turut mempengaruhi EQ seseorang. Faktor lingkungan, dimana yang bersangkutan hidup dan berelasi, ternyata sangat memberi warna terhadap kecerdasan emosi seseorang.

Penilaian EQ tentu menjadi satu hal yang angker bagi seorang karyawan sehabis beliau menyadari bahwa EQ-nya tidak terlalu menonjol. Apalagi ketika tuntutan EQ menjadi fokus utama dalam pemberdayaan karyawan, baik dalam rangka jenjang karier maupun pengembangan pribadi. Namun, satu hal yang paling berbahaya ialah ketika seseorang tidak menyadari bahwa EQ-nya sangat dangkal dan gembira dengan gelar, pengetahuan, atau jabatan yang dimilikinya.

Oleh alasannya ialah itu, perlu beberapa langkah simpel untuk membangkitkan Kecerdasan Emosi menuju Kecakapan Emosi yang maksimal. EQ tidak ada yang permanen, dalam arti kata sanggup diubah (ditingkatkan). Inilah tekad untuk memulai langkah pertama, yakni mengenal kekuatan dan kelemahan diri terutama dalam berafiliasi dengan orang lain. Beberapa cara sanggup dilakukan, diantaranya dengan meminta feedback (umpan balik) dari orang lain-terutama rekan terdekat-tentang tingkah lakunya selama ini. Tingkah laris yang sudah proporsional dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan yang dirasa kurang dan tidak proporsional sebagai seorang karyawan atau pimpinan tentu harus diubah.

Selanjutnya ialah membiasakan diri berlatih, bertemu, dan berelasi dengan banyak orang dari banyak sekali latar belakang dan karakter. Kerapkali kita terjebak untuk membina kekerabatan dengan orang-orang yang sepaham, bebas konflik, dan alergi terhadap perbedaan pendapat. Padahal, semakin sering kita berelasi dengan orang lain, maka kita semakin terlatih untuk menyadari siapa diri kita ditengah-tengah lingkungan yang beraneka ragam tsb. Kemudian yang terakhir ialah dengan mencar ilmu memimpin diri sendiri sebelum kelak kita memimpin orang lain.


Minggu, 28 Juni 2015

Joko Setiyanto, Jungkir Balik di Bisnis Konstruksi

Tidak banyak orang yang berani untuk memutuskan memulai kembali kariernya dari nol dengan menjadi "petarung" setelah merasa nyaman dengan posisinya di kantor. Pasalnya dengan menjadi pegawai maka penghasilan tetap selalu mengalir setiap bulan. Tapi tidak dengan alumni yang satu ini.

Setelah berkarier cukup lama menjadi pegawai di sektor konstruksi, dia memutuskan untuk melepas segala kenyamanan sebagai pegawai dengan menjadi entreprenur. Dialah Y. Joko Setiyanto yang kini sukses memiliki perusahaan manajemen konstruksi papan atas yaitu PT Trimatra Jaya Persada.

“Saya sudah pernah menjadi pegawai di PP, Total Bangun Persada, dan PT Lippo Development. Tapi kalau menjadi pegawai terus, saya tidak bisa berkontribusi lebih besar untuk negeri ini,” katanya.

Untuk itulah, jebolan alumni Teknik Sipil Undip 1981, mengawali pengembaraan kariernya dengan mendirikan Totalindo di tahun 1995, sebuah perusahaan konstruksi baru yang digawangi oleh awak-awak dari Total Bangun Persada yang berjumlah 4 orang dan 1 orang dari Lippo Development. Mereka ini lantas meminjam modal usaha sebesar Rp 1 miliar untuk operasional dari seorang koleganya.

Memang, untuk memulai sesuatu itu, Joko mengakui harus bisa mengalahkan diri sendiri dulu. Jangan pernah pikirkan anggapan negatif yang selalu muncul di saat mulai berusaha sendiri. Sebab bila seseorang itu sudah menguasai bidangnya dengan baik maka tidak perlu ada keraguan dari dalam diri sendiri.

“Modal saya itu hanyalah market dan klien-klien besar yang sudah saya pahami dengan baik sehingga pada saat mendirikan perusahaan itu saya sudah punya beberapa klien besar dengan proyek-proyek besar. Jadi tidak usah pusing memikirkan modal usaha. Itu bisa dicari dengan meminjam teman bila tidak punya modal usaha cukup kuat,” katanya.

Analisis Joko itu pun terbukti. Secara perlahan, beberapa proyek dari para klien besarnnya itu berhasil didapatkan. Sebut saja beberapa proyek seperti Mall Taman Anggrek, dan Hotel Mulia Senayan, merupakan proyek yang pernah digarap. Tentunya masih banyak lagi proyek lain yang digarap di bawah bendera Totalindo.

“Sudah dari awal saya meyakini ini bisa dilakukan dan berhasil. Coba kalau cuma jadi pegawai. Susah untuk memperbaiki kehidupan karena gajinya cuma segitu-segitu saja,” tandasnya.

Di bawah bendera Totalindo inilah, Joko lantas membajak karyawan-karyawan potensial dari Lippo, PP dan Total Bangun Persada untuk bergabung. Hingga akhirnya manajemen di Totalindo menjadi kuat dan memberikan warna baru di sektor konstruksi.

Setelah cukup berhasil dengan mendirikan Totalindo, di tahun 1999 Joko kembali memutuskan untuk menjadi petarung. Padahal saat itu, kehidupannya sudah jauh lebih baik ketimbang masih menjadi pegawai. Alasan Joko keluar dari Totalindo, adalah karena di perusahaan yang didirikannya itu sudah mulai timbul perselisihan dan tidak kondusif lagi.

Maka di tahun 2000, dia kembali memutuskan untuk mendirikan perusahaan baru kembali bersama rekannya yaitu PT Trimatra Jaya Persada. Perusahaan itu bergerak di bidang manajemen konstruksi untuk gedung. “Beberapa proyek yang saya tangani seperti Gading Mediteranian Residences, Mediterania Garden Residences, Senayan City dan masih banyak proyek proyek lainnya."

Kehidupannya terus semakin membaik. Djoko tidak henti-hentinya melakukan terobosan dengan terus mencari proyek-proyek prestisius dari klien-klien besarnya tersebut. Hingga kini entah sudah berapa proyek yang sudah ditanganinya itu.

Di tahun 2003, lagi lagi Djoko menantang dirinya sendiri, untuk berkontribusi lebih besar lagi kepada negeri ini. Caranya adalah dengan masuk ke perusahaan daerah milik Pemda DKI. Dia pun mulai mengikuti tes masuk ke PD Pasar Jaya secara professional.

Akhirnya dia pun berhasil masuk ke dalam hingga masuk ke dalam jajaran direksi dengan posisi Direktur Operasional selama dua periode, dan sekarang menginjak tahun ke delapan. Sejak itulah dia semakin memahami bagaimana kondisi perusahaan di dalam, yang tentunya memerlukan banyak pembenahan.

“Untuk itu kami merasa perlu menata kembali perusahaan ini agar memiliki pondasi yang benar dan tidak keluar dari core bisnis intinya sebagai perusahaan
properti,“ katanya.

Gebrakan baru pun dilakukan. Di masanya itu pulalah, PD Pasar Jaya merampingkan para karyawannya yang berjumlah 4.000 orang menjadi 1.800 orang tanpa menimbulkan gejolak. Mereka berharap dengan perampingan ini terjadi efisiensi perusahaan dalam hal jumlah sumber daya manusia.

Tidak berhenti sampai disitu, jajaran direksi juga kembali menata dan melakukan peremajaan pasar pasar tradisional supaya kembali menjadi property yang bersih, nyaman dan aman seperti yang sudah dilakukan di Pasar
tanah Abang, Pasar Induk Kramajati, Pasar Blok M Square dan pasar-pasar lainnya.

Usaha pembenahan itu membuahkan hasil. Di tahun 2005, PD Pasar Jaya berhasil mendapat penghargaan dari BUMD Award dengan menjadi salah satu perusahaan terbaik di Indonesia. Dan dalam waktu dua tahun pulalah kondisi keuangan perusahaan terus membaik.

“Kita harus bisa bergerak lebih cepat daripada kompetitor. Bila tidak mampu bergerak lebih cepat maka bisa tertinggal lebih jauh,” katanya.

Bersamaan dengan itu, pada tahun 2006, Joko mendirikan ASPARINDO (Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia) sebuah wadah komunikasi para pengelola pasar tradisional di seluruh indonesia. Dan saat ini ASPARINDO menjadi mitra strategis pemerintah dalam pemberdayaan pasar tradisional khususnya di Kementerian Perdagangan RI, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Dalam Negeri.

Dan sebagai sumbangsih kepada
tanah kelahirannya di Ambarawa, Joko mendirikan Yayasan ”Ambarawa Heritage” yang merupakan wadah dalam pelestarian alam, cagar budaya, dan menggali potensi yang luar biasa untuk industri pariwisata ke depan. Dan saat ini sudah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Lantas apa yang menjadi prinsipnya dalam bekerja itu? Yang jelas dalam bekerja, dia lebih  memilih menjadi petarung. Jangan mengambil sikap sebagai safety player yang tidak berani membuat terobosan di dalam hidup. Karena bila memilih menjadi safety player maka tidak mampu berkompetisi.

“Saya selalu mempersiapkan hidup saya tidak menjadi safety player, karena kompetisi sangat keras sehingga menuntut kita untuk menjadi petarung guna menjadi terbaik di bidangnya,” katanya.

Jadi bila diminta untuk menakar sebesar apa kemampuan Joko untuk menghadapi kehidupan itu? Dia bilang, bila seseorang itu bisa menyanggupi 100 % maka Joko akan memberikan 300 %. Untuk itu, sebagai petarung, tidak segan-segan joko bekerja hingga subuh ketimbang orang lain yang hanya bekerja di waktu normal. (asm)





Sumber : ciputraentrepreneurship.com


******************************
Terimakasih Atas Kunjungan Anda
http://kisah-orangsukses.blogspot.com/search/label/Buku
Semoga Artikel Ini Bermanfaat
kisah-orangsukses.blogspot

Senin, 18 Maret 2019

Inilah Dongeng Orang Sukses Berwirausaha - Soedarpo Sastrosatomo

Kisah orang sukses berwirausaha ini ialah raja Kapal Indonesia. Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar PT Samudra Indonesia? Perusahaan yang bergerak yang bergerak di bidang perkapalan ini yaitu milik laki-laki berdarah Jawa. kesuksesannya dalam meniti karir di semua bidang cukup piawai ditekuninya. Mulai dari diplomat, pejuang, dan pengusaha. Ia pun memperoleh penghargaan Bintang Mahaputera pada tahun 1995 sebagai orang yang banyak menunjukkan sumbangan kepada pelayanan umum.

Kisah orang sukses berwirausaha ini dilahirkan ketika bangsa Belanda masih menjajah negara kita, tepatnya pada tanggal 30 Juni 1920. Pria yang dilahirkan di Pangkalan Susu, Sumatera Utara ini yaitu buah hati dari Mas Sadeli Sastrosatomo dengan Rd Ngt Sarminah. Anak ketujuh  dari sembilan bersaudara ini ternyata anak seorang guru. Sebelum menginjak Sumatera Utara, awalnya kedua orang renta dia tinggal di daerah Jatinom bersahabat Klaten, Jawa Tengah. Namun, ketika kedua orang tuanya hingga di daerah yang populer dengan pelabuhan minyak bumi ketika itu, kemudian mereka berganti baju dengan menekuni profesi sebagai pegawai perusahaan yang menangani penjualan dan penyaluran opium. Untuk lebih jelasnya kisah pengusaha sukses ini, marilah kita ikuti pemaparan kisahnya berikut ini

Soedarpo Sastrosatomo
Soedarpo Sastrosatomo

Jarum jam menandakan angka 10, ketika saya bertemu Mienarsih Soedarpo di sebuah rumah di tempat Pegangsaan Barat, Menteng, Jakarta Pusat, medio Juli, dua tahun silam. Perempuan usia 84 tahun itu berjalan pelan, diikuti sekretaris pribadinya. Buku setebal 400 halaman yang dipegang sekretarisnya, lantas diberikan kepada saya. Pada sampul, terpampang wajah laki-laki difoto dari arah samping. Judulnya ‘Bertumbuh Melawan Arus: Soedarpo Sastrosatomo, Suatu Biografi 1920-2001′, ditulis oleh wartawan senior Rosihan Anwar.

Mata Mienarsih berkaca-kaca, ketika berkisah wacana kematian Soedarpo Sastrosatomo pada 22 Oktober 2007. Sang suami meninggal di usia 84 tahun. “Memang bapak dari dulu tak pernah mementingkan diri sendiri, tetapi betul untuk mementingkan kepentingan republik. Dia ingin kita sanggup bangun dan arif mengelola sendiri, (menjadi) pribumi. Pada simpulan hidupnya, betul betul dia menginsyafi, bahwa (kemerdekaan) ini berkat dan anugerah tuhan. Saya kira gak ada itu (permintaan menerima gelar pahlawan). Dia punya prinsip, dia orang sederhana. Tak pernah minta apa-apa,” kenang Mienarsih.

Mienarsih bertemu Soedarpo setahun sesudah Proklamasi Kemerdekaan. Keduanya bekerja di Kementerian Penerangan dalam Kabinet Sjahrir. ”Kementrian penerangan waktu itu di Jalan Cilacap Jakarta . Tugasnya untuk membantu penerbitan majalah yang bahasa belandanya “Het Inzicht” atau pandangan ke dalam. Makara saya sebagai sekretaris yang dipimpin Asmaun. Untuk pertama kali saya berafiliasi dengan Sudarpo. Sebetulmya saya sudah mendengar Soedarpo dan Soedjatmoko ketika mereka menolak digunduli pada zaman Jepang ” terperinci Mienarsih.

Kesan Rosihan Anwar

Wartawan senior Rosihan Anwar yaitu salah satu karib Soedarpo. Saya berbincang dengan Rosihan di rumahnya yang asri di bilangan Menteng, di suatu petang. Wartawan tiga zaman itu berkenalan dengan Soedarpo semenjak sekolah di AMS atau Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta, sekitar simpulan 1930-an. Mereka makin sering bertemu ketika Sjahrir memimpin kabinet parlementer pada November 1945. Sebagai bab dari Kementerian Penerangan, Soedarpo banyak berurusan dengan wartawan asing. ”Dan dia bertugas mengurus wartawan koresponden luar negeri yang akan meliput di Indonesia. Kalau zaman kini dia sebagai public relations atau humas. Saya waktu itu bekerja sebagai wartawan surat kabar Merdeka. Saya orang kedua di Merdeka,” terperinci Rosihan.

Rosihan menilai duet Soedarpo dan Soedjatmoko di Kementerian Penerangan sangat pas. ”Soedjatmoko itu pemikir sedang Soedarpo itu penggagas lapangan. Sehingga muncul image yang baik wacana Indonesia di mata internasional.”
Buku biografi dan memoar yang mengupas profil Soedarpo Sastrosatomo dan Mien Soedarpo (Foto: MTBW)

Soedarpo dan Diplomasi Republik

Saat Republik masih seumur jagung, Soedarpo terlibat banyak sekali usaha diplomasi dalam dan luar negeri. Dia memang tidak terlibat pribadi di meja perundingan. Soedarpo lebih banyak ditugaskan Sjahrir sebagai kurir atau penyampai pesan politik kepada Soekarno-Hatta.

Peneliti sejarah M. Nursyam, menilai Soedarpo Sastrosatomo lebih banyak berjuang di balik layar meja perundingan. “Kalau kita mengukur secara hierarkis, kedudukan para diplomat, Soedarpo memang bukan di depan layar. Tapi dibalik layar. Kalau di depan itu kan Agus Salim, Sjahrir. Kalau diplomat Indonesia yang berperan di Amerika Serikat, ada LN Palar, kemudian Soemitro Djojohadikoesoemo, Soedjatmoko dan gres Soedarpo. Dia menghubungkan orang-orang, isu dll. Dalam beberapa kasus dia diminta bolak balik Jakarta-AS. Untuk mengkoordinasikan dan membawa isu yang penting dalam proses diplomasi, ”papar alumnus Sejarah UGM ini.

Dalam biografinya, Soedarpo kepada Rosihan Anwar bercerita wacana kiprahnya dalam Perundingan Linggarjati 1947. Ini yaitu sebuah negosiasi yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. “Di samping para menteri dalam kabinet Sjahrir yang ditunjuk sebagai delegasi resmi dalam negosiasi dengan pihak Belanda, Sjahrir sebagai Perdana Menteri acapkali menugasi beberapa orang yang bersahabat kepadanya dan kader kader pilihannya guna membantunya secara non formal. Saya ketika itu menjadi kurir politik yang menghubungkan Sjahrir di Jakarta dengan dwitunggal Soekarno-Hatta di Yogya. Semua pasal perjanjian yang sedang dibahas oleh kedua delegasi harus diketahui oleh dwitunggal, dikonsultasikan kepada mereka.”

Diplomat di Negeri Paman Sam

Dari meja negosiasi di tanah air, karir diplomasi Soedarpo berlanjut ke New York, Amerika Serikat. Menurut Rosihan Anwar pada 1948 bersama LN Palar, Soemitro dan Soedjatmoko, Soedarapo ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Dia ditunjuk sebagai atase pers.

Di negeri Paman Sam, Soedarpo dan Soemitro meminta proteksi pemerintah Amerika atas kedaulatan Indonesia. Sementara LN Palar dan Soedjatmoko mencari proteksi internasional melalui sidang umum Perserikatan Bangsa Bangsa. Agenda sidang membicarakan aksi militer Belanda kedua terhadap Indonesia. Aksi militer Belanda di wilayah Yogyakarta tersebut diklaim sebagai bentuk ketidakberdayaan Indonesia. Dalam sidang itu delegasi Indonesia ingin membuktikan klaim Belanda tak benar adanya. Ini dibuktikan lewat keberhasilan Tentara Nasional Indonesia menduduki Yogyakarta selama 6 jam.

PBB kemudian mengeluarkan Resolusi 28 Januari 1949 bagi Negara Serikat Indonesia dan Belanda. Salah satu isi resolusi, mengultimatum Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia paling lambat 1 Juli 1950. Atas kesepakatan Palar, Soemitro, Soedjatmoko, dan Soedarpo ditugaskan menemui Soekarno. Soedarpo yang dikenal sebagai kurir politik dipercaya sanggup memberikan isi resolusi PBB. Soekarno dan Hatta kala itu tengah ditahan Belanda di Pulau Bangka, Sumatera. Perjalanan Soedarpo menemui keduanya tak gampang karena Jakarta sudah dikuasai Belanda.

Mundur sebagai Diplomat

Selanjutnya lewat Perundingan Roem-Royen pada 1949, ibukota negara Republik Indonesia Indonesia kembali ke Yogyakarta dan Soekarno-Hatta dibebaskan dari pengasingan. Setelah persetujuan itu ditandatangaini, Soedarpo ditugaskan kembali ke Kedutaan Besar Indonesia Amerika Serikat. Kali ini Soedarpo menempati pos barunya di Washington dengan Dubes Ali Sastroamidjojo.

Namun ia tak usang bertugas . Menjelang 1950 Soedarpo mengajukan permohonan berhenti dari kiprah diplomatik. Soedarpo mengaku tak cocok bekerja sama dengan Ali Sastroamidjojo. Setelah meninggalkan dunia diplomat, Soedarpo Sastrosatomo terjun ke bisnis kapal, hingga menerima julukan Raja Kapal Indonesia. (Fik) (Sumber: http://sejarah.kompasiana.com)

Kisah orang sukses berwirausaha ini kini perusahaannya Samudera Indonesia Group telah berkibar kencang di dunia perbisnisan Indonesia. Sekarang Samudera Indonesia Group yaitu perusahaan transportasi terpadu yang mempunyai anak perusahaan yang bergerak di bidang operator kapal niaga baik regional maupun domestik, terminal operator, pergudangan, logistik, transportasi darat, keagenan dan sebagainya. Itulah Gambaran perjalanan sang pengusaha sekaligus diplomat. Ia berusaha gentar dalam menghadapi cobaan yang menerpanya. Hanya kesabaran dan kerja keraslah yang sanggup mendorong dirinya berhasil dalam meraih cita-cita. Ketekunan, ulet, pantang mengalah dan kepiawaiannya dalam menekuni bisnis merupakan perilaku yang terpancar dari seorang Soedarpo Sastrosatomo dalam meraih kesuksesan.

Jumat, 13 Mei 2016

Inilah Dongeng Orang Sukses Berwirausaha - Soedarpo Sastrosatomo

Kisah orang sukses berwirausaha ini ialah raja Kapal Indonesia. Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar PT Samudra Indonesia? Perusahaan yang bergerak yang bergerak di bidang perkapalan ini yaitu milik laki-laki berdarah Jawa. kesuksesannya dalam meniti karir di semua bidang cukup piawai ditekuninya. Mulai dari diplomat, pejuang, dan pengusaha. Ia pun memperoleh penghargaan Bintang Mahaputera pada tahun 1995 sebagai orang yang banyak menawarkan sumbangan kepada pelayanan umum.

Kisah orang sukses berwirausaha ini dilahirkan ketika bangsa Belanda masih menjajah negara kita, tepatnya pada tanggal 30 Juni 1920. Pria yang dilahirkan di Pangkalan Susu, Sumatera Utara ini yaitu buah hati dari Mas Sadeli Sastrosatomo dengan Rd Ngt Sarminah. Anak ketujuh  dari sembilan bersaudara ini ternyata anak seorang guru. Sebelum menginjak Sumatera Utara, awalnya kedua orang bau tanah dia tinggal di daerah Jatinom erat Klaten, Jawa Tengah. Namun, ketika kedua orang tuanya hingga di daerah yang populer dengan pelabuhan minyak bumi dikala itu, kemudian mereka berganti baju dengan menekuni profesi sebagai pegawai perusahaan yang menangani penjualan dan penyaluran opium. Untuk lebih jelasnya kisah pengusaha sukses ini, marilah kita ikuti pemaparan kisahnya berikut ini

Soedarpo Sastrosatomo
Soedarpo Sastrosatomo

Jarum jam membuktikan angka 10, ketika saya bertemu Mienarsih Soedarpo di sebuah rumah di tempat Pegangsaan Barat, Menteng, Jakarta Pusat, medio Juli, dua tahun silam. Perempuan usia 84 tahun itu berjalan pelan, diikuti sekretaris pribadinya. Buku setebal 400 halaman yang dipegang sekretarisnya, lantas diberikan kepada saya. Pada sampul, terpampang wajah laki-laki difoto dari arah samping. Judulnya ‘Bertumbuh Melawan Arus: Soedarpo Sastrosatomo, Suatu Biografi 1920-2001′, ditulis oleh wartawan senior Rosihan Anwar.

Mata Mienarsih berkaca-kaca, dikala berkisah ihwal ajal Soedarpo Sastrosatomo pada 22 Oktober 2007. Sang suami meninggal di usia 84 tahun. “Memang bapak dari dulu tak pernah mementingkan diri sendiri, tetapi betul untuk mementingkan kepentingan republik. Dia ingin kita sanggup bangun dan cendekia mengelola sendiri, (menjadi) pribumi. Pada simpulan hidupnya, betul betul dia menginsyafi, bahwa (kemerdekaan) ini berkat dan anugerah tuhan. Saya kira gak ada itu (permintaan menerima gelar pahlawan). Dia punya prinsip, dia orang sederhana. Tak pernah minta apa-apa,” kenang Mienarsih.

Mienarsih bertemu Soedarpo setahun sehabis Proklamasi Kemerdekaan. Keduanya bekerja di Kementerian Penerangan dalam Kabinet Sjahrir. ”Kementrian penerangan waktu itu di Jalan Cilacap Jakarta . Tugasnya untuk membantu penerbitan majalah yang bahasa belandanya “Het Inzicht” atau pandangan ke dalam. Kaprikornus saya sebagai sekretaris yang dipimpin Asmaun. Untuk pertama kali saya bekerjasama dengan Sudarpo. Sebetulmya saya sudah mendengar Soedarpo dan Soedjatmoko dikala mereka menolak digunduli pada zaman Jepang ” terang Mienarsih.

Kesan Rosihan Anwar

Wartawan senior Rosihan Anwar yaitu salah satu karib Soedarpo. Saya berbincang dengan Rosihan di rumahnya yang asri di bilangan Menteng, di suatu petang. Wartawan tiga zaman itu berkenalan dengan Soedarpo semenjak sekolah di AMS atau Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta, sekitar simpulan 1930-an. Mereka makin sering bertemu ketika Sjahrir memimpin kabinet parlementer pada November 1945. Sebagai bab dari Kementerian Penerangan, Soedarpo banyak berurusan dengan wartawan asing. ”Dan dia bertugas mengurus wartawan koresponden luar negeri yang akan meliput di Indonesia. Kalau zaman kini dia sebagai public relations atau humas. Saya waktu itu bekerja sebagai wartawan surat kabar Merdeka. Saya orang kedua di Merdeka,” terang Rosihan.

Rosihan menilai duet Soedarpo dan Soedjatmoko di Kementerian Penerangan sangat pas. ”Soedjatmoko itu pemikir sedang Soedarpo itu penggagas lapangan. Sehingga muncul image yang baik ihwal Indonesia di mata internasional.”
Buku biografi dan memoar yang mengupas profil Soedarpo Sastrosatomo dan Mien Soedarpo (Foto: MTBW)

Soedarpo dan Diplomasi Republik

Saat Republik masih seumur jagung, Soedarpo terlibat aneka macam usaha diplomasi dalam dan luar negeri. Dia memang tidak terlibat pribadi di meja perundingan. Soedarpo lebih banyak ditugaskan Sjahrir sebagai kurir atau penyampai pesan politik kepada Soekarno-Hatta.

Peneliti sejarah M. Nursyam, menilai Soedarpo Sastrosatomo lebih banyak berjuang di balik layar meja perundingan. “Kalau kita mengukur secara hierarkis, kedudukan para diplomat, Soedarpo memang bukan di depan layar. Tapi dibalik layar. Kalau di depan itu kan Agus Salim, Sjahrir. Kalau diplomat Indonesia yang berperan di Amerika Serikat, ada LN Palar, kemudian Soemitro Djojohadikoesoemo, Soedjatmoko dan gres Soedarpo. Dia menghubungkan orang-orang, isu dll. Dalam beberapa perkara dia diminta bolak balik Jakarta-AS. Untuk mengkoordinasikan dan membawa isu yang penting dalam proses diplomasi, ”papar alumnus Sejarah UGM ini.

Dalam biografinya, Soedarpo kepada Rosihan Anwar bercerita ihwal kiprahnya dalam Perundingan Linggarjati 1947. Ini yaitu sebuah negosiasi yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. “Di samping para menteri dalam kabinet Sjahrir yang ditunjuk sebagai delegasi resmi dalam negosiasi dengan pihak Belanda, Sjahrir sebagai Perdana Menteri acapkali menugasi beberapa orang yang erat kepadanya dan kader kader pilihannya guna membantunya secara non formal. Saya ketika itu menjadi kurir politik yang menghubungkan Sjahrir di Jakarta dengan dwitunggal Soekarno-Hatta di Yogya. Semua pasal perjanjian yang sedang dibahas oleh kedua delegasi harus diketahui oleh dwitunggal, dikonsultasikan kepada mereka.”

Diplomat di Negeri Paman Sam

Dari meja negosiasi di tanah air, karir diplomasi Soedarpo berlanjut ke New York, Amerika Serikat. Menurut Rosihan Anwar pada 1948 bersama LN Palar, Soemitro dan Soedjatmoko, Soedarapo ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Dia ditunjuk sebagai atase pers.

Di negeri Paman Sam, Soedarpo dan Soemitro meminta derma pemerintah Amerika atas kedaulatan Indonesia. Sementara LN Palar dan Soedjatmoko mencari derma internasional melalui sidang umum Perserikatan Bangsa Bangsa. Agenda sidang membicarakan aksi militer Belanda kedua terhadap Indonesia. Aksi militer Belanda di wilayah Yogyakarta tersebut diklaim sebagai bentuk ketidakberdayaan Indonesia. Dalam sidang itu delegasi Indonesia ingin membuktikan klaim Belanda tak benar adanya. Ini dibuktikan lewat keberhasilan Tentara Nasional Indonesia menduduki Yogyakarta selama 6 jam.

PBB kemudian mengeluarkan Resolusi 28 Januari 1949 bagi Negara Serikat Indonesia dan Belanda. Salah satu isi resolusi, mengultimatum Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia paling lambat 1 Juli 1950. Atas kesepakatan Palar, Soemitro, Soedjatmoko, dan Soedarpo ditugaskan menemui Soekarno. Soedarpo yang dikenal sebagai kurir politik dipercaya sanggup memberikan isi resolusi PBB. Soekarno dan Hatta kala itu tengah ditahan Belanda di Pulau Bangka, Sumatera. Perjalanan Soedarpo menemui keduanya tak gampang karena Jakarta sudah dikuasai Belanda.

Mundur sebagai Diplomat

Selanjutnya lewat Perundingan Roem-Royen pada 1949, ibukota negara Republik Indonesia Indonesia kembali ke Yogyakarta dan Soekarno-Hatta dibebaskan dari pengasingan. Setelah persetujuan itu ditandatangaini, Soedarpo ditugaskan kembali ke Kedutaan Besar Indonesia Amerika Serikat. Kali ini Soedarpo menempati pos barunya di Washington dengan Dubes Ali Sastroamidjojo.

Namun ia tak usang bertugas . Menjelang 1950 Soedarpo mengajukan permohonan berhenti dari kiprah diplomatik. Soedarpo mengaku tak cocok bekerja sama dengan Ali Sastroamidjojo. Setelah meninggalkan dunia diplomat, Soedarpo Sastrosatomo terjun ke bisnis kapal, hingga menerima julukan Raja Kapal Indonesia. (Fik) (Sumber: http://sejarah.kompasiana.com)

Kisah orang sukses berwirausaha ini kini perusahaannya Samudera Indonesia Group telah berkibar kencang di dunia perbisnisan Indonesia. Sekarang Samudera Indonesia Group yaitu perusahaan transportasi terpadu yang mempunyai anak perusahaan yang bergerak di bidang operator kapal niaga baik regional maupun domestik, terminal operator, pergudangan, logistik, transportasi darat, keagenan dan sebagainya. Itulah Gambaran perjalanan sang pengusaha sekaligus diplomat. Ia berusaha gentar dalam menghadapi cobaan yang menerpanya. Hanya kesabaran dan kerja keraslah yang sanggup mendorong dirinya berhasil dalam meraih cita-cita. Ketekunan, ulet, pantang mengalah dan kepiawaiannya dalam menekuni bisnis merupakan perilaku yang terpancar dari seorang Soedarpo Sastrosatomo dalam meraih kesuksesan.

Rabu, 03 Juli 2019

Kisah Sukses : Ukm Mantan Tki Punya Pabrik Roti Kickandy

 Profil Pengusaha Muda Mitar

 Berikut tips menjadi pengusaha muda UKM mantan TKI Kisah Sukses :  UKM Mantan TKI Punya Pabrik Roti KickAndy

Berikut tips menjadi pengusaha muda UKM mantan TKI. Inilah kisah cowok yang berbeda dari satu banyakan orang. Jika cowok lain selalu bertanya "mau kerja apa?"utamanya selepas lulus kuliah, begitu juga Mistar, cowok orisinil Langkat, Sumatra Utara. Pemuda kelahiran 25 Agustus 1977 ini.

Awalnya Mistar mau jadi pengusaha muda sukses. Itulah kiranya yang mendasari ia masuk ke jurusan Tata Niaga. Dan, menyerupai juga cowok lainnya, selepas kuliah ia justru terbentur kenyataan. Ia merasa bimbang sehabis menuntaskan kuliah D3 -nya di Akademi Maritim Belawan, Sumatra Utara.

Mau kerja apa?

Sekarang itulah yang ada dibenak Mistar. Dia kebingungan mencari kerja tapi enggan wirausaha. Terlebih dikala itu sudah bertahun- tahun Indonesia dilanda krisis ekonomi. Boro- boro bermimp jadi seorang pengusaha muda.

Yang ada ayahnya, Muhammad Sari, dan pakciknya, Suryadi, menjadi salah satu korban PHK besar- besaran dikala itu. Untung hasilnya ia bisa bekerja di sebuah pabrik roti di Tanjungpura. Sayang, nasib jelek menimpanya, toko roti kecil- kecilan itu tutup sebab krisis moneter.

Masalah Pengusaha Muda UKM


Tidak gampang menjadi pengusaha muda tanpa modal cukup. Akhirnya ia bekerja menjadi pegawai saja, alih- alih membuka wirausaha. Tetapi, sang pemilik toko roti yang kebetulan etnis TiongHoa, juga takut jadi korban ketika krisis moneter itu.

Disaat bekerja disana menjadi satu pengalaman tak terlupakan. Mistar mengaku di sanalah keinginan jadi pengusaha timbul lagi. Disisi lain sang ayah membuka toko kelontong sendiri di rumah sendiri. Satu toko kelontong kecilan di rumah yang berbatas kebun kelapa sawit PTPN II Tanjung Bringin.

Sementara itu paciknya bekerja serabutan sehabis di PHK. Nah, kini giliran mistar di PHK sebab krisis moneter. Menjadi pengangguran berbulan- bulan menciptakan Mistar galau. Dia mengaku sempat bekerja di satu pabrik elektronik di Tanjung Morawa.

"Tapi tidak lulus tes kesehatan," ungkap Mistar. 

Kecewa hati ia kembali ke rumah dan menjadi pengangguran. Menyandang status pengangguran kira- kira selama hampir setahun. Dia pun memutuskan mendapatkan kesempatan menjadi TKI.

Pada tahun1999 ia resmi mendaftarkan diri menjadi TKI. Sejak awal ia meyakinkan diri berangkat menjadi TKI untuk mengumpulkan modal. Ada satu perjuangan yang ingin dijalankannya di kampung halaman.

Sejak usang ia memang mendambakan membuka perjuangan sendiri. Menjadi TKI bukanlah tujuan utama Mistar. Keinginan menjadi wirausaha semakin menguat dalam diri Mistar. Hingga Mantan TKI ini berhasil membuka UKM sendiri sebuah pabrik roti.

"Banyak anggota keluarga kami yang tidak punya pekerjaan. Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi pegawai negeri sipil atau tentara, mempunyai perjuangan sendiri ialah keinginan saya," kata Mistar menjelaskan.

Seperti yang dikutip dari program Kick Andy UKM Mantan TKI. Mistar telah bekerja di sebuah pabrik tekstil di Negeri Sembilan, Malaysia. Dia menjelaskan bahwa gajinya (gaji pokok) 430 ringgit per- bulan. Tak berpuas diri dengan honor yang diterimanya, ia butuh banyak uang untuk modal usaha.

Mistar menentukan bekerja keras dengan kerja lembur. Melalui cara itulah ia bisa menerima sekitar 1000 ringgit per- bulan. Beda teman- temannya, ia tak terpikir untuk membeli tanah atau membangun rumah.

UKM Mantan TKI Punya Pabrik Roti


Menurut dirinya banyak teman- temannya sesama TKI menentukan memakai uang mereka membeli tanah atau membangun rumah. Namun, selepas habis masa kontrak mereka, mereka justru pulang ke Indonesia tanpa pekerjaan.

Alhasil mereka akan kembali ke Malaysia lagi mencari pekerjaan. Beda Mistar yang ingin punya perjuangan sendiri. Ia semakin termotifasi untuk berwirausaha. Rencana awal cuma mau bekerja dua tahun di Malaysia.

Tetapi uang modalnya tidak cukup untuk membuka bisnis besar. Jadinya Mistar tercatat tiga tahun bekerja di Malaysia. Mistar mengenang sekitar delapan bulan sebelum mudik Dia tercatat mengirim uang 20 juta kepada sang bapak.

Uang itu bersama pakcik digunakannya untuk membuka perjuangan roti berjulukan Family. Pilihan untuk menciptakan pabrik roti karena pakcinya pernah bekerja bersama dengannya di toko roti.

Tercatat semenjak 1970 -an, pakciknya telah bekerja dengan pengusaha pembuat roti keturunan TiongHoa. Dulu ia dan pakciknya memang pernah bekerja di toko roti. Dijelaskan pengalaman membeli materi baku roti di toko materi pokok Tanjung Pura yang bisa dihutang menjadi alasan lain.

"Minggu ini kami membeli materi untuk roti, satu ahad kemudian gres dibayar," jelasnya kepada Majalah TIM.

Nama Family sendiri dipilih bukan tanpa alasan. Karena memang yang bekerja disana rata- rata masih satu keluarga besarnya. Mulai dari pakcik, bapak, serta tiga adiknya kerja bahu- membahu. Ide bisnisnya yaitu menciptakan roti seharga Rp.500 per- buah untuk masyarakat kelas menengah- kebawah.

Dia bercerita bila tabungan tiga tahun kebanyakan habis untuk pabrik rotinya. Mulai dari membeli peralatan dapur, membangun pabrik berdinding anyaman bambu beralas semen, yang mana terletak di belakang rumah orang tuanya.

Ah, juga untuk membeli alat pembuat adonan, yang mana itu dipesan dari bengkel las kenalannya. Ongkos pembuatan alat ini saja menghabiskan sekitar Rp. 2,5 juta. Jika membeli di toko eksklusif jadi bisa seharga Rp.6 juta jelasnya.

Mistar juga membangun ruang penguapan kue. Ruang seluas 2x2 meter itu beratap rendah dan ditutupi korden. Uapnya itu berasal dari dua kompor yang terus mendidihkan panci berisi air. Dijelaskannya bahwa uap inilah yang menciptakan ruangan itu menjadi hangat.

Wirausaha Muda Mandiri Mantan TKI


Pelan- tapi niscaya perjuangan Family bakery mulai berkembang. Bahkan tak segan mereka mulai pinjam modal dari Bank. Dia menjelaskan meminjam Rp.50 juta dari Bank Sumut Syariah. Dia menerima pemberian 10 juta Lembaga Peningkatan dan Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat (LP2KM).

Ketika di tahun 2002, produksi dari Family membutuhkan 5- 6 karung terigu tiap harinya. Jumlah karyawan miliknya kala itu cuma 10 orang. Sekarang bila menciptakan roti bisa membutuhkan hingga 15 karung serta jumlah karyawan meningkat 70 orang.

Totalnya ada 25 orang dibidang produksi dan 25 orang lain di pecahan pemasaran. Bagian pemasaran membawa roti- rotinya ke ke sejumlah warung di Langkat, Binjai, Deli Serdang, hingga hingga ke Aceh Timur.

Sisanya 20 orang akan bekerja lepas membungkus roti. Perlu kau tau selain memproduksis sendiri. Family juga mendapatkan pemasaran tiga produsen roti kering di desanya. Salah satu perjuangan itu dijalankan sesama mantan TKI berjulukan Tina Melinda (32) yang telah mempunyai 26 keryawan.

Agar kualitas terjaga, setiap tiga bulan sekali ada petugas kesehatan mengecek kualitas pangan. Dia menjelaskan sangat terbantu adanya Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI). Ia menjelaskan sering mendapatkan dorongan dan pelatihan.

Hasilnya ia tak berpikir cuma bekerja di negeri orang tapi berpikir membuka perjuangan disini. Dia menjelaskan tubuh itu selalu rutin mengajak pertemuan. Ia pun tercatat sebagai salah satu mantan TKI terbaik. Pada 2006, Mistar resmi menyandang gelar itu melalui sebuah penghargaan.

Penghargaan yang langsu diberikan Erman Suparno, Menteri Tenaga Kerja dikala itu. Ia mantap untuk berkata sangatlah bahagia bekerja keras di kampung sendiri. Dia berkata diacara KickAndy tolong-menolong bekerja di negeri orang berarti ketinggalan di negeri sendiri.

Sebuah pernyataan tolong-menolong seorang TKI jangan melulu soal mencari uang. Mereka juga bisa membantu orang lain dan tumbuh dengan usahanya sendiri di negeri sendiri.

Minggu, 24 Februari 2019

Inilah Cerita Sukses Tahu Baxo Bu Pudji


Orang mungkin mengenal Tahu Baxo Bu Pudji sebagai buah tangan khas Ungaran, Kabupaten Semarang. Namun, dibalik kesuksesan bisnis makanan kecil ini, terdapat kisah jatuh bangkit seorang ibu rumah tangga berbisnis rumahan. Seperti apa kisahnya? Di sebuah ruas jalan utama menuju Semarang, tepatnya di Jalan Letjen Suprapto No. 24, Ungaran, Kabupaten Semarang, terdapat papan besar penunjuk arah ke lokasi toko buah tangan khas kawasan ini. Tahu Baxo Bu Pudji, demikian toko buah tangan itu dikenal. Setiap hari, pembeli mengantre demi mendapatkan tahu bakso bikinan Bu Pudji, si empunya toko.

Sesuai namanya, jualan utama toko itu ialah tahu goreng berisi campuran bakso. Tahunya terpotong rapi berbentuk persegi panjang dengan campuran bakso yang rapat di dalamnya. Nikmat dimakan hangat-hangat, apalagi dipadukan dengan cabe rawit hijau nan pedas. Aroma bawang yang menyengat menguar ketika digigit. Siapapun yang pernah mencicipi, niscaya ketagihan.  Sri Lestari  (54), begitulah nama orisinil Bu Pudji, ialah seorang ibu rumah tangga yang nekat berbisnis rumahan semenjak 1995. Tak disangka, ibu tiga anak ini sekarang justru menerima predikat usahawati sukses.  Bu Pudji mengaku, pengalaman jatuh dan bangkit membangun bisnis rumahan justru membuatnya selalu bersemangat membagikan ilmu kepada orang-orang yang ingin sukses ibarat dirinya. Lewat NOVA, Bu Pudji menyebarkan cerita.Setiap hari, Bu Pudji menciptakan ratusan tahu bakso istimewa. Di dua kedainya, tahu bakso bikinannya selalu lodes diborong pembeli.

Bisnis penganan ini bukanlah bisnis pertama yang diterjuni Bu Pudji. Sebelum sukses dengan tahu bakso, dirinya hanyalah ibu rumah tangga biasa, istri seorang pegawai negeri sipil. Untuk membantu pemasukan rumah tangga, Bu Pudji berdagang. “Saya pernah berjualan mi ayam, bakso, sembako, sampai pakaian pun pernah,” ungkapnya mengawali kisahnya. Dengan tiga orang anak yang harus didanai sekolahnya, Bu Pudji memang tak sanggup mengandalkan honor sang suami saja. Tak sekali dua kali Bu Pudji mengalami jatuh bangkit dalam membangun usaha. Namun, ia tak putus asa. “Mungkin dikala itu usahanya belum cocok, jadi tidak berhasil. Kalau sudah begitu, saya mencoba perjuangan yang lain,” ujarnya. 

Pengalaman berkali-kali jatuh bangkit dari perjuangan satu ke yang lain menciptakan Bu Pudji memetik satu pelajaran berharga bahwa jikalau perjuangan dimulai tanpa komitmen, maka tak akan berhasil. Berangkat dari situ, Bu Pudji pun membulatkan tekad. “Apapun yang terjadi, perjuangan ini harus selalu maju,” tuturnya.

Tahun 1995, keteguhan hatinya mulai berbuah manis. Ia menemukan sebuah perjuangan yang kemudian menciptakan namanya populer di Kabupaten Semarang. Dalam suatu acara, Bu Pudji menemukan penganan tahu isi bakso. Intuisi bisnisnya eksklusif menyala. “Saat itu, saya tetapkan mencoba memulai perjuangan tahu bakso. Kebetulan saya memang suka memasak,” 

Bermodalkan beberapa juta rupiah yang disisihkan dari honor suami untuk usaha, Bu Pudji memulai perjuangan dari rumah lamanya di Jalan Kepodang, Ungaran. Di rumah berukuran sedang yang didiaminya bersama suami dan ketiga anak itulah Bu Pudji mulai berproduksi makanan ringan berbahan baku bakso dan tahu. 

Karena belum ada peluang dan keuntungan, Bu Pudji mengerjakan sendiri semua proses pembuatan sampai penjualan. Tak terhitung lagi berapa kali dirinya menciptakan formula tahu bakso yang pas di lidah. Berkali-kali pula produknya dites ke pasar, sebelum balasannya menemukan resep yang paling pas. Rupanya, bentuk persegi panjang lebih disukai orang.

Hobi memasaknya, diakui Bu Pudji, menjadi motivasi yang paling besar. “Kalau melaksanakan sesuatu menurut kesenangan, memang lebih termotivasi,” lanjutnya. Sejak awal, tahu dan baksonya diproduksi sendiri. Demi menjaga kualitas dan rasa, Bu Pudji tak pernah menambahkan formalin atau materi pengawet lain ke dalam adonannya. “Kami sangat memperhatikan kualitas materi baku. Makara kualitasnya lebih terjamin,” terang Bu Pudji lagi.

Awalnya, tahu bakso buatannya dijual Bu Pudji berkeliling dari kantor ke kantor. Teman-teman PKK dan Dharma Wanita pun jadi sasaran pembeli potensialnya. Setidaknya tiga kalid alam seminggu Bu Pudji menjajakan tahu baksonya ke kantor-kantor pemerintahan. 

Lama-kelamaan, Bu Pudji membulatkan tekad untuk memproduksi tahu bakso setiap hari. Menurutnya, produksi yang berkelanjutan sangat penting sebagai langkah konkrit dalam membangun sebuah usaha. “Kalau kita memproduksi secara kontinyu setiap hari, kita juga akan tertantang untuk menjualnya lebih banyak lagi,” katanya.

Dalam sehari, Bu Pudji sanggup memproduksi 150 sampai 200 buah tahu bakso untuk dijual dengan harga Rp 200 per biji. Tak hanya ke kantor-kantor, ia juga menjual tahunya di perempatan kampung. Kesungguhannya membuahkan hasil. Hampir setiap hari tahu bakso Bu Pudji habis tak bersisa. “Kalaupun sedang sepi, hanya tersisa 10 biji saja,” ujarnya. Saat itu, alasannya ialah rumahnya terletak di Jalan Kepodang, tahunya populer dengan nama Tahu Kepodang. 

Tahun 1997, nasib baik menghampiri Bu Pudji. Melihat ketekunan usahanya, ASA-BRI mempercayakan komplemen modal sekitar Rp 5 juta kepadanya. “Uang ini saya belikan peralatan, gerobak dan handphone  untuk mendapatkan pesanan,” ungkap Bu Pudji.

Dengan uang itu juga, Bu Pudji kemudian menciptakan outlet di rumahnya. Salah satu alasannya, semoga lebih gampang menjaga kualitas barang dagangan. “Selama ini saya jual eksklusif di outlet saya sendiri, memang tidak jual di tempat lain. Saya ingin harga dan kualitasnya sama,” ungkapnya tegas.

Meski banyak anjuran untuk membantu menjualkan produknya, Bu Pudji tetap bergeming tak melepas begitu saja. Hingga kini, ada dua outlet Bu Pudji yang resmi dibuka, yakni di Jl. Letnan jendral Suprapto 24 Ungaran dan Jl. Raya Semarang - Bawen Km 24 Babadan. Di kedua outlet  ini, setiap hari tersaji tahu bakso yang masih fresh  dari tempat produksi di rumahnya, di Jalan Kutilang. Tahun 2002, Bu Pudji memang pindah dari Jalan Kepodang ke Jalan Kutilang.

Baik di outlet maupun tempat produksi, harga sekotak tahu bakso dipatok sama. Cukup merogoh kocek Rp 18 ribu saja untuk satu dus tahu bakso Bu Pudji, Anda sudah sanggup menikmati tahu bakso yang nikmat nan gurih. Ini yang menciptakan pelanggan puas dan setia dengan tahu bakso buatan Bu Pudji. 

Sumber : tabloidnova.com

Selasa, 19 Maret 2019

Inilah Dongeng Sukses Pengusaha Makanan - Puspo Wardoyo

Kisah sukses pengusaha kuliner Ayam bakar Wong Solo, Siapa yang tidak mengenal nama rumah makan yang satu ini. Restoran yang selalu mengubah penampilannya secara terencana ini bisa menyedot perhatian konsumen untuk berkunjung merasakan hidangan makan yang ada didalamnya. Rumah makan yang dibuka secara kecil-kecilan ini kini berubah menjadi menjadi salah satu rumah makan papan atas Indonesia. Buktinya telah berkibar Ayam Bakar Wong Solo puluhan gerai yang tersebar di kota-kota besar di nusantara. 

Ayam Bakar Wong Solo merupakan bisnis masakan yang mengantarkan banyak pengusaha sukses yang ada di Indonesia melalui kisah sukses perjalan Puspo Wardoyo sebagai pendirinya. Beliau sosok tokoh pengusaha yang pantang menyerah, pekerja keras dan selalu bersemangat dalam membuatkan usahanya. Memang banyak sekali tantangan dan kendala yang dihadapi ia hingga mencapai puncak kesuksesannya. Simak perjalanan panjang laki-laki ini meraih keberhasilannya.

 Siapa yang tidak mengenal nama rumah makan yang satu ini Inilah  Kisah Sukses Pengusaha Makanan - Puspo Wardoyo

Puspo Wardoyo


Puspo Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi sebesar kini ini dari titik paling bawah. Ia pernah menjajakan ayam bakar di kaki lima. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya penjaja ayam. Pagi hari, Puspo kecil membantu menyembelih ayam untuk dijual di pasar. Siang hingga malam, ia membantu orangtuanya menjajakan hidangan siap saji menyerupai ayam goreng, ayam bakar, dan hidangan ayam lainnya di warung milik orangtuanya di bersahabat kampus UNS Solo.

Impian itu sendiri terinpirasi oleh dongeng seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika laki-laki kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis perjuangan warung lesehan di Solo selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu dikala pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo.

Dia bercerita bahwa peluang perjuangan warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang bakso itu telah membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan higienis di simpulan tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000. Dari keuntungan berjualan bakso dengan gerobak sorong itulah sahabat Puspo ini bisa pulang menengok kampung halamannya di Solo setiap bulan. "Dengan uang, jarak antara Solo Medan lebih bersahabat dibanding Solo Semarang, " kata Puspoyo menirukan ucapan temannya tadi. Wajar saja bila dengan pesawat terbang waktu tempuh antara MedanSolo Berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sementara dengan naik bis jarak antara SoloSemarang ditempuh sekitar empat jam.

Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. "Saya bertekad bundar akan merantau ke Medan, " pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota sentra kebudayaan Jawa itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta. Mengapa Jakarta? "Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan, " katanya.


Ketika tengah merantau di ibu kota itu, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di sebuah perguruan tinggi berjulukan DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan citacitanya, ia berusaha mengumpulkan modal dengan kembali menjadi guru. Bedanya, kali ini ia tidak lagi menjadi pegawai negeri menyerupai sebelumnya ketika menjadi staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di Sekolah Menengan Atas Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang. "Target saya cuma dua tahun menjadi guru lagi," katanya.

Di sinilah anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Dua tahun menjadi guru ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400. 000. Dengan uang inilah keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi. Uang tabungan itu sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan.

Disini ia menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari. Suatu dikala pegawainya tertimpa masalah. Ia terlibat utang dengan rentenir. Puspo membantunya dengan cara meminjamkan uang. Sebagai ucapan terimakasih, sang pegawai membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo kemudian menuliskan profilnya. Judul artikel itu Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo. Artikel itu membawa rezeki bagi Puspo. Esok hari sehabis artikel dimuat, banyak orang berbondong-bondong mendatangi warungnya. Siapa sangka bila dari sebuah warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah perjuangan jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian untuk menaklukkan "jarak" Solo Medan lebih bersahabat dibanding Solo Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan itu saja, evaluasi atas prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati harapan yang ia tinggalkan sebelumnnya.

Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibarkibar sehabis berhasil menaklukkan Jakarta sehabis sebelumnva "mengapung" dari tempat pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggaktonggak bisnisnya di sentra kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan memasuki aneka macam kota besar di Indonesia.

Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman aneka macam kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak pengunjung, terutama di simpulan pekan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan kemarin, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung dikala berbuka puasa.

Skala perjuangan Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa kemudian yang dengan enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. "usaha saya memang belum kelas triliunan menyerupai para konglomerat yang kaya utang itu," paparnya. Kendati masih tergolong perjuangan menengah, namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia mempunyai pondasi besar lengan berkuasa untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpimimpinya, ayah sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang berlikaliku lengkap dengan segala tantangannya.

Ada masa ketika di waktuwaktu awal merintis perjuangan di Medan ia nyaris patah semangat garagara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan sebab jalanan licin sehabis hujan. "Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi". katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya perjuangan Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya semoga memberitahu ayahnya semoga mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. "Mertua saya bilang, kapan kau akan tobat," katanya menirukan ucapan sang mertua.

Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka bila perjuangan warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3x4 meter di bersahabat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya bisa menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.

Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di mempunyai lebih dari 16 cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta meskipun masih mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin bermacam-macam hingga 100 jenis. Sudah terbiasa bagi Wardoyo untuk menyisihkan 10 % dari manfaatnya untuk amal. Dia percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak beramal. Maka jangan heran bila Anda kebetulan mampir di salah satu rumah makannya menyaksikan karyawannya sedang berkerumun di dikala menjelang atau usai jam kerja. Mereka sedang melakukan ibadah “kultum” atau kuliah tujuh menit.

Promosi dari verbal ke verbal menciptakan warungnya makin terkenal. Terlebih ketika seorang wartawan tempat menciptakan goresan pena ihwal “Wong Solo”, makin ramai saja orang yang makan ke warungnya. Pernah suatu hari dia kewaalahan memenuhi pesanan pelanggan. Di dikala tiga ekor ayam jualannya habis, tiba pembeli lain yang bersedia menunggu asalkan Wardoyo mau mencari ayam kerikil ke pasar. Diapun memenuhi permintaan pelanggan tersebut dengan membeli tiga ekor ayam lagi. Namun tiba lagi pelanggan lain yang juga bersedia menunggu Wardoyo mencari ayam ke pasar. “Seharian itu, hingga larut malam saya pontang panting ke pasar untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus berdatangan,” kata Wardoyo mengenang.

Bersamaan dengan bertambahnya pelanggan, dua tahun kemudian Wardoyo memperluas warungnya hingga layak disebut rumah makan. Jiwa seni Wardoyo nampak tergurat pada bentuk bangunan dan penampilannya yang cenderung “nyleneh”. Dalam bentuk bangunan, misalnya, Wardoyo tak segansegan mengeluarkan uang cukup besar untuk membayar seorang arsitek guna mewujudkan imajinasinya terhadap suatu bentuk bangunan.

Perpaduan seni dan entrepreneurship Wardoyo juga tertuang dalam pendekatan terhadap konsumen. ”Saya berusaha menghafal namanama semua pelanggan saya. Sehingga sewaktu mereka tiba saya harus menyambut mereka dengan menyebut namanya,” papar Wardoyo. Inilah yang disebutnya sebagai “menjadikan pelanggan sebagai saudara”.

Seiring dengan berkembangnya “Wong Solo”, Puspo Wardoyo membuka kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menikmati nilai tambah Wong Solo melalui system waralaba. Untuk waralaba tersebut, Wardoyo telah menciptakan standarisasi dalam hal rasa dan gerai (outlet). Jika seseorang membeli waralaba “Wong Solo” di Jakarta, dipastikan sama rasa dan penataan gerainya dengan “Wong Solo” Medan atau di tempat lain.

Setelah sukses membesarkan “Wong Solo”, apa harapan Puspo Wardoyo selanjutnya ? Dengan sungguhsungguh dia menyahut,” Ingin terus bekerja keras, kaya raya, banyak istri, dan masuk surga.” (sumber: kerjasejahtera.blogspot.com)

Sekarang gerai Wong Solo telah berdiri hampir di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Keuletan Puspo Wardoyo dalam membesarkan warung makan ayam bakarnya menjadi idaman masyarakat memang tidak mudah. Ia harus merasakan terlebih dahulu aneka macam cobaan, rintangan, halangan, hingga masa-masa sulit yang mencekam. Bermodalkan kesabaran, kerja keras, pantang menyerah, dan dibumbui ketaqwaan dalam menjalankan perjuangan menurut syariat Islam, tak pelak ia bisa menorehkan prestasi yang gemilang, ialah ia menerima penghargaan Enterprise-50 sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Pesiden RI, Megawati Soekarnoputri. Teruslah berkarya Puspo Wardoyo. Itulah kisah sukses pengusaha kuliner yang menginspirasi dan patut kita teladan untuk pengembangan bisnis kita. Salam sukses selalu!

Rabu, 20 Maret 2019

Inilah Dongeng Positif Pengusaha Sukses - Mochtar Riady

Kisah faktual pengusaha sukses berikut ini yaitu seorang pria berjiwa ksatria dan penuh kegigihan bisa membawa nama dan perusahaannya berada di puncak perbisnisan tanah air. Apa lagi kalau bukan Group Lippo. Ketekunan dan keseriusan sang pendiri dalam membangun kerajaan bisnis Group Lippo sepertinya wajib dicontoh.

Anak seorang pedagang batik ini tidak gampang dalam meraih sukses. Ia harus melewati aneka macam halangan, rintangan dan kegetiran dalam merintis uasah. Tak jarang kehidupan kecilnya sering mengalami kesulitan. untuk lebih jelasnya marilah kita ikuti perjalanan dongeng faktual pengusaha sukses ini.

laki berjiwa ksatria dan penuh kegigihan bisa membawa nama dan perusahaannya berada di pu Inilah  Kisah Nyata Pengusaha Sukses - Mochtar Riady
Mochtar Riady

Mochtar Riady (Hanzi: 李文正, Hokkien: Li Moe Tie, pinyin: Li Wenzheng; lahir di Kota Malang, 12 Mei 1929; umur 83 tahun) yaitu seorang pengusaha Indonesia terkemuka, pendiri dan presiden komisaris dari Grup Lippo. Ia banyak dikenal orang sebagai seorang praktisi perbankan andal, serta salah seorang konglomerat keturunan Tionghoa-Indonesia telah yang berhasil menyebarkan grup bisnisnya sampai ke mancanegara.

Pada 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Mochtar Riady menduduki peringkat ke-38 dengan total kekayaan US$ 650 juta.

Kehidupan awal

Ayah Mochtar Riady yaitu seorang pedagang batik berjulukan Liapi (1808-1959), sedangkan ibunya berjulukan Sibelau (1989-1939). Kedua orangtuanya merantau dari Fujian dan tiba di Malang pada tahun 1918.

Pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda lantaran menentang pembentukan Negara Indonesia Timur dan sempat ditahan di penjara Lowokwaru, Malang. Ia kemudian di buang ke Cina, dan ia kemudian mengambil kuliah filosofi di Universitas Nanking. Mochtar Riady tinggal di Hongkong sampai tahun 1950, dan kemudian kembali lagi ke Indonesia. Pada tahun 1951 ia menikahi Suryawati Lidya, seorang perempuan asal Jember.

Perjalanan karier

Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketertarikan Mocthar Riady yang dilahirkan di Malang pada tanggal 12 mei 1929 ini disebabkan lantaran setiap hari ketika berangkat sekolah, ia selalu melewati sebuah gedung megah yang merupakan kantor dari Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank yang berpakaian perlente dan kelihatan sibuk. Mochtar Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun ayahnya tidak mendukung lantaran profesi bankir berdasarkan ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka ketika itu sangat miskin.


Oleh mertuanya, Mochtar Riady diserahi tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Mochtar Riady telah sanggup memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Cita-citanya yang sangat ingin menjadi seorang bankir membuatnya untuk tetapkan pergi ke Jakarta pada tahun 1954, walaupun ketika itu ia tidak mempunyai seorang kenalan pun di sana dan ditentang oleh keluarganya. Mochtar Riady berprinsip bahwa bila sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah lahan yang luas.

Untuk mencari relasi, Mochtar Riady bekerja di sebuah CV di jalan hayam wuruk selama enam bulan, kemudian ia bekerja pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil. Sampai ketika itu, Mochtar Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu mengutarakan keinginannya itu. Suatu ketika temannya mengabari ia bila ada sebuah bank yang lagi terkena kasus dan menawarinya untuk memperbaikinya, Mochtar Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut walau ketika itu ia tidak punya pengalaman sekalipun. Mochtar Riady berhasil meyakinkan Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut sehingga ia pun ditunjuk menjadi administrator di bank tersebut.

Di hari pertama sebagai direktur, Mochtar Riady sangat pusing melihat ''balance sheet'', ia tidak membaca dan memahaminya, namun Mochtar Riady akal-akalan mengerti di depan pegawai akunting. Sepanjang malam ia mencoba mencar ilmu dan memahami balance sheet tersebut, namun sia-sia, kemudian ia meminta tolong temannya yang bekerja di Standard Chartered Bank untuk mengajarinya, tetapi masih saja tidak mengerti.

Akhirnya, ia berterus terang terhadap para pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu saja mereka cukup terkejut mendengarnya. Permintaan Mochtar Riady pun untuk mulai bekerja dari awal disetujuinya, mulai dari penggalan kliring, cash, dan checking account. Selama sebulan penuh, Mochtar Riady mencar ilmu dan balasannya ia pun mengerti wacana proses pembukuan, dan sesudah membayar seorang guru privat, ia balasannya mengerti apakah itu akuntansi. Maka mulailah ia menjual kepercayaan, hanya dalam setahun Bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat.

Setelah cukup besar, pada tahun 1964, Mochtar Riady pindah ke Bank Buana, kemudian pada tahun 1971, ia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan adonan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.
Kunci Sukses

Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam menyebarkan sebuah bank, ia mempunyai filosofi tersendiri yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi mempunyai abjad yang baik, Lian yaitu kejujuran, sedangkan Dje yaitu mempunyai rasa malu. Visi dan pandangan Riady yang jauh ke depan sering kali menciptakan orang kagum, ia sanggup dengan cepat membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya.

Salah satu contohnya, ketika ia berhasil menyelamatkan Bank Buana tahun 1966. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis lantaran Indonesia berada pada masa perubahan ekonomi secara makro, ketika itu Riady sedang berkuliah malam di Universitas Indonesia, di situ ia dikenalkan dengan beberapa pakar ekonomi menyerupai Emil Salim, Ali Wardhana,dkk. Mochtar Riady segera sadar dan segera mengubah arah kebijakan Bank Buana.

Pertama, ia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %, padahal pada waktu itu semua bank beramai-ramai menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut, maka para nasabah yang mempunyai kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya.

Sedangkan para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat khususnya dalam hal jaminan, namun lantaran bunga yang ditawarkan Bank Buana sangat rendah dibanding yang lain maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk memperlihatkan jaminan. Dengan cara itu Bank Buana menjadi sehat, padahal pada waktu itu banyak klien dan bank yang bangkrut. Dengan otomatis, orang mengenal siapa Mochtar Riady.
Sejarah Jaringan Bisnis

Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 yaitu pendiri Grup Lippo, sebuah grup yang mempunyai lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di daerah Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai.

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang mempunyai nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.

Di BCA, Mochtar mendapat share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar gres keluar dari BCA pada tamat 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.

Bergabung dengan Hasyim Ning menciptakan ia bersemangat. Pada 1987, sesudah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal ini menciptakan kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing.

Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melaksanakan merger dengan Bank Umum Asia dan sejak ketika itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. Saat ini Group Lippo mempunyai lima cabang bisnis yakni :

#Jasa keuangan: perbankan, reksadana, asuransi, administrasi asset, sekuritas.

#Properti dan urban development: kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan daerah industri.

#Pembangunan infrastruktur menyerupai pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi.

#Bidang industri yang mencakup industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, watu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektonik menyerupai kulkas dan AC brand Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.

#Bidang industri yang mencakup industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, watu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektronik menyerupai kulkas dan AC brand Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.

Terkenal Dengan

Dia dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Chairman Group Lippo ini dikenal sebagai seorang praktisi perbankan yang handal. Bahkan patut digelari seorang filsuf bisnis jasa keuangan yang kaya inspirasi dan solusi mengatasi masalah. Seorang konglomerat yang visioner dan sarat dengan filosofi bisnis. Dia pantas menjadi panutan bagi para pengusaha dan pelaku pasar serta siapa saja yang ingin mencar ilmu dari pengalaman orang lain.

Dalam RUPS PT Bank Lippo Tbk (LippoBank), Jumat 4 Maret 2005, Mochtar Riady mengundurkan dari jabatan komisaris utama semoga bisnis keluarga tersebut menjelma entitas bisnis kelembagaan yang sepenuhnya berjalan atas tuntutan profesionalisme. Pengunduran ini menandai tidak adanya lagi keluarga Riady yang duduk jajaran pimpinan LippoBank.

Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929, setidaknya diakui kehandalannya sebagai filsuf bisnis Grup Lippo yang didirikannya. Di Grup Lippo ini, ia berhasil mengader James Tjahaya Riady (puteranya) dan Roy Edu Tirtadji menjadi filsuf bisnis handal juga. James dan Roy telah siap mendampingi dan melanjutkan visi bisnisnya. Mereka tampil sebagai filsuf dan pemikir sekaligus panglima yang menentukan arah bisnis semua perusahaan yang bernaung di bawah bendera Lippo, baik pada masa hening apalagi pada masa sulit.

Masih ingat, ketika Bank Lippo di goyang rumor kalah kliring pada November 1995? Mochtar, pemilik nama Tionghoa, Lie Mo Tie, ini bisa mengatasinya dengan cepat. Dia laksana panglima perang yang dengan cerdas dan cekatan memonitor setiap perkembangan lapangan detik demi detik, serta memperlihatkan instruksi-instruksi penting ke semua lini jajaran di bawahnya. Rumor kalah kliring itu pun dienyahkan dan bendera Bank Lippo pun makin berkibar.

Lippo Group

Grup Lippo, mempunyai lebih dari 50 anak perusahaan. Karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas grup ini, selain di Indonesia, juga merambah di daerah Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian dan Shanghai. Saat ini Grup Lippo paling tidak mempunyai 5 area bisnis utama.

Pertama, jasa keuangan yang mencakup perbankan, investasi, asuransi, sekuritas, administrasi aset dan reksadana. Jasa keuangan ini yaitu core bisnis Lippo. Dalam bisnis keuangan ini, Lippo cukup konservatif. Sehingga bank ini selamat dari guncangan krisis moneter, walaupun sempat digoyang gosip kalah kliring (1995) dan duduk kasus rekapitalisasi (1999). Perusahaan sekuritasnya, Lippo Securities, juga mempunyai reputasi yang cukup baik. Begitu pula di bidang investasi, yakni Lippo Investment Management, Lippo Finance dan Lippo Financial. Juga jasa asuransi dengan tiga perusahaan penting yaitu AIG Lippo (Lippo Insurance) dan Asuransi Lippo ( Lippo General Insurance).

Kedua, properti dan urban development. Bisnis yang mencakup pembangunan kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan daerah industri. Lippo tidak hanya membangun perumahan, tetapi suatu kota yang lengkap dengan aneka macam infrastruktur. Di tiga kota yang telah dibangun, yaitu Lippo Cikarang, Bekasi di timur Jakarta, Bukit Sentul, Bogor di selatan Jakarta, dan Lippo Karawaci, Tangerang di barat Jakarta, para penghuni bisa mengakses TV Cable sekaligus akomodasi internet.

Ketiga, pembangunan infrastruktur menyerupai pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi. Hampir semua bisnis ini dikonsentrasikan di luar negeri dan dikontrol oleh kantor pusat Grup Lippo yang berbasis di Hong Kong, dipimpin puteranya Stephen Riady. Aktivitas bisnisnya, antara lain, pembangunan jalan tol di Guang Zhou, pembangunan kota gres Tati City di Provinci Fujian, Gedung Perkantoran Plaza Lippo di Shanghai dan membangun daerah perumahan elit dan perkantoran di Hong Kong.

Keempat, bidang industri yang mencakup industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, watu bara dan gas bumi. Lippo Industries, memproduksi komponen elektonik menyerupai kulkas dan AC brand Mitsubishi, serta komponen otomotif memproduksi kabel persneling.

Kelima, bidang jasa-jasa yang mencakup teknologi informasi, bisnis ritel, rekreasi, hiburan, hotel, rumah sakit, dan pendidikan. Ada beberapa hal yang kontroversi yang dilakukan Mochtar dan James yang mendapat perhatian media massa. Pertama ketika ia membangun Rumah Sakit untuk kelas atas di Lippo Karawaci. Untuk itu, Mochtar berani menggandeng Gleneagles Hospital yang berbasis di Singapura. ”Dari pada orang-orang kaya kita pergi ke Singapura, kan lebih baik kita bawa saja Gleneagles ke Indonesia.” kata Mochtar ketika Rumah Sakit itu diluncurkan.

Selain Rumah Sakit, ia juga mendirikan Sekolah Pelita Harapan. Sekolah ini mendapat sorotan lantaran biayanya memakai dolar AS dan dinilai mahal untuk ketika itu. Tetapi para pendiri Lippo beranggapan bahwa pendidikan yang disediakan oleh Sekolah Pelita Harapan yaitu yang terbaik. Selain wajib berbahasa Inggris, mereka memperoleh komplemen pendidikan ekstra kurikuler menyerupai pelajaran musik, berkuda dan ilmu komputer. Guru-guru pun didatangkan dari Amerika.

Di bisnis ritel, ketika Grup Lippo mengumumkan tamat 1996 membeli lebih dari 50 persen saham Matahari Putra Prima, perusahaan ritel terbesar yang dimiliki Hari Darmawan, banyak orang terkejut. Namun itu merupakan taktik penting Lippo untuk masuk ke dunia bisnis ritel. Supermal raksasa telah dibangun dan Matahari merupakan salah satu penyewa terbesar. Selain Matahari, Wal Mart dan JC Penney juga turut memeriahkan Lippo Supermal yang mempunyai luas 210.000 meter persegi.

Sejarah Grup Lippo

Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang mempunyai nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.

Di BCA Mochtar mendapat share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar gres keluar dari BCA pada tamat 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp 5 triliun.

Bergabung dengan Hasyim Ning menciptakan ia bersemangat. Pada 1987, sesudah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp 257,73 miliar. Hal ini menciptakan kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melaksanakan merger dengan Bank Umum Asia dan sejak ketika itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo.
Cita-Cita jadi Bankir

Jalan berliku ditempuhnya untuk mencapai harapan menjadi seorang bankir. Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketika itu, anak dari pedagang batik, ini setiap hari berangkat sekolah selalu melewati gedung megah kantor Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank itu berpakaian rapih serta selalu sibuk. Sejak itu, ia berharap ketika sampaumur akan menjadi seorang bankir.

Belum cita-citanya terwujud, pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina. Lalu, di sana ia memakai kesempatan kuliah filosofi di University of Nanking. Tapi akhir perang, Riady terpaksa pergi ke Hongkong sampai tahun1950 dan kemudian kembali ke Indonesia.

Sekembali ke Indonesia, Riady masih sangat ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang bankir. Tapi ayahnya tidak mendukung. Karena berdasarkan ayahnya, profesi bankir hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka ketika itu sangat miskin.

Pada tahun 1951, ia menikahi gadis pilihannya asal jember. Kemudian, mertuanya memberinya tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Hanya dalam tempo tiga tahun, ia berhasil memajukan toko tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Namun, keinginan menjadi seorang banker membuatnya kurang betah mengurusi toko itu.

Pada tahun 1954, ia pun tetapkan pergi ke Jakarta walaupun ditentang oleh keluarganya. Dia berprinsip bahwa bila sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah lahan yang luas. Dia merasa yakin akan sanggup mewujudkan harapan menjadi bankir di kota metropolitan, kendati ketika itu tidak mempunyai seorang kenalan pun di Jakarta.

Mula-mula, ia bekerja di sebuah perusahaan komanditer di Jalan Hayam Wuruk selama enam bulan. Kesempatan itu ia gunakan untuk mulai membuka relasi. Kemudian ia bekerja pada seorang importer. Relasi pun mulai semakin banyak. Pada ketika bersamaan, ia pun bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil.

Dia belum juga bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang bankir. Saat itu, kepada para sahabat, ia selalu mengutarakan cita-citanya itu. Lalu suatu saat, salah seorang temannya mengabari bahwa ada sebuah bank, Bank Kemakmuran, yang lagi terkena masalah. Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Walau belum punya pengalaman sedikit pun, ia berhasil meyakinkan Andi Gappa, pemilik bank yang bermasalah itu, sehingga ia pun ditunjuk menjadi direktur.

Bayangkan, seorang yang belum berpengalaman sehari pun di bank atau sebagai akuntan, pribadi diangkat menjadi direktur. Pada hari pertama sebagai direktur, Riady sangat pusing melihat balance sheet. Dia tidak bisa membaca dan memahaminya. Tapi, ia akal-akalan mengerti di depan pegawai akunting. Lalu, sepanjang malam ia mencar ilmu untuk memahami balance sheet tersebut, namun sia sia. Kemudian, ia minta tolong kepada temannya yang bekerja di Standar Chartered Bank untuk mengajarinya. Tetapi ia masih belum mengerti.

Begitu resah hati dan pikirannya. Bagaimana pun kepura-puraan itu, cepat atau lambat, akan tertangkap berair juga. Akhirnya, ia berterus terang kepada para pegawainya dan Andi Gappa, si pemilik bank. Tentu saja mereka sangat terkejut mendengar akreditasi itu. Riady pun meminta diberi kesempatan mulai bekerja dari dasar. Andi Gappa menyetujuinya. Riady bekerja mulai dari penggalan kliring, cash dan checking account.

Dia memakai kesempatan itu bekerja sambil mencar ilmu dengan baik. Hanya dalam satu bulan, ia pun mengerti wacana proses pembukuan. Dia pun membayar seorang guru privat, yang mengajarinya akuntansi.

Setelah itu, ia pun memperlihatkan kelebihan sebagai seorang bankir. Hanya dalam setahun, Bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat. Setelah bank itu tumbuh dengan sehat, pada tahun 1964, Riady pindah ke Bank Buana, di sini ia juga mengukir aneka macam kaeberhasilan. Ketika itu (1966), ia berhasil menyelamatkan Bank Buana dari kesulitan. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis akhir perubahan ekonomi secara makro.

Dia mengambil langkah jitu untuk menyelamatkan Ban Buana dari akrisis itu. Dia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %. Padahal pada waktu itu semua bank beramai-ramai menenaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut, maka para nasabah yang mempunyai kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya. Di sisi lain, banyak usahawan (debitur) yang ingin meminjam kendati diberi syarat ketat terutama dalam hal jaminan. Dengan cara itu, Bank Buana menjadi sehat. Sementara, ketika itu ada beberapa bank yang bangkrut.

Nama Mochtar Riady pun mencuat, sebagai bankir bertangan dingin. Kemudian tahun 1971, ia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan adonan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya dan Bank Industri Dagang Indonesia. Lalu tahun 1975, ia meninggalkan Bank Panin dan bergabung dengan BCA, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Di BCA, ia mendapat saham sebesar 17,5 persen dan menjadi seorang penentu kebijakan. Ketika Mochtar bergabung aset BACA hanya Rp 12,8 miliar. Saat ia keluar dari BCA pada tamat 1990 aset bank tersebut sudah di atas Rp 5 triliun.

Pada setiap bank, sentuhan tangan Riady hampir selalu berbuah sukses. Dia mengaku mempunyai filosofi tersendiri yang disebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi mempunyai abjad yang baik, Lian kejujuran dan Dje mempunyai rasa malu. Selain itu, visi dan pandangannya yang jauh ke depan ketangkasannya membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya, telah menciptakan namanya semakin disegani kalangan perbankan.

Sementara, untuk memperdalam dan mempertajam pengalamannya, ia pun menyempatkan diri kuliah malam di Universitas Indonesia (UI). Di situ pula ia berkenalan dengan beberapa pakar ekonomi menyerupai Emil Salim, Ali Wardhana dan lain-lain.

Tantangan Globalisasi

Sebagai seorang chairman yang memimpin puluhan CEO harus diakui bahwa Mochtar Riady mempunyai visi yang jauh ke depan. Pengetahuannya yang luas dan pengalamannya telah menciptakan Grup Lippo selamat melewati angin ribut dan guncangan krisis ekonomi berkepanjangan. Pada pertengahan 1995 ia pernah berkata, bahwa dunia sedang mengalami perubahan yang sangat cepat.

”Apabila kita berbicara wacana globalisasi kita sebetulnya didorong ke suatu era yang lebih jauh lagi, yaitu era era globalisasi ditambah liberalisasi tanpa batas negara. Semua itu terjadi lantaran dua faktor, yaitu revolusi teknologi informasi dan revolusi mata uang,” kata Mochtar.

Menurutnya, sejarah insan sudah mengalami beberapa kali perubahan cara hidup lantaran penemuan-penemuan di bidang energi dan teknologi. Pada era 50-an, khususnya di Amerika Serikat terjadi perubahan gaya hidup, yakni masyarakat industri menjelma masyarakat informasi. Akibat dari perubahan itu Amerika harus memindahkan labour intensive industry-nya ke negara-negara lain menyerupai Jerman Barat dan Jepang.

Tak usang Jepang pun mengalami hal yang sama sehingga harus memindahkan industrinya ke Hong Kong, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan. Dan ketika negara-negara tersebut menjadi macan Asia, mereka pun mengalami perubahan structural dalam masyarakatnya sehingga perlu memindahkan industrinya ke RRC dan negara-negara ASEAN.

Perpindahan industri ini menjadikan investasi silang antarbangsa dan menjadikan pula apa yang disebut dengan Asia-Euro-Dolar. Inilah era globalisasi. Dengan era globalisasi sedemikian ini timbul suatu ketergantungan antar suatu negara dengan negara lain. Kondisi tersebut meningkatkan korelasi perekonomian dan perdagangan sehingga diperlukan peraturan permainan ekonomi internasional.

Menurut catatan Mochtar, ada tiga perjanjian penting yang muncul pada 1994, yaitu GATT, WTO, dan APEC. Kalau ketiga organisasi internasional ini dihubungakan dengan organisasi lain menyerupai World Bank, IMF, ADB, Uni Eropa, AFTA, dan NAFTA, maka akan semakin terperinci kalau organisasi-organisasi international ini semakin berperan penting menggantikan peranan pemerintah individu di dunia. Di sinilah dunia akan memasuki era globalisasi tanpa batas negara (borderless).

Sementara itu pada ketika yang bersamaan dunia sedang menyaksikan terjadinya revolusi mata uang. Sebagai contoh, setiap hari terjadi transaksi foreign exchange (forex) lebih dari US$800 miliar, tetapi hanya sekitar US$10 miliar yang mempunyai kaitan dengan fungsi alat pembayaran. Sisanya, 90,85 persen tidak ada hubungannya dengan fungsi alat pembayaran, tetapi berafiliasi dengan barang dagangan. Kalau sudah menjadi barang dagangan tentu timbul pasar derivatif.

”Derivatif itu sifatnya spekulatif, sementara spekulatif itu yaitu perjudian (gambling). Dengan demikian timbullah suatu kasino yang besar dan berpengaruh di dunia. Sadar atau tidak sadar, bahagia atau tidak senang, siap atau tidak siap, kita sudah terlibat di dalam perjudian setiap hari,” kata Mochtar yang pernah menjadi Chairman Asian Banker Association pada 1992. Selanjutnya menurutnya, jumlah transaksi yang begitu besar, sekalipun lima negara maju menggabungkan forex reserve-nya tidak akan sanggup mengalahkan jumlah transaksi forex dalam sehari. Ini berarti tidak ada satu negara di dunia ini yang bisa memperlihatkan counter exchange terhadap spekulasi.

Dua revolusi, revolusi teknologi yang dicerminkan dengan sistem super highway dan revolusi keuangan yang begitu cepat mutasinya membawa insan kepada situasi yang serba cepat, serba berubah, serba tidak mantap, dan serba tidak pasti. ”Oleh lantaran itu, suatu bangsa atau suatu perusahaan harus memperlihatkan reaksi yang cepat, kalau tidak bangsa atau perusahaan itu akan menghadapi kasus dan tekanan,” tegasnya.

BUMN Harus Lebih Berperan
Menurut Mochtar, yang mempunyai enam putra dan putri, untuk bisa bersaing di era globalisasi pemerintah harus semakin meningkatkan produktivitas BUMN.

Dikatakan, BUMN masih menguasai lebih dari 50 persen perekonomian nasional dan secara tidak sadar menikmati oligopoli dan monopoli. Tidak ada jalan lain selain menciptakan BUMN menjadi perusahaan yang efisien, menguntungkan, dan kalau perlu bisa segera go public. Sebagai perbandingan, berdasarkan Mochtar, di RRC lebih dari 50 BUMNtelah masuk ke pasar modal. Bagaimana dengan Indonesia?

Sekarang kita berada pada masa yang mementingkan perbandingan teknologi dan mutu manusia. Itulah sebabnya ia sangat memperhatikan mutu pendidikan di Indonesia. Mendirikan Sekolah Pelita Harapan dan Universitas Harapan yaitu penggalan dari kepeduliannya terhadap dunia pendidikan nasional. Belum usang ini ia pun ditunjuk menjadi Wali Amanah Universitas Indonesia.

Mochtar yang pernah mengenyam pendidikan di The Eastern College, Chung Yang University, Nanking, RRC ini mempunyai obsesi semoga insan Indonesia mempunyai kualitas yang setara dengan masyarakat maju lain sampai siap memasuki era globalisasi.

Mochtar Riady, yang bahagia membaca buku Peter Drucker dan Prof Freeman memperoleh gelar Doctor of Laws dari Golden Gate University, San Francisco, Amerika Serikat dan pernah menjadi pembicara tamu di Universitas Harvard pada pertengahan 1984. Pada ketika senggang, salah seorang filsuf Grup Lippo ini lebih bahagia melaksanakan perjalanan ke sejumlah proyeknya.

Apa arti globalisasi buat Lippo? Menurutnya, perusahaan dan para eksekutifnya harus lebih cepat lagi mengantisipasi perubahan yang sangat cepat ini. Itulah sebabnya ia sangat hati-hati menentukan orang-orang yang akan menduduki posisi Chief Executive Officer-nya. (sumber: wikipedia.org)

Itulah perjalanan dongeng faktual pengusaha sukses Mochtar Riady. Keinginannya berpengaruh untuk menjadi seorang bankir sudah terlaksana. Walaupun ia harus melewati masa-masa sulit, tetapi lantaran sebuah harapan besar, segera ia mengatasinya dengan cepat dan penuh ketekunan. Beliau merupakan sosok yang tidak gampang frustasi dan pantang mengalah dalam menekuni usaha. Karakter menyerupai inilah yang cocok untuk ditiru dan diterapkan dalam menggeluti bisnis yang sudah memasuki super hiper-kompetitif kini ini. Semoga bisa menambah wawasan para pembaca, salam sukses selalu!

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini