Jumat, 29 September 2017

Inilah Cerita Wirausahawan Sukses - Au Bintoro

Kisah wirausahawan sukses ini yakni seorang insan yang mendapat kelebihan dari sang Pencipta. Mengapa tidak, berkat tangan dinginnya ia bisa mengubah perabot rumah tangga yang dikenal dahulu sulit untuk mengangkutnya, tapi ditangannya perabot rumah tangga itu disulap menjadi produk yang sanggup dibongkar pasang.

Kisah wirausahawan sukses ini dibesarkan dari keluarga yang sederhana membuat dia hidup apa adanya. Sejak kecil anak ke-3 dari 11 bersaudara ini sudah ringan tangan.Buktinya ia selalu membantu orang tuanya bekerja. Namun, dia tidak usang tinggal di tanah kelahirannya. Di ketika usianya masih anak-anak, dia bersama saudaranya pindah ke kota Bogor. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti dan simak kisah sukses pengusaha berikut ini.


 ini yakni seorang insan yang mendapat kelebihan dari sang Pencipta Inilah  Kisah Wirausahawan Sukses - Au Bintoro
Au Bintoro

Kisah sukses Au Bintoro, pendiri Olympic Furniture, diawali tahun 1980. Ketika itu ia merasa bahwa toko furniture terlalu membebani konsumennya dengan ongkos kirim yang begitu besar. Mahalnya ongkos kirim itu disebabkan lantaran beratnya produk furniture sehingga untuk mengangkatnya diharapkan beberapa orang pekerja, selain itu pengusaha furniture tidak sanggup membawa banyak barang sekaligus—satu truk kecil hanya bisa mengangkut beberapa meja mencar ilmu saja—sehingga tidak efesien. Bayangkan jikalau meja-meja tersebut harus diantarkan ke alamat pelanggan yang berada di pelosok-pelosok daerah, bukan mustahil ongkos kirimnya lebih mahal dari harga meja itu sendiri.

Au yang ketika itu masih berprofesi sebagai pembuat box speaker memutar keras otaknya semoga bisa menemukan meja mencar ilmu yang lebih praktis, ringan, dan bisa diangkut dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu truk. Au mempunyai ide untuk membuat sebuah meja yang sanggup dibongkar pasang. Dengan ide ini ia berharap pengangkutan meja jadi lebih gampang dan murah. Namun ia menemukan masalah, penggunaan kayu yang berat bobotnya mengakibatkan timbul kesulitan membuat pasak-pasak yang cukup besar lengan berkuasa untuk merekatkan bagian-bagian meja.

Ia kemudian mencoba-coba membuat meja dari materi baku box speaker yang dimilikinya, dan ternyata sukses. Ia bisa membuat meja yang lebih kecil, ringan, dan gampang dibongar pasang. Meja mencar ilmu gres itu tersusun dari serpihan-serpihan papan partikel dengan perekat sekrup yang bisa di cucuk-cabut. Setiap potongan diberi tanda khusus untuk mencocokkannya dengan potongan lain. Ini menyerupai dengan mainan bongkar pasang anak-anak.

Produk ini selain gampang dibawa ternyata juga menawarkan keuntungan lain bagi penjualnya, yaitu memperkecil biaya penggudangan (storage cost) lantaran penjual hanya perlu merakit satu produk saja sebagai display, sementara produk yang digudang dibiarkan dalam keadaan terbongkar sehingga tidak memakan banyak ruang.

Walau begitu Au belum mempunyai cukup nyali untuk menjualnya secara massal, dan lebih menentukan untuk menjualnya menurut pesanan. Suatu hari seorang konsumen memesan meja itu dalam jumlah ribuan. Au girangnya bukan main. Setelah harga disepakati, pengerjaan meja itu dilakukan 24 jam nonstop semoga simpulan sempurna waktu.

Namun malang di tengah jalan order itu diputus secara sepihak. Akibatnya Au terpaksa menumpuk produk dan materi baku yang tersisa di gudang. Setelah menunggu tanpa kepastian, Au nekad menjual meja pesanana itu ke toko-toko furniture. Ternyata meja-meja itu laris keras dan habis terjual. Ini membuat Au semakin percaya bahwa konsumen telah usang menantikan sebuah meja mencar ilmu yang lebih mudah menyerupai buatannya. Pada tahun 1983, Au benar-benar menekuni bidang furniture dan meninggalkan profesinya sebagai pembuat box speaker. Setahun sebelumnya dia meresmikan sebuah pabrik Cahaya Sakti Multi Intraco yang khusus memproduksi meja (menyusul kemudian tempat tidur, meja serbaguna, lemari hias, lemari pakaian, rak televisi, meja kantor, dan hampir semua jenis furniture.

Au menamai merek produknya “Olympic Furniture” lantaran terinspirasi dengan Olimpiade XXIII yang berlangsung di Los Angeles pada 1984. Au mengutip ajang olahraga tersebut sebagai label dengan impian Olympic sanggup bergaung sehebat olimpiade yang populer di seluruh penjuru dunia. Inspirasi ini dikemudian hari menguntungkan Au lantaran konsumen lokal mengenalinya sebagai produk impor meskipun bahwasanya serpihan-serpihan perabot itu semuanya dibentuk di Bogor dengan tenaga kerja lokal.

Pada tahun 1997, menyerupai kebanyakan pengusaha lain, Au mengalami goncangan dahsyat jawaban Krisis Moneter yang melanda Indonesia ketika itu. Ongkos pembelian materi baku membengkak gila-gilaan dan karyawan menginginkan kenaikan gaji, sementara rata-rata 5 dari 10 konsumen membatalkan membelian. Bisnis Au mengalami masa-masa paling suram dan hampir semua planning besar terbengkalai begitu saja. Gara-gara krisis pula Au terpaksa menjual separuh lahan beserta gedung di kawasan Sentul Jawa Barat yang awalnya direncanakan sebagai sentra produksi terpadu, mulai dari pengolahan kayu hingga finishing.

Au mendapat ide lain untuk mengatasi duduk kasus ini. Bila sebelumnya ia hanya mengandalkan toko-toko furniture untuk menjual produknya, sekarang ia bekerja sama dengan peritel besar menyerupai Carrefour dan Giant. Ia juga berafiliasi dengan gerai kredit Columbia semoga konsumen lebih gampang mendapat dana untuk membeli produknya. Strategi ini berhasil mengembalikan penjualan Olympic ke tingkat semula, bahkan lebih.

Memasuki tahun 2003 ia menggandeng perusahan furniture asal Jerman, Garant Mobel International dan gotong royong mendirikan Garant Mobel Indonesia (GMI) dengan 75% saham dimiliki Olympic. GMI bertindak sebagai pemberi hak waralaba yang menghubungkan pemasok dan para peritel mebel merek Garant asal Jerman, dan merek kelas atas milik Olympic. Usaha ini membuat merek gres MER yang diwaralabakan dengan biaya minimal Rp.500 juta beserta show room seluas 100 meter persegi. Kerja sama ini mengakibatkan Au sebagai peritel furniture pertama di Indonesia.

Au juga mulai mengibarkan merek-merek gres untuk menguasai pasar, contohnya Solid Furniture, Albatros, Procella, Olympia, dan furniture berharga murah Jaliteng. Diversifikasi produk itu dibentuk menurut daya beli sasaran market-nya. Albartos contohnya mencoba menampilkan desain klasik dan minimalis yang diubahsuaikan dengan tren perkembangan desain rumah masyarakat kelas atas yang berselera ala Eropa dan Asia modern.(Sumber: noveloke.com)

Au merupakan dongeng wirausahawan sukses yang mempunyai impian besar semoga perjuangan yang telah dirintisnya bisa bertahan dan bersaing semoga menghasilkan perusahaan yang berkualitas terbaik. Semua ini yakni berkat kerja keras, kegigihan, dan pantang mengalah yang tercermin dalam sosoknya. Au Bintoro yakni aktivis industri furniture Indonesia yang sangat dikenal semua kalangan, baik dari tingkat office boy hingga eksekutif perusahaan. Dengan membawa visi yang diembannya, maka tumbuhlah perusahaan yang bisa merajai kelas dunia. Selain itu dengan membawa merek olympic furnitue, Au semakin memimpin di puncak perbisnisan furniture yang ada di Indonesia. Akhirnya saya berharap semoga pembaca sekalian bisa memetik makna dari perjalanan kisah sukses wirausahawan di atas. Jaga terus semangat entrepreneurship, salam sukses selalu!

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan kalian semua.
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan baik dan sopan.
Silahkan berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini jauh lebih baik.
terimakasih

Baca Juga

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
close
Banner iklan   disini