Senin, 13 Mei 2019

Inilah Charles Goodyear (Pendiri Perusahaan Goodyear)

Charles Goodyear yaitu seorang warganegara Amerika kelahiran Philadelphia yang telah berhasil mengolah getah karet menjadi benda yang amat penting bagi setiap kendaraan. Pengendara sepeda, pengemudi becak, pemilik kendaraan beroda empat atau pilot pesawat terbang sudah selayaknya mengucapkan terimakasih atas jasa-jasanya yang amat besar. Ia mengolah kami dari kepingan-kepingan karet hingga menjadi benda yang amat berguna. Begini kisah Kami getah karet:

Sekitar tahun 1830 perindustrian karet di Amerika menarik perhatian rakyat. Dapatlah dikatakan, di kala itu rakyat Amerika sedang demam karet. Tiap orang terpesona oleh getah yang keluar dari tubuh kami. Tetapi tak terduga-duga sedikitpun, kami dicemoohkan. Apa sebabnya? Ketika itu barang-barang yang dibentuk dari karet menjadi amat keras di ekspresi dominan salju dan menjadi lengket jika ekspresi dominan pabas. Rakyat Amerika marah, seolah-olah mereka ditipu oleh pabrik karet yang berjulukan Roxbury India Rubber Co. Tiap hari berpuluh-puluh macam barang yang dibentuk dari karet dikembalikan ke pabrik itu. Caci maki yang menodai nama pabrik berkumandang setiap hari.

Pada suatu hari sang Direktur menilik keadaan pabriknya. Setengah frustasi ia memerintahkan biar sejumlah besar karet yang telah lengket dan berharga tak kurang dari dua puluh ribu dollar itu dipendam dalam lubang raksasa. Di kala itu rata-rata pabrik-pabrik karet hanya sanggup bertahan hidupnya tak lebih dari 5 tahun. Suatu kerugian besar bagi penanam-penanam modal.

Di kala rakyat sudah tak mau lagi mempedulikan barang-barang yang dibentuk dari karet, muncullah seorang pedagang besi yang sudah bangkrut, yaitu Charles Goodyear. Hatinya tertarik juga akan keajaiban getah kami. Dan rupanya ia ingin mengadu nasibnya menciptakan sendiri barang-barang dari karet.

Pertama-tama ia menciptakan pentil. Sayang sekali usahanya yang pertama ini gagal lantaran tak laku. Terpaksa ia harus pulang ke kota kelahirannya, Philadelphia. Namun semangat usahanya walaupun hasil usahanya sendiri tak laku, tak kunjung padam. Ia hanya heran mengapa orang-orang tak mau membeli pentilnya, padahal benda itu banyak gunanya.

Nasib si Charles betul-betul sedang sial. Menjadi pedagang besi bangkrut, berdagang karet tak laris dan di daerah kelahirannya pun ia mengalami nasib lebih jelek lagi. Ia ditangkap dan dipenjarakan lantaran tak bisa lagi melunasi hutang-hutangnya. Setelah beberapa hari mendekam dalam sel penjara ia minta kepada istrinya biar dikirimkan beberapa bungkal karet mentah. Ia bertekad selama berada di dalam penjara akan mengadakan percobaan-percobaan dengan karet mentah itu. Setelah mendapatkan sebungkal karet yang masih mentah sama sekali, ia mulai mengadakan percobaan. Berjam-jam ia duduk di kursi kecil sambil meremas-remas bungkalan karet. Dalam pikirannya muncul suatu pertanyaan yang membesarkan hatinya. Jika sifat karet ini rekat mengapa tidak bisa diberi gabungan serbuk untuk menghisap kerekatan itu? Di ketika itu juga ia teringat akan serbuk magnesia yang amat halus menyerupai bedak. Ia terus mengadakan percobaan sambil menunggu waktu dibebaskan dari penjara.

Setelah keluar dari penjara ia mencoba mempraktekkan hasil penemuannya. Dengan sumbangan bekas sobat sekolahnya, istrinya dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil ia menciptakan beberapa pasang sepatu karet. Usahanya mulai kelihatan hasilnya. Tetapi kegembiraannya cepat sekali berganti dengan kesedihan. Sebab, sebelum sepatunya sanggup dijual, datang ekspresi dominan panas. Semua sepatu berubah lagi bentuknya menjadi bungkalan karet yang amat lengket.

Temannya, istri dan anak-anaknya bingung. Tetapi Charles Goodyear damai saja menghadapi kejadian yang aneh itu. Sekarang ia akan mencampurkan dalam karet yang meleleh itu dua macam zat pengering, yaitu serbuk magnesia dan kapur sirih. Setelah adonan tercampur benar-benar, kemudian dimasak hingga mendidih. Apa hasilnya? Karet itu tak meleleh lagi walau hari amat panas. Beberapa hari kemudian hasil percobaannya itu diberi banyak sekali warna yang menarik. Pada suatu hari ia kan mengadakan sati percobaan lagi. Karena kehabisan bahan, terpaksa ia mengambil benda pola yang lama. Untuk menghilangkan warna perunggu, ia mencoba membubuhi asam sendawa. Di luar dugaannya sama sekali, warna itu tidak hilang, malah menjadi hitam pekat. Tanpa dipikir panjang lagi sebungkal karet hitam itu dibuang ke keranjang sampah. Tiga hari kemudian ia teringat lagi dengan benda hitam yang dibuangnya ke keranjang sampah. Ia berpikir sejenak sehabis ia ingat dan sadari bungkalan karet yang dicampur dengan asam sendawa itu sifatnya bermetamorfosis lebih halus. Akhirnya benda yang telah dibuang itu dicari lagi. Benar juga apa yang dipikirkannya. Bungkalan karet itu menjadi lebih halus dan kering menyerupai kain. Mulailah terbuka pikirannya, bahwa karet betul-betul sanggup dijadikan banyak sekali barang yang amat berkhasiat bagi manusia. Sekarang ia ingin mempraktekkan hasil percobaannya dengan sungguh-sungguh. Ia ingin membuktikan, bahwa karet sanggup dimanfaatkan menjadi barang-barang yang berharga.

Baru saja seorang pengusaha di New York berjanji akan menunjukkan sumbangan uang untuk usahanya, pada tahun 1873 Amerika dilanda krisis keuangan. Hancurlah semua perjuangan dan angan-angannya. Dengan perasaan kecewa, karenanya pindahlah, keluarga Goodyear ke pabrik karet yang sudah kosong di Staten Island. Di sana ia hidup dari menangkap ikan. Tentu saja penghasilan yang diperolehnya tidak mencukupi untuk makan sekeluarga. Lima tahun lamanya keluarga Goodyear hidup melarat. Karena merasa kasihan, beberapa orang petani di Woburn menunjukkan sumbangan susu dan kentang kepada anak-anaknya, walaupun kentang itu belum bau tanah benar. Tanpa sumbangan mereka, tidaklah tidak mungkin belum dewasa Goodyear akan lebih menderita lagi.

Setelah melewati masa-masa yang suram, di ekspresi dominan salju pada tahun 1839 terjadi suatu kejadian yang tidak terduga-duga. Goodyear mulai mengadakan percobaan dengan karet. Dan kali ini sebagai materi gabungan dipergunakannya welirang dan hasilnya mengagumkan sekali. Dalam bulan Februari 1839 ia menunjukkan kepada pemilik sebuah toko di Woburn rumus karet dan belerangnya. Apa hasilnya? Pemilik toko itu hanya mentertawakan dan mengejek saja. Goodyear yang selalu damai rupanya tak sanggup menahan kesabarannya lagi lantaran selalu diejek. Sambil menggenggam sebungkal karet dilampiaskanlah amarahnya. Apa yang terjadi kemudian? Karet yang digenggamnya terlepas dan jatuh di atas tungku api yang amat panas.

Ketika ia membungkukkan badannya hendak mengoreknya dari tungku; karet itu tidak mencair, hanya hangus saja menyerupai kulit. Di sekitar daerah yang hangus itu tampak tepi bingkas berwarna kecoklat-coklatan. Zat ini memang karet juga. Tetapi sudah sedemikian rupa, hingga merupakan zat yang gres sama sekali. Inilah yang kemudian menjadi karet tahan iklim, tidak berubah sifatnya oleh panas maupun dingin.

Nah, kini Goodyear tahu panas dan welirang sanggup merubah sifat karet. Walau begitu ia belum puas, lantaran belum tahu berapa usang harus dipanaskan dan berapa derajat tinggi panas itu. Dengan penuh kesabaran ia memperabukan karet dalam pasir panas, kemudian ditaruh dalam uap panas. Kemudian digencet di antara dua batang besi panas pula.

Sementara itu hidup Goodyear sekeluarga betul-betul melarat sekali. Tiba-tiba timbul kekhawatirannya akan mati dengan demikian maka belakang layar pembuatan karetnya terbawa dalam kubur. Inilah yang selalu mengganggu jiwanya. Untuk menyambung hidup mereka, terpaksa ia menjual barang-barangnya. Hari ini arlojinya dijual, besok atau lusa perabotan rumahtangganya pindah ke tangan tukang loak. Dan ketika piring makan sudah habis pula dijual, terpaksa ia menciptakan piring dari karet.

Dengan hati duka ia pergi ke Boston dengan maksud meminta pertolongan kepada teman-temannya. Kasihan sekali nasibnya. Bukan pertolongan yang diterimanya, melainkan ia dijebloskan ke dalam penjara; alasannya yaitu ia tak sanggup membayar rekening hotel sebesar 5 dollar. Sementara itu sudah 6 dari 12 orang anaknya meninggal dunia lantaran kelaparan.

Kalian tentu tahu dan sanggup mencicipi pula betapa pedih hati Goodyear menghadapi peristiwa alam yang amat berat itu. Namun ia tetap berkeras hati hendak mewujudkan apa yang pernah ia lakukan dengan percobaan-percobaannya.

Suatu hari ia menemukan, bahwa karet yang dipanasi oleh uap selama 4 hingga 6 jam dengan suhu 270 derajat Fahrenheit akan menunjukkan hasil seragam yang memuaskan. Penemuannya yang gilang-gemilang itu menciptakan orang lain kaya raya, tetapi tidaklah demikian bagi Goodyear. Dalam perjuangan dagangnya ia tidak semaju menyerupai dalam lapangan penemuannya. Orang-orang lainlah yang memetik hasil yang lebih besar dari inovasi itu. Memang, waktu diadakan Pameran Perdagangan Dunia di London dan Paris pada tahun 1850 ia menerima penghargaan Silang Legium Kehormatan dari Kaisar Napoleon III, tetapi ketika ia meninggal dunia (tahun 1860) ia meninggalkan hutang sebesar dua ratus ribu dollar. Tetapi honorarium yang diperolehnya sehabis ia meninggal dunia menciptakan keluarganya hidup bahagia. Salah seorang anaknya, Charles Yr, mewarisi talenta bapaknya yang lebih berharga. Ia berhasil menciptakan mesin-mesin pembuat sepatu. Dari hasil penemuannya ini ia hidup berbahagia.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, perusahaan karet terbesar sedunia diberi nama Goodyear Tire & Rubber Co.


sumber : kaskus

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini